Sejarah Para Nabi

14/38

12 - Abraham di Kanaan

Abraham kembali ke Kanaan “sangat kaya, banyak temak, perak dan emasnya”. Lot masih ada bersama dengan dia dan sekali lagi mereka kembali ke Betel dan mendirikan tenda-tenda mereka di samping mezbah yang pernah mereka dirikan sebelumnya. Dengan segera mereka dapati bahwa kekayaan yang banyak itu mendatangkan lebih banyak kesulitan. Di tengah-tengah kesukaran dan pencobaan mereka hidup bersama-sama dengan damai, tetapi di dalam kemakmuran mereka berada dalam bahaya akan timbulnya persengketaan di antara mereka. Padang rumput yang ada di situ tidak cukup bagi kawanan kam-bing domba mereka, dan pertengkaran-pertengkaran yang sering timbul di antara gembala-gembala mereka harus diselesaikan oleh majikanmajikan mereka. Jelaslah sekarang bahwa keduanya itu harus berpisah. Abraham, dalam usia lebih tua daripada Lot dan di dalam hubungan keluarga, dalam kekayaan dan dalam kedudukan ia lebih tinggi daripada Lot. Namun demikian, dialah yang lebih dulu mengadakan rencana untuk memelihara damai di antara mereka. Sekalipun seluruh negeri itu telah diberikan kepadanya oleh Allah sendiri, dengan sopan santun ia menyerahkan haknya itu. SPN 145.1

“Janganlah kiranya ada perkelahian,” katanya, “antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” SPN 145.2

Di dalam hal ini roh Abraham yang agung dan tidak mementingkan diri dinyatakan. Di dalam keadaan yang sama seperti itu betapa banyak orang, dengan risiko apa pun, tetap berpegang kepada hak pribadi mereka! Dengan demikian betapa banyak rumah tangga yang hancur! Betapa banyak gereja yang pecah dan menjadikan pekerjaan kebenaran itu sebagai bahan pembicaraan dan ejekan di antara orang kafir. “Janganlah kiranya ada perkelahian, antara aku dan engkau,” kata Abraham, “sebab kita ini kerabat;” bukan saja dalam hubungan kekeluargaan tetapi juga sebagai orang-orang yang berbakti kepada Allah yang benar. Anak-anak Allah di seluruh dunia ini adalah merupakan satu keluarga, dan roh kasih serta damai harus memerintah mereka. “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat” (Roma 12:10) adalah pengajaran dari pada Juruselamatmu. Pemeliharaan kesopansantunan yang seragam, satu kerelaan untuk berbuat kepada orang lain sebagaimana kita mau orang lain lakukan kepada kita, akan meniadakan separuh dari segala persoalan hidup ini. Roh meninggikan diri adalah roh Setan; tetapi hati di mana kasih Kristus memerintah akan memiliki roh kemurahan yang tidak mencari untung bagi dirinya sendiri. Mereka itu akan memperhatikan nasihat Ilahi, “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Filipi 2:4. SPN 146.1

Sekalipun Lot telah berutang budi kepada Abraham atas segala kekayaannya itu, ia tidak menunjukkan rasa syukur kepada orang yang telah memberikan budi baiknya itu. Dari segi sopan santun, sebenarnya Lot harus menyerahkan hak memilih kepada Abraham, tetapi gantinya ia berbuat demikian, dengan roh mementingkan diri ia telah berusaha untuk merebut segala keuntungan yang ada. la “melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar.” Tanah yang paling subur di seluruh Palestina adalah Lembah Yordan, yang dapat mengingatkan orang-orang yang melihatnya ke Firdaus yang telah hi- lang itu, dan menandingi keindahan serta kesuburan padang yang diairi oleh Sungai Nil yang baru saja mereka tinggalkan. Di sana juga ada kota-kota besar, yang kaya dan indah, yang mengajak orang untuk menjalankan perdagangan yang mendatangkan untung di pasar-pasar yang ramai itu. Silau oleh pandangan terhadap kekayaan duniawi Lot mengabaikan kejahatan-kejahatan moral dan rohani yang akan dihadapinya di sana. Penduduk lembah itu adalah sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN;” akan tetapi ia lalai dalam hal ini atau, sekalipun mengetahuinya, ia tidak begitu memperhatikannya, la telah memilih baginya seluruh Lembah Yordan,” dan “berkemah didekat Sodom. la gagal melihat dengan sebenarnya akibat-akibat yang mengerikan sebagai hasil pilihan yang mementingkan diri itu! SPN 146.2

