Nasihat Bagi Sidang

242/279

PASAL 11. - HUBUNGAN KITA TERHADAP PEMERINTAH DAN UNDANG-UNDANG NEGARA

Rasul jelas menggariskan sikap orang percaya terhadap pemerintah; “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah . . . . Hormatilah raja!” (1 Ptr. 2:13-17).1 NBS 268.1

Ada orang yang di atas kita menjadi pemerintah, dan undang-undang mengatur masyarakat. Sekiranya tidak ada undang-undang ini, maka dunia kita akan lebih jahat daripada yang sekarang ini. Beberapa di antara undang-undang ini ada yang baik dan ada pula yang tidak baik. Namun Allah akan memeliharakan umat-Nya karena keteguhan imannya dan karena menghidupkan prinsip-prinsip firman-Nya.2 NBS 268.2

Saya menyadari bahwa kita bertanggung jawab mentaati undang-undang negara di dalam setiap keadaan, kecuali bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi yang diucapkan oleh Allah dengan suara yang terang di bukit Sinai, serta menuliskannya kemudian di atas loh batu oleh tangan-Nya sendiri. “Maka Aku akan memasukkan hukum-Ku, ke dalam hatinya, serta menuliskannya di dalam pikirannya; maka Aku akan jadi Allahnya, dan mereka itu menjadi suatu umat bagi-Ku.” Orang yang beroleh hukum itu tertulis di dalam hatinya, akan menurut Allah lebih daripada manusia, dan akan tegas melawan semua manusia daripada menyimpang sedikit pun daripada hukum Allah. Umat Tuhan yang diajar oleh inspirasi kebenaran, serta dipimpin oleh suara hati yang baik untuk menghidupkan setiap firman Allah, akan menerima hukum-Nya tertulis di dalam hati mereka, sebagai satu-satunya kekuasaan yang dapat diakuinya atau setuju menurutinya. Hikmat dan kuasa hukum Ilahi lebih tinggi.3 NBS 268.3

Pemerintahan pada zaman Yesus hidup adalah pemerintahan yang jahat dan menindas; dalam setiap perkara bertindak sewenang-wenang memeras, tiada toleransi, dan menindas dengan kejam. Namun pun demikian Juruselamat tiada berusaha mengadakan pembaruan sipil, Ia tidak menyerang kesewenang-wenangan nasional, juga tidak menghakimkan musuh-musuh nasional. Ia tidak mencampuri urusan pejabat atau pemerintahan orang yang berkuasa. Ia tidak menjadi teladan kita menjauhi pemerintahan duniawi.4 NBS 268.4

Berulang-ulang Kristus diminta menentukan perkara yang bersifat legal dan politis tetapi Dia menolak mencampuri perkara yang bersifat sementara. Kristus berdiri di atas dunia kita ini sebagai Pimpinan kerajaan rohani yang hendak didirikan-Nya yaitu kerajaan kebenaran. AjaranNya menandaskan prinsip-prinsip yang mengagungkan dan menyucikan kerajaan ini. Dia menyatakan bahwa keadilan dan kemurahan serta kasih adalah kuasa yang mengendalikan di dalam kerajaan Yahwe itu.5 NBS 268.5

Mata-mata datang kepada-Nya, dengan bersungguh-sungguh tampaknya, seolah-olah ingin mengetahui tanggung-jawab mereka lalu berkata, “Ya guru, kami tahu bahwa Engkau mengatakan dan mengajarkan kebenaran, dan tiada engkau menerima siapa pun, melainkan mengajarkan jalan Allah dengan sebenarnya: apakah patut kami memberikan cukai kepada Kaisar atau tidak?” NBS 268.6

Jawab Kristus tidak menyimpang, melainkan jawab yang tegas terhadap pertanyaan tersebut. Sambil memegang di tangan-Nya mata uang Romawi, di mana tertera nama dan gambar Kaisar, Dia menyatakan bahwa oleh karena mereka hidup di bawah perlindungan kekuasaan Roma, patutlah mereka memberikan kepada penguasa tersebut yang dimintanya, selama ini tidak bertentangan dengan tanggung-jawab yang lebih tinggi. NBS 268.7

Apabila orang Farisi mendengar jawab Kristus, mereka heran lalu meninggalkan Dia dan mereka pergi.” Dia telah menegur kemunafikan mereka dan dugaan mereka, dengan melakukan ini Dia sudah mengucapkan prinsip yang besar, prinsip yang dengan jelas mengatakan batas tanggung jawab seseorang terhadap pemerintah dan tanggung jawab terhadap Allah.6 Mengambil Sumpah NBS 269.1

Saya lihat bahwa beberapa umat Allah telah membuat kesalahan dalam hal bersumpah, lalu Setan telah mengambil kesempatan ini menganiaya mereka, dan mengambil dari mereka uang Tuhan. Saya melihat bahwa firman Tuhan, “Sekali-sekali janganlah kamu bersumpah,” tidak menyinggung sumpah yang sah. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:34,37). Ini ditujukan terhadap pembicaraan sehari-hari. Ada yang melebih-lebihkan dalam bahasa mereka. Ada yang bersumpah demi hidupnya, yang lain bersumpah demi kepala mereka, sungguh sesungguh-sungguh hidupnya, dan seperti kepalanya. Ada pula yang menggunakan langit dan bumi sebagai saksi bahwa betullah demikian. Ada yang berharap Allah akan memukul mereka sampai mati jika yang dikatakannya itu tidak benar. Terhadap sumpah yang demikian inilah Yesus memberikan amaran kepada murid-murid-Nya. NBS 269.2

Saya melihat bahwa Tuhan masih ada urusan dengan undang-undang negara. Sementara Yesus berada dalam bait suci, kuasa Roh Suci terasa oleh pemerintah dan hadirin. Tetapi Setan sedemikian jauh menguasai penghuni dunia, dan jika bukan karena undang-undang negara, kita akan mengalami lebih besar kesengsaraan. Kepadaku dinyatakan bahwa apabila memang perlu, dan mereka diminta menjadi saksi dalam perkara yang dibenarkan undang-undang, itu bukanlah pelanggaran terhadap firman Allah bagi umat-Nya mengambil Allah menjadi saksi bahwa apa yang mereka katakan itu benar, dan semata-mata kebenaran. NBS 269.3

Saya melihat bahwa jika di atas bumi ini yang dapat tetap menjadi saksi atas kebenaran dengan sumpah, itu adalah orang Kristen. Dia menghidupkan terang wajah Allah. Dia semakin dikuatkan oleh-Nya. Dan apabila perkara penting akan ditentukan oleh undang-undang, tiada seorang yang dapat dengan begitu baik meminta Allah sama seperti orang Kristen. Saya disuruh oleh malaikat memperhatikan bahwa Allah bersumpah di dalam sidang.7 NBS 269.4