Kerinduan Segala Zaman — 2
71—HAMBA DARI PARA HAMBA
DI RUANGAN atas di suatu tempat kediaman di Yerusalem, Kristus sedang duduk di sekeliling meja dengan murid-murid-Nya. Mereka telah berhimpun untuk merayakan Paskah. Juruselamat ingin mengadakan pesta ini tersendiri dengan kedua belas murid-Nya. Ia mengetahui bahwa saat-Nya sudah tiba, Ia Sendirilah Anak domba Paskah yang sebenarnya, dan pada hari Paskah itu dimakan, Ia akan dikorbankan. Ia hampir akan minum cawan murka, tidak lama lagi Ia harus menerima baptisan penderitaan yang terakhir. Tetapi beberapa jam yang tenang masih tinggal bagi-Nya, dan ini harus digunakan untuk kepentingan muridmurid-Nya yang sangat dikasihi. KSZ2 281.1
Segenap kehidupan Kristus adalah suatu kehidupan pelayanan yang tidak mementingkan diri. “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat. 20:28), sudah merupakan pelajaran dari setiap perbuatan-Nya. Tetapi murid-murid belum memahami pelajaran itu. Pada waktu makan Paskah yang terakhir ini, Yesus mengulangi ajaran-Nya dengan suatu gambaran yang berkesan selamalamanya dalam pikiran dan hati mereka. KSZ2 281.2
Wawancara antara Yesus dan murid-murid-Nya biasanya berlangsung dalam suasana kegembiraan yang tenang, dan sangat dihargai oleh mereka semuanya. Makan Paskah sudah senantiasa merupakan peristiwa yang mendapat perhatian khusus; tetapi pada kesempatan ini Yesus merasa susah. Hati-Nya dibebani, dan sebuah bayang-bayang terbayang pada wajah-Nya. Ketika Ia berjumpa dengan murid-murid-Nya di ruangan atas, mereka melihat bahwa sesuatu sangat menekan pikiran-Nya, dan meskipun mereka tidak mengetahui sebabnya, mereka menaruh simpati terhadap kesusahan-Nya. KSZ2 281.3
Ketika mereka sudah berhimpun di sekeliling meja, Ia mengatakan dalam nada kesedihan yang mengharukan, “‘Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.’ Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: ‘Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.’” KSZ2 282.1
Kristus mengetahui bahwa saatnya telah tiba bagi-Nya untuk mening-galkan dunia ini, pergi kepada Bapa-Nya. Karena telah mengasihi umatNya sendiri yang ada di dunia, Ia mengasihi mereka sampai kesudahan. Kini Ia sudah dalam bayang-bayang salib, dan rasa sakit sedang menyiksa hati-Nya. Ia mengetahui bahwa Ia akan ditinggalkan pada saat Ia dikhianati. Ia mengetahui bahwa dengan proses yang paling menghinakan yang biasanya dialami oleh para penjahat Ia akan dibunuh. Ia mengetahui sifat tidak berterima kasih dan kebengisan di pihak orang-orang yang baginya la telah datang untuk menyelamatkannya. Ia mengetahui alangkah besar pengorbanan yang harus diadakan-Nya, yang bagi beberapa orang pengorbanan itu sia-sia belaka. Karena mengetahui segala perkara yang ada di hadapan-Nya, dengan sendirinya Ia dapat dikuasai dengan pikiran perihal Ia direndahkan serta penderitaan-Nya. Tetapi Ia memandang kepada kedua belas murid yang bersama-sama dengan Dia sebagai milik-Nya sendiri, dan yang, sesudah Ia dihinakan dan diperlakukan dengan bengisnya, akan ditinggalkan untuk berjuang dalam dunia Pikiran-Nya tentang apa yang harus diderita-Nya Sendiri selalu dihubungkan dengan murid-murid-Nya. Ia tidak berpikir mengenai diri-Nya Sendiri. Perhatian-Nya bagi mereka paling utama dalam pikiran-Nya. KSZ2 282.2