Setelah perpisahannya dengan Lot, kembali Abraham menerima dari Tuhan satu perjanjian akan memiliki seluruh negeri itu. Segera setelah itu ia pindah ke Hebron, mendirikan tenda-tendanya di bawah pohon jati More dan membangunkan sebuah mezbah bagi 1 uhan di sampingnya. Di padang-padang yang tinggi dengan udara terbuka, dengan kebunkebun buah zaitun dan buah anggur, dengan ladang-ladang yang ditumbuhi gandum serta padang rumput yang menutupi bukit-bukit, ia hidup, puas dengan kehidupan seorang bapa yang sederhana, dan meninggalkan Lot kepada kemewahan yang membinasakan di Lembah Sodom itu. SPN 147.1

Abraham dihormati oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya sebagai seorang penghulu yang gagah perkasa dan seorang pemimpin yang sanggup dan arif bijaksana. la tidak menutup pengaruh hidupnya dari tetangga-tetangganya. Kehidupan dan tabiatnya, yang amat berbeda dengan penyembah-penyembah berhala itu, telah memberikan satu pe-ngaruh yang memberikan kesaksian akan imannya yang benar. Kesetia-annya kepada Allah tidak dapat digoyahkan, sementara keramahtamahan dan kedermawanannya membangkitkan kepercayaan serta persahabatan. dan keagungannya itu membuat dia disegani dan dihormati. SPN 147.2

Agamanya tidak digenggam sebagai satu harta yang mahal, yang dijaga dengan hati-hati serta dinikmati hanya oleh pemiliknya saja. Agama yang benar tidak dapat diperlakukan seperti itu, karena roh se- perti itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Injil. Apabila Kristus hidup di dalam hati, maka adalah mustahil untuk menyembunyikan te-. rang hadirat-Nya, atau membiarkan terang itu menjadi kabur. Sebaliknya, hal itu akan menjadi lebih terang apabila hari demi hari kabut dosa dan sifat mementingkan diri dilenyapkan oleh cahaya terang Matahari Kebenaran. SPN 147.3

Umat Allah adalah wakil-wakil-Nya di atas bumi ini, dan 1^ menghendaki agar mereka menjadi terang di dalam kegelapan akhlak dunia ini. Tersebar di mana-mana di dalam negeri, di kota-kota besar dan kecil, di kampung-kampung, mereka adalah saksi-saksi Allah, saluran-saluran melalui mana Ia akan menyampaikan satu pengetahuan akan kehendak-Nya dan keajaiban anugerah-Nya kepada satu dunia yang tidak percaya. Adalah rencana-Nya bahwa semua orang yang ambil bagian dalam keselamatan yang besar itu akan menjadi pengabarpengabar Injil bagi-Nya. Kesalehan orang Kristen merupakan ukuran oleh mana orang dunia menilai Injil itu. Ujian-ujian yang dihadapi dengan sabar, berkat-berkat yang diterima dengan rasa syukur, kelemahlembutan, keramahtamahan, kemurahan serta kasih yang dinyatakan sebagai kebiasaan sehari-hari adalah merupakan terang yang memancar dari tabiat mereka kepada dunia ini, serta menyatakan adanya perbedaan dengan kegelapan yang datang dari hati manusia yang mementingkan diri. SPN 148.1

Kaya dalam iman, luhur dalam kedermawanan, tidak goyah dalam penurutan, rendah hati dalam kesederhanaan dari hidup pengembaraannya, Abraham juga bijaksana dalam tutur kata dan berani serta ahli dalam peperangan. Sekalipun ia terkenal sebagai guru agama yang baru, ketiga bersaudara yang bangsawan itu, penguasa Lembah Amori di mana ia tinggal, telah menyatakan persahabatan mereka dengan mengundang dia untuk bersekutu dengan mereka agar keamanan mereka lebih terjamin; karena negeri itu penuh dengan kejahatan dan kekejaman. Tidak lama setelah itu satu kesempatan datang kepadanya untuk menyerahkan dirinya sebagai satu penolong persekutuan itu. SPN 148.2

Kedorlaomer, raja Elam, telah menyerang Kanaan empat belas tahun sebelumnya, dan telah menjadikannya sebagai negeri pembayar upeti kepadanya. Beberapa dari antaranya sekarang memberontak, dan raja Elam dengan empat orang raja lain sebagai sekutunya sekali lagi bergerak menuju ke negeri itu untuk memaksa mereka agar menyerah. Lima orang raja Kanaan menggabungkan kekuatan mereka, dan menghadapi penyerang-penyerang itu di Lembah Sidim, tetapi sama sekali telah ditaklukkan. Sebagian besar tentara-tentara mereka dihancurkan dan mereka yang hidup berusaha menyelamatkan diri dengan lari ke gununggunung. Si pemenang telah merampas kota-kota besar di negeri itu, dan telah meninggalkannya dengan membawa barang-barang hasil rampasan dan juga para tawanan di antaranya Lot dan keluarganya. SPN 148.3

Abraham yang hidup dengan tenang di hutan pohon jati More, mendengar dari salah seorang pengungsi tentang cerita peperangan itu, dan malapetaka yang telah menimpa kemenakannya. Ia tidak memanjakan pikiran-pikiran yang tidak baik sehubungan dengan sikap Lut yang tidak tahu berterima kasih itu. Di dalam dirinya bangkit rasa kasih sepenuhnya terhadap Lut, dan ia mengambil keputusan untuk menyelamatkannya. Abraham menyediakan diri berperang dengan lebih dulu mencari nasihat Ilahi. Dari tendanya sendiri ia telah mengumpu kan tiga ratus delapan belas hamba-hambanya yang terlatih, orang-orang yang terlatih dalam hal takut akan Tuhan, dalam pelayanan mereka terhadap majikan mereka, dan dalam menggunakan senjata. Sekutunya Mamre, Eskal, dan Aner menggabungkan diri dengan tentaranya, dan bersamasama mereka telah mengejar raja-raja yang telah menyerang mereka itu. Orang Elam dan sekutu mereka telah mendirikan tenda di Dan, di perbatasan sebelah utara dengan Kanaan. Mabuk dengan kemenangan dan merasa tidak takut akan terjadi serangan dari musuh yang sudah dikalahkan itu, mereka telah mengadakan pesta pora. Abraham membagibagi tentaranya agar dapat menyerbu dari segenap penjuru, dan menyerang tenda-tenda musuh pada malam hari. Serangannya begitu hebat dan tidak diharapkan, menghasilkan kemenangan yang cepat. Raja Elam terbunuh dan serdadu-serdadunya yang dicekam kepanikan lari tunggang langgang. Lot dan keluarganya dengan segala tawanan dan harta benda mereka telah direbut kembali, dan hasil rampasan yang banyak telah jatuh ke tangan pemenang-pemenang itu. Kemenangan telah diperoleh Abraham di bawah lindungan Tuhan. Penyembah Tuhan itu bukan saja telah memberikan satu pelayanan yang baik terhadap negerinya, tetapi juga telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang perkasa dalam peperangan. Ternyata bahwa kebenaran tidaklah bersifat pengecut, dan bahwa agama Abraham telah menjadikannya berani dalam mempertahankan yang benar dan membela yang terjajah. Tindakan kepahlawanannya telah memberikan kepadanya satu pengaruh yang luas di antara suku-suku bangsa di sekelilingnya. Pada waktu ia kembali, raja Sodom bersama dengan pengawal-pengawalnya telah keluar untuk mengelu-elukan si pemenang itu. la memerintahkan agar Abraham mengambil segala harta benda itu, dan meminta hanya agar tawanantawanan itu dikembalikan kepadanya. Melalui peperangan, barangbarang rampasan itu menjadi milik yang menang; tetapi Abraham telah pergi berperang bukan untuk mencari keuntungan, dan ia menolak untuk mengambil keuntungan dari orang yang sedang ditimpa kemalangan, ia hanya mengatur agar sekutu-sekutunya menerima bagian sesuai dengan hak mereka. SPN 149.1

Jikalau dihadapkan kepada ujian seperti itu, sedikit saja orang yang akan menunjukkan dirinya seagung Abraham. Sedikit saja yang akan menolak penggodaan untuk memperoleh hasil rampasan sebanyak itu. Teladan hidupnya merupakan satu tempelakan terhadap roh mencari keuntungan untuk diri. Abraham menghormati tuntutan-tuntutan dari pada keadilan dan kemanusiaan. Tindakannya menjadi gambaran dari pada perintah yang diilhamkan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Imamat 19:18. “Aku bersumpah, katanya, demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya.” Ia tidak memberikan peluang kepada mereka untuk berpikir bahwa ia telah melibatkan diri dalam peperangan untuk memperoleh keuntungan atau bahwa kekayaannya itu adalah karena pemberian atau karena kebaikan mereka. Tuhan telah berjanji akan memberkati Abraham dan kepada-Nyalah kemuliaan itu harus dinyatakan. SPN 150.1

Orang lain yang datang menyambut Abraham yang menang itu adalah Melkisedek, raja Salem, yang membawa roti dan anggur untuk menjamu tentaranya. Sebagai “imam Allah Yang Mahatinggi, ia telah mengucapkan berkat ke atas diri Abraham dan bersyukur kepada TUHAN, yang telah mengadakan satu kelepasan yang besar melalui hamba-Nya. Dan Abraham “memberikan kepadanya sepersepuluh dan semuanya. SPN 151.1

Dengan gembira Abraham kembali ke tendanya dan kepada kawanan dombanya, tetapi pikirannya terganggu oleh perkara-perkara yang menyusahkan. Selama ini ia adalah seorang yang hidupnya damai, sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari permusuhan an persengketaan; dan dengan rasa gentar ia membayangkan kembali pembantaian manusia yang telah disaksikannya. Tetapi bangsa-bangsa yang telah diaklukkannya itu tidak diragukan lagi akan mengadakan serangan balasan ke negeri Kanaan, dan menjadikan dirinya sebagai sasaran utama dari bangsa-bangsa itu, kehidupannya yang tenang akan terganggu. Lebih jauh lagi, ia belum memiliki tanah Kanaan, ia juga belum dapat mengharapkan seorang ahli waris sekarang ini kepada siapa perjanjian itu akan SPN 151.2

Di dalam satu khayal pada waktu malam suara Ilahi kembali terde ngar. “Janganlah takut, Abram,” adalah kata-kata dan Raja segala raja; “Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar ” Tetap, pikirannya ter-tekan oleh firasat yang tidak baik sehingga sekarang ini ia tidak dapat memahami perjanjian itu dengan kepercayaan yang pasti seperti sebelumnya. Ia berdoa untuk meminta beberapa bu ti yang nyata bahwa janji itu akan digenapi. Dan bagaimanakah perjanjian itu dapat menjadi kenyataan sedangkan karunia untuk seorang ana lelaki telah ditahan dari padanya? “Apakah yang akan Engkau berikan kepadaku,” “katanya, “karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak?” “Sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku. Ia bermaksud untuk menjadikan hamba kepercayaannya Eliezer, sebagai anak angkatnya dan pewaris dari segala harta miliknya. Tetapi kepadanya diberikan jaminan bahwa seorang anak kandungnya sendiri akan menjadi ahli warