Nasihat Bagi Sidang

133/279

PASAL 6. - IBU DAN ANAKNYA

Gantinya tenggelam dalam pekerjaan rumah sehari-hari, hendaklah istri serta ibu rumah tangga mengambil waktu untuk membaca, membuat dirinya mengetahui masalah-masalah umum, untuk menjadi seorang sahabat bagi suaminya dan senantiasa berhubungan dengan perkembangan pikiran anak-anaknya. Hendaklah ia bijaksana menggunakan kesempatan- kesempatan yang kini menjadi kesempatannya untuk mempengaruhi anak-anak yang dikasihinya untuk kehidupan yang mulia. Hendaklah ia mengambil waktu untuk menjadikan Juruselamat yang kekasih itu seorang Sahabat sehari-hari dan Teman yang akrab. Hendaklah ia mengambil waktu untuk mempelajari sabda-Nya, mengambil waktu untuk pergi bersama anak-anak ke ladang-ladang dan mempelajari Allah melalui keindahan ciptaan-Nya. NBS 167.1

Hendaknya ia senantiasa riang dan gembira. Gantinya menghabiskan setiap waktu dengan menjahit yang tiada henti-hentinya, buatlah suasana petang itu suatu suasana pertemuan yang menyenangkan, suatu pertemuan kembali dari keluarga setelah melakukan kewajiban-kewajiban sepanjang hari. Banyak pria akan dipimpin untuk memilih perhimpunan rumah tangganya sebelum memikirkan tentang rumah bola atau tempat minuman keras. Banyak pemuda akan terhindar dari jalan atau toko-toko makanan dan minuman. Banyak pemudi akan diselamatkan dari pergaulan yang hanya membuang-buang waktu serta menyesatkan. Pengaruh di dalam rumah tangga sebagaimana seharusnya menurut rencana Allah bagi orang tua dan anak-anak, ialah menjadi berkat seumur hidup. NBS 167.2

Pertanyaan ini acapkali ditanyakan,“Apakah seorang istri tidak mempunyai kehendaknya sendiri? Dengan jelas Alkitab menerangkan bahwa suami adalah kepala keluarga. “Hai istri, tunduklah kepada suamimu.” Kalau amanat ini berakhir di sini, dapat kita katakan bahwa kedudukan istri bukanlah sesuatu yang dapat menimbulkan iri hati; tetapi akan kita baca kesimpulan dari amanat yang sama, yang mengatakan, “seperti kepada Tuhan.” NBS 167.3

Kita harus mempunyai Roh Allah, kalau tidak kita tidak akan pernah mempunyai persesuaian di dalam rumah tangga. Istri, kalau dia mempunyai roh Kristus, akan berhati-hati perkataannya; dia akan mengendalikan rohnya, dia suka mengalah, dan sekalipun begitu dia tidak akan merasa bahwa dia adalah seorang budak, melainkan seorang sahabat suaminya. Kalau suami adalah seorang hamba Allah, dia tidak akan bersikap sewenang-wenang dan menuntut yang bukan-bukan. Kita tidak dapat mendambakan kasih-sayang dalam rumah tangga dengan terlalu banyak urusan; karena rumah tangga, yang didiami Roh Tuhan, adalah contoh mengenai suasana surga. Kalau seseorang bersalah, orang lain akan memperlihatkan kesabaran seperti Kristus dan tidak menghindarkan diri dengan kaku. 1 NBS 167.4