Pada malam terakhir dengan murid-murid-Nya. banyak perkara hendak dikatakan Yesus kepada mereka. Sekiranya mereka telah bersedia menerima apa yang ingin diberikan-Nya, mereka akan dihindarkan dari dukacita yang sangat memilukan, dari Kekecewaan dan kurang percaya. Tetapi Yesus melihat bahwa mereka tidak menanggung apa yang hendak dikatakan-Nya. Ketika Ia memandang muka mereka, perkataan amaran dan penghiburan tertahan pada bibir-Nya. Saat berlalu dalam ketenangan. Yesus kelihatan sedang menunggu. Murid-murid merasa tidak senang. Simpati dan kelemahlembutan yang dibangkitkan oleh kesedihan Kristus tampaknya sudah lalu. Perkataan-Nya yang menyedihkan, yang menunjuk kepada penderitaan-Nya Sendiri, telah memberikan kesan sedikit. Pandangan mereka satu dengan yang lain menyatakan adanya kecemburuan dan pertengkaran. KSZ2 283.1
“Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka Pertengkaran ini yang diadakan di hadapan Kristus, menyedihkan dan melukai Dia. Murid-murid berpaut pada pendapat yang mereka sukai bahwa Kristus akan menyatakan kuasa-Nya, dan mengambil kedudukan-Nya di atas takhta Daud. Dan dalam hati, masing-masing masih merindukan tempat tertinggi dalam kerajaan itu. Mereka telah memberikan perkiraan sendiri pada diri sendiri dan pada satu dengan yang lain, dan gantinya menganggap saudara-saudara mereka lebih layak, mereka menempatkan diri sendiri lebih dulu. Permohonan Yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri takhta Kristus telah mengobarkan kemarahan murid-murid yang lain. Keberanian kedua bersaudara itu untuk meminta kedudukan tertinggi sangat menggemparkan kesepuluh murid sehingga hubungan mereka terancam kerenggangan. Mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan tidak adil, bahwa kesetiaan dan talenta mereka tidak dihargai. Yudas paling keras terhadap Yakobus dan Yohanes. KSZ2 283.2
Ketika murid-murid memasuki ruangan perjamuan, hati mereka dipenuhi dengan perasaan sakit hati. Yudas berusaha duduk di dekat Kristus di sebelah kiri; Yohanes ada di sebelah kanannya. Jika ada tempat tertinggi, Yudas menentukan untuk mendapatnya, dan diduga tempat itu adalah di dekat Kristus. Dan Yudas adalah seorang pengkhianat. KSZ2 283.3
Hal lain yang menyebabkan perselisihan telah timbul. Pada suatu pes- ta biasanya seorang hamba membasuh kaki para tamu, dan pada kesempatan ini persiapan sudah diadakan untuk upacara itu. Tempayan, baskom, dan handuk sudah ada, siap untuk pembasuhan kaki. Tetapi tidak ada hamba yang had r, dan murid-murid yang harus melakukannya. Tetapi setiap murid, sebab perasaannya telah dilukai, menentukan tidak mau melakukan tugas seorang hamba. Semuanya menunjukkan sikap acuh tak acuh yang tidak mudah terpengaruh, tampaknya tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang harus mereka lakukan. Oleh bersikap diam mereka enggan merendahkan diri sendiri. KSZ2 283.4
Bagaimanakah dapat Kristus membawa jiwa-jiwa yang malang ini ke tempat di mana Setan pasti tidak akan mendapat kemenangan mereka? Bagaimanakah Ia dapat menunjukkan bahwa hanya dengan mengaku se-bagai murid tidak menjadikan mereka murid-Nya, atau memastikan kepada mereka suatu tempat dalam kerajaan-Nya? Bagaimanakah Ia dapat menunjukkan bahwa pelayanan yang penuh kasih, kerendahan yang sejati, itulah yang menentukan kebesaran sejati? Bagaimanakah harus Ia menyalakan kasih dalam hati mereka, dan memungkinkan mereka mengerti apa yang ingin diceritakan-Nya kepada mereka? KSZ2 284.1
