Nasihat Bagi Sidang

35/279

Persatuan Dengan Kristus dan Satu Sama Lain
Satu-satunya Jalan Aman Bagi Kita

Dunia sedang memandang dengan perasaan puas pada perpecahan di antara orang Kristen. Hal tidak percaya sangat disenanginya. Allah menuntut suatu perubahan di antara umat-Nya. Persatuan dengan Kristus dan dengan satu sama lain adalah satu-satunya jalan yang aman bagi kita pada akhir zaman ini. Jangan hendaknya kita memungkinkan Setan menunjuk kepada anggota-anggota sidang kita, mengatakan: “Lihatlah bagaimana orang-orang ini, yang berdiri di bawah panji Kristus, membenci satu sama lain. Kita tidak mengkhawatirkan sesuatu dari mereka sementara mereka menggunakan lebih banyak kekuatan berkelahi satu sama lain daripada dalam peperangan dengan tentara saya.” NBS 71.2

Sesudah kecurahan Roh Suci murid-murid keluar guna memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit dan kerinduan mereka ialah keselamatan jiwa-jiwa. Mereka bergembira karena manisnya persekutuan dengan orang-orang saleh. Mereka lemah-lembut, memikirkan kepentingan orang lain, menyangkal diri, rela mengadakan sesuatu pengorbanan demi kebenaran. Dalam pergaulan mereka sehari-hari satu sama lain mereka menyatakan kasih yang telah diperintahkan oleh Kristus kepada mereka. Oleh perkataan dan perbuatan yang tidak mementingkan diri mereka berusaha menyalakan kasih ini dalam hati orang lain. NBS 71.3

Orang-orang yang beriman harus selamanya menaruh dalam hati mereka kasih yang memenuhi hati rasul-rasul sesudah kecurahan Roh Suci. Mereka harus maju ke depan dalam penurutan suka rela terhadap hukum yang baru: “Yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Sangatlah eratnya mereka disatukan dengan Kristus sehingga mereka disanggupkan memenuhi segala tuntutan-Nya. Kuasa seorang Juruselamat yang dapat membenarkan mereka oleh kebenaran-Nya harus dibesar-besarkan. NBS 71.4

Tetapi orang-orang Kristen yang mula-mula mulai mencari kekurangan pada satu sama lain. Karena memikirkan kesalahan, memberi tempat bagi kritik yang tidak ramah, mereka melupakan Juruselamat dan kasih yang besar yang telah dinyatakan-Nya bagi orang berdosa. Mereka menjadi lebih keras mengenai upacara-upacara secara lahir, lebih teliti tentang teori iman, lebih kejam dalam kritik mereka. Karena rajin mempersalahkan orang lain, mereka melupakan kesalahan sendiri. Mereka melupakan pelajaran tentang kasih persaudaraan yang telah diajarkan Kristus. Dan yang paling menyedihkan ialah mereka tidak menginsafi bahwa mereka sudah hilang. Mereka tidak menyadari bahwa kebahagiaan dan kegirangan sudah hilang dari kehidupan mereka, dan bahwa tidak lama lagi mereka akan berjalan dalam kegelapan, karena telah menutup kasih Allah dari dalam hati mereka. NBS 71.5

Rasul Yohanes menyadari bahwa kasih persaudaraan sedang berkurang-kurang di dalam sidang, dan ia merenungkan terutama tentang hal ini. Sampai kepada hari kematiannya ia mendesak orang-orang percaya agar mereka selamanya mengasihi satu dengan yang lain. Surat- suratnya kepada sidang-sidang penuh dengan buah pikiran ini. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah . . . . Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya . . . . Saudara-saudaraku yang kekasih, jika Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” 1 Yoh. 4:7-11. NBS 72.1

Dalam sidang Allah dewasa ini kasih persaudaraan sangatlah berkurang. Kebanyakan dari orang-orang yang mengaku mengasihi Juruselamat sudah lalai mengasihi orang-orang yang disatukan dengan mereka dalam persekutuan Kristen. Kita seiman, anggota-anggota satu keluarga, semuanya anak-anak Bapa di surga yang serupa, dengan pengharapan hidup bahagia itu. Betapa eratnya dan lemah-lembutnya ikatan yang mengikat kita bersama-sama. Orang-orang duniawi sedang memperhatikan kita hendak melihat apakah iman kita sedang memberikan suatu pengaruh yang menyucikan atas hati kita. Mereka cepat sekali memperhatikan setiap kekurangan dalam kehidupan kita, setiap sifat selalu berubah-ubah dalam perbuatan kita. Jangan hendaknya kita memberikan kepada mereka kesempatan untuk mencela iman kita.2 NBS 72.2