Murid-murid tidak mengadakan usaha untuk melayani satu dengan yang lain. Yesus menunggu sesaat lamanya hendak melihat apa yang hendak mereka lakukan. Kemudian Ia, Guru Ilahi beranjak dari meja. Sambil mengesampingkan jubah luar yang dapat menghalangi gerakanNya, diambil-Nya sebuah handuk, dan diikatkan-Nya pada pinggangNya. Dengan perhatian yang penuh keheranan murid-murid meilhatnya, dan dalam ketenangan mereka menunggu hendak melihat apa yang akan terjadi berikutnya. “Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.” Perbuatan ini membuka mata murid-murid. Perasaan malu yang pahit dan perasaan kerendahan memenuhi hati mereka. Memeka mengerti teguran yang tidak diucapkan itu, dan melihat diri sendiri dalam suatu terang yang baru semata-mata. KSZ2 284.2
Demikianlah Kristus menyatakan kasih-Nya bagi murid-murid-Nya. Roh mereka yang mementingkan diri memenuhi Dia dengan kesusahan, tetapi Ia tidak mau’ berbantah-bantah dengan mereka mengenai kesulitan mereka Sebagai gantinya, Ia memberi mereka suatu teladan yang tidak pernah akan mereka lupakan. Kasih-Nya bagi mereka tidak mudah di-ganggu ataupun dipadamkan. Ia mengetahui bahwa Bapa telah memberi-kan segala perkara ke tangan-Nya, dan bahwa Ia datang dari Allah, dan kembali kepada Allah. Ia menyadari benar-benar akan Keilahian-Nya, tetapi Ia telah mengesampingkan mahkota kerajaan-Nya dan jubah raja, dan telah mengambil rupa seorang hamba. Salah satu perbuatan hidupNya yang terakhir di dunia ialah mengikat pinggang-Nya sebagai seorang hamba, dan melakukan tugas seorang hamba. KSZ2 284.3
Sebelum Paskah Yudas telah bertemu kedua kalinya dengan para imam dan ahli Taurat, dan telah menyetujui perjanjian untuk menyerahkan Yesus ke tangan mereka. Meskipun demikian sesudah .itu ia bergabung dengan murid-murid seakan-akan tidak bersalah sama sekali, dan menaruh perhatian dalam pekerjaan mengadakan persiapan bagi pesta itu. Murid-murid tidak mengetahui apa-apa tentang maksud Yudas. Yesus saja yang dapat membaca rahasianya. Meskipun demikian, Ia tidak membeberkan, kesalahannya. Yesus lapar bagi jiwanya. Ia merasakan baginya suatu beban sebagaimana yang dirasakan-Nya bagi Yemsalem ketika Ia menangisi kota yang malang itu. Hati-Nya berseru, Bagaimanakah dapat Aku meninggalkan dikau? Pengaruh kuasa kasih itu dirasakan oleh Yudas. Ketika tangan Juruselamat sedang membasuh kaki yang kotor itu, dan menyekanya dengan handuk, hati Yudas terharu dengan dorongan pada saat itu dan di tempat itu juga, untuk mengakui dosanya. Tetapi ia tidak mau merendahkan diri-Nya. Ia mengeraskan hatinya terhadap pertobatan, dan dorongan lama, yang dikesampingkannya sesaat lamanya, sekali lagi mengendalikan dia. Kini Yudas merasa sakit hati melihat perbuatan Kristus dalam mencuci kaki murid-muridNya. Ia berpikir bahwa kalau Yesus merendahkan diri-Nya sedemikian, tidak mungkin Ia menjadi raja Israel. Lenyaplah segala harapan akan kehormatan dalam kerajaan duniawi itu. Yudas merasa puas karena tidak ada sesuatu dapat diperoleh bila mengikut Kristus. Setelah melihat Dia merendahkan diri-Nya Sendiri, menurut pendapatnya sendiri ia menetapkan niatnya hendak mengingkari Dia, dan mengaku dirinya tertipu. Ia dipengaruhi oleh Iblis, dan ia mengambil keputusan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah disetujuinya hendak diperbuatnya dalam mengikhianati Tuhannya. KSZ2 285.1
Dalam memilih tempat duduknya di meja, Yudas telah mencoba me-nempatkan dirinya lebih dulu, dan Kristus sebagai seorang hamba melayani dia lebih dulu. Yohanes, yang sangat dibenci oleh Yudas. dilayani paling akhir. Tetapi Yohanes tidak menganggapnya sebagai suatu tempelakan atau sifat meremehkan. Sementara murid-murid memperhatikan tindakan Kristus, mereka merasa sangat terharu. Ketika giliran Petrus tiba, ia berseru dengan keheranan, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Sifat Kristus yang merendahkan diri itu menghancurkan hatinya. Ia dipenuhi dengan perasaan malu memikirkan bahwa salah seorang murid tidak melakukan upacara ini. “Apa yang Kuperbuat,” kata Kristus, “engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Petrus tidak bisa tahan melihat Tuhannya, yang ia percayai sebagai Anak Allah, sedang melakukan tugas seorang hamba. Segenap jiwanya bangkit menentang sifat merendahkan diri ini. Ia tidak menyadari bahwa untuk hal inilah Kristus datang ke dunia. Dengan penegasan yang besar ia berseru, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai salama-lamanya.” KSZ2 286.1
Dengan penuh khidmat Kristus berkata kepada Petrus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Upacara yang ditolak oleh Petrus melambangkan penyucian yang lebih tinggi. Kristus telah datang untuk membasuh hati dari noda dosa. Dalam menolak mengizinkan Yesus membasuh kakinya, Petrus sedang menolak pembersihan yang lebih tinggi yang termasuk dalam yang lebih rendah. Sesungguhnya ia sedang menolak Tuhannya. Tidaklah merendahkan bagi Tuhan bila mengizinkan Dia bekerja bagi penyucian kita. Kerendahan yang paling sejati ialah menerima dengan hati yang penuh terima kasih sesuatu persediaan yang diadakan untuk kepentingan kita, dan dengan kesungguh-sungguhan melakukan pelayanan bagi Kristus. KSZ2 286.2
Mendengar perkataan “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku,” Petrus menyerahkan kesombongannya dan sifat keras kepala. Ia tidak tahan memikirkan tentang perpisahan dari Kristus, hal itu berarti kematian baginya. “Tuhan jangan hanya kakiku saja,” katanya, “tetapi juga tangan dan kepalaku.” Kata Yesus kepadanya, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya.” KSZ2 286.3
Perkataan ini berarti lebih daripada kebersihan tubuh. Kristus masih berbicara tentang pembersihan yang lebih tinggi sebagaimana yang digambarkan oleh yang lebih rendah. Ia yang datang dari tempat mandi sudah bersih, tetapi kaki yang memakai sandal tidak lama kemudian akan berdebu, dan sekali lagi perlu dibasuh. Demikianlah Petrus dan saudarasaudaranya sudah dibersihkan oleh pancaran air yang besar yang terbuka bagi dosa dan kenajisan. Kristus mengakui mereka sebagai milik-Nya. Tetapi penggodaan telah membawa mereka kepada kejahatan, dan mereka masih memerlukan anugerah penyucian-Nya. Ketika Yesus mengikat pinggang-Nya dengan sebuah handuk untuk membasuh debu dari kaki mereka, dengan perbuatan itu Ia ingin membasuh kerenggangan, kecemburuan, dan kesombongan dari hati mereka. Hal ini jauh lebih penting daripada membasuh kaki mereka yang berdebu. Dengan Roh yang ada pada mereka pada saat itu, tidak seorang pun dari mereka bersedia untuk perjamuan suci dengan Kristus. Sampai pada saat mereka dibawa ke dalam keadaan kerendahan dan kasih, mereka tidak bersedia mengambil bagian dalam perjamuan Paskah atau dalam upacara peringatan yang hampir akan ditetapkan oleh Kristus. Hati mereka harus disucikan. Kesombongan dengan sifat memikirkan diri sendiri saja menciptakan perselisihan dan kebencian, tetapi segala perkara ini dibersihkan oleh Yesus dalam membasuh kaki mereka. Suatu perubahan perasaan telah terjadi. Sambil memandang kepada mereka, Yesus dapat berkata, “Kamu ini pun suci.” Sekarang terdapatlah persatuan hati kasih satu dengan yang lain. Mereka telah menjadi rendah hati dan dapat diajar. Kecuali Yudas, masing-masing bersedia memberikan tempat tertinggi kepada orang lain. Sekarang dengan hati yang sudah ditaklukkan dan penuh rasa terima kasih mereka dapat menerima perkataan Kristus. KSZ2 287.1
Sebagaimana halnya dengan Petrus dan saudara-saudaranya, kita juga sudah dibasuh dalam darah Kristus, namun sering oleh hubungan dengan kejahatan, kesucian hati dinajiskan. Kita harus datang kepada Kristus untuk mendapat anugerah penyucian-Nya. Petrus enggan membiarkan kakinya yang sudah kotor itu dipegang dengan tangan Tuhan dan Gurunya, tetapi berapa sering kita membawa hati kita yang berdosa dan sudah dinajiskan berhubungan dengan hati Kristus! Alangkah menyedihkan bagi-Nya perangai kita yang jahat itu, kekosongan dan kesombongan kita! Meskipun demikian segala kelemahan dan kenajisan kita harus kita bawa kepada-Nya. Ia sajalah yang dapat membasuh kita sampai bersih. Kita tidak bersedia untuk perjamuan suci dengan Dia kecuali kita disucikan oleh kuasa-Nya. KSZ2 287.2
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Ia telah membasuh kaki Yudas, tetapi hati tidak diserahkan kepada-Nya. Hati uu tidak disucikan. Yudas tidak menyerahkan dirinya kepada Kristus. KSZ2 288.1
Sesudah Kristus membasuh kaki murid-murid, dan telah memakai jubah-Nya dan duduk kembali, berkatalah Ia kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab \ku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga perbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya.” KSZ2 288.2
Kristus menghendaki agar murid-murid-Nya mengerti meskipun Ia telah membasuh kaki mereka, hal ini sekali-kali tidak mengurangi kebesaran-Nya. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Dan karena Ia mahatinggi, diberikan-Nya faedah dan makna pada upacara itu. Tidak seorang pun ditinggikan seperti Kristus, dan meskipun demikian Ia menundukkan diri pada kewajiban yang paling hina. Supaya umat-Nya tidak akan disesatkan oleh sifat mementingkan diri yang terdapat dalam hati jasmani dan yang bertambah kuat oleh melayani diri sendiri, Kristus Sendiri memberikan teladan kerendahan hati. Ia tidak mau meninggalkan hal yang besar ini dalam tanggung jawab manusia. Ia memandang-Nya sangat penting, sehingga Ia Sendiri, Seorang yang sama dengan Allah, bertindak sebagai seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Sementara mereka bertengkar untuk mendapat tempat tertinggi, Ia yang kepada-Nya setiap lutut akan bertelut, Ia yang layak disembah oleh malaikat-malaikat kemuliaan, menundukkan diri untuk membasuh kaki orang-orang yang memanggil Dia Tuhan. Ia membasuh kaki orang yang menyerahkan Dia. KSZ2 288.3
Dalam kehidupan dan pelajaran-pelajaran-Nya, Kristus telah mem-berikan suatu teladan yang sempurna tentang pelayanan yang tidak me-mentingkan diri yang berasal dari Allah. Allah tidak hidup bagi diri-Nya Sendiri. Oleh menciptakan dunia, dan oleh memeliharakan segala perkara, Ia senantiasa melayani orang-orang lain. “Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar,” Mat. 5:45. Pelayanan yang ideal ini telah diamanatkan Allah kepada Anak-Nya. Yesus sudah diberikan untuk menuntun umat manusia agar oleh teladan-Nya Ia dapat mengajarkan apa artinya melayani. Segenap hidup Nya adalah di bawah hukum pelayanan. Ia melayani semua orang, menolong semua orang. Demikianlah Ia hidup sesuai dengan hukum Allah, dan oleh teladan-Nya menunjukkan bagaimana kita hams mentaatinya. KSZ2 289.1
Berkali-kali Yesus telah berusaha menegakkan prinsip ini di antara murid-murid-Nya. Ketika Yakobus dan Yohanes mengajukan permohonan untuk menjadi yang terbesar, Ia berkata, “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Mat. 20:26. Dalam kerajaan-Ku prinsip pilih kasih dan keunggulan tidak ada tempatnya. Satu-satunya kebesaran ialah kebesaran kerendahan hati. Satusatunya perbedaan terdapat dalam penyerahan pada pelayanan bagi orang lain. KSZ2 289.2
Sekarang setelah membasuh kaki murid-murid, Ia berkata. “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Dalam perkataan ini Kristus bukan saja memerintahkan kebiasaan suka menerima tamu. Lebih banyak yang dimaksudkan daripada hanya sekadar membasuh kaki para tamu untuk mengeluarkan debu karena perjalanan. Di sini Kristus sedang menetapkan suatu upacara agama. Oleh perbuatan Tuhan kita upacara kerendahan hati ini dijadikan suatu upacara yang disucikan. Upacara itu hams diadakan oleh murid-murid, agar mereka senantiasa mengingat pelajaran-pelajaran-Nya tentang kerendahan hati dan pelayanan. KSZ2 289.3
Upacara ini merupakan persiapan yang ditentukan oleh Kristus untuk upacara agama. Sementara kesombongan, perbedaan paham, dan perse- lisihan untuk mencapai keunggulan disimpan dalam hati, sudah tentu hati tidak dapat memasuki persekutuan dengan Kristus. Kita tidak bersedia menerima perjamuan suci dari tubuh-Nya dan darah-Nya. Itulah sebabnya Yesus menentukan diadakannya peringatan kerendahan hati itu lebih dulu. KSZ2 289.4
Bila mereka menghadiri upacara ini, anak-anak Allah harus mengingat perkataan Tuhan kehidupan dan kemuliaan, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku ‘Guru’ dan ‘Tuhan’, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan dari dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Dalam manusia terdapatlah pembawaan untuk menghormati diri sendiri lebih tinggi daripada saudaranya, bekerja bagi diri sendiri, mencari tempat tertinggi; dan sering hal ini mengakibatkan sifat sangka-sangka jahat dan Roh kepahitan. Upacara yang mendahului perjamuan Tuhan dimaksudkan untuk melenyapkan salah pengertian ini, mengeluarkan manusia dari sifat mementingkan diri, menurunkan dia dari sifat meninggikan diri, kepada kerendahan hati yang akan menuntun dia untuk melayani saudaranya. KSZ2 290.1
Penunggu yang suci dari surga hadir pada peristiwa ini untuk menja-dikannya salah satu saat penyelidikan jiwa, keyakinan akan dosa, serta jaminan pengampunan dosa. Kristus dalam kepenuhan rahmat-Nya hadir di tempat itu untuk mengubahkan aliran pikiran yang telah mengalir dalam saluran mementingkan diri. Roh Kudus menghidupkan kepekaan pada mereka yang mengikuti teladan Tuhannya. Bila kerendahan hati Ju-ruselamat bagi kita diingat, pikiran dihubungkan dengan pikiran; rantai kenangan diingat kembali, kenangan tentang kebaikan Allah yang besar dan tentang pertolongan dan kelemahlembutan sahabat-sahabat di dunia. Berkat-berkat yang dilupakan, kemurahan yang digunakan dengan salah, kebaikan yang diremehkan, diingat kembali. Akar-akar kepahitan yang sudah mendesak tanaman kasih yang berharga akan dinyatakan. Cacat tabiat, sifat melalaikan kewajiban, sifat tidak berterima kasih kepada Allah, sikap dingin terhadap saudara-saudara kita, diingat kembali. Dosa kelihatan dalam terang yang dalamnya Allah memandangnya. Pikiran kita bukannya merasa puas akan diri sendiri, melainkan merasa perlunya mengadakan penyelidikan diri yang saksama dan kerendahan hati. Pikiran digiatkan untuk merubuhkan setiap penghalang yang telah menyebabkan kerenggangan. Sifat berpikir jahat dan berkata jahat disingkirkan. Dosa-dosa diakui dan diampuni. Anugerah Kristus yang menaklukkan itu datang ke dalam jiwa, dan kasih Kristus menarik hati bersama-sama dalam suatu persatuan yang diberkati. KSZ2 290.2
Bila pelajaran tentang upacara pendahuluan dipahami sedemikian, ke-rinduan dinyalakan untuk suatu kehidupan rohani yang lebih tinggi. Kepada kerinduan inilah Saksi Ilahi akan memberikan sambutan. Jiwa akan diangkat derajatnya. Kita dapat mengambil bagian dari Perjamuan Kudus dengan suatu kesadaran tentang dosa-dosa yang sudah diampuni Sinar matahari kebenaran Kristus akan memenuhi ruangan pikiran dan bait suci jiwa. Kita melihat “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yoh. 1:29. KSZ2 291.1
Bagi mereka yang menerima Ron pelayanan ini, hal itu sekali-kali tidak dapat menjadi suatu peringatan saja. Pelajarannya yang terus menerus ialah “Layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Gal. 5:13. Dalam membasuh kaki murid-murid-Nya, Kristus memberikan bukti bahwa Ia mau melakukan pelayanan apa saja, meskipun hina, yang akan menjadikan mereka mewarisi kekayaan kekal bersama-sama dengan Dia dari harta surga. Dalam melakukan -upacara yang sama, murid-muridNya berjanji sama sendirinya dalam cara yang sama untuk melayani saudara-saudara mereka. Bila upacara ini dirayakan dengan benar, anakanak Allah dibawa ke dalam suatu hubungan yang suci, untuk menolong dan mendatangkan berkat satu dengan yang lain. Mereka berjanji bahwa hidup akan diberikan pada pelayanan yang tidak mementingkan diri. Dan hal ini bukan saja untuk satu dengan yang lain. Lapangan pekerjaan mereka sama lebarnya dengan lapangan pekerjaan Guru mereka. Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan pelayanan kita. Yang miskin, yang tidak berdaya, yang tidak berpengetahuan, terdapat di segala tem- pat. Mereka yang sudah berhubungan dengan Kristus di ruangan atas akan keluar untuk melayani sebagaimana Ia telah melayani. KSZ2 291.2
Yesus, patut dilayani oleh semua orang, datang untuk menjadi hamba bagi semua orang. Dan sebab Ia melayani semua orang, Ia sekali lagi akan dilayani dan dihormati oleh semua orang. Dan mereka yang mau mengambil bagian dari sifat-sifat Ilahi-Nya, dan mendapat bagian dengan Dia dari kegembiraan melihat jiwa-jiwa ditebus, harus mengikuti teladan-Nya tentang pelayanan yang tidak mementingkan diri. KSZ2 292.1
Segala perkara ini dipahami dalam perkataan Yesus, “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Inilah maksud pelayanan yang didirikan-Nya. Dan Ia berkata, “Jikalau kamu tahu semua ini,” jikalau kamu mengetahui maksud pelajaran-Nya, “maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” KSZ2 292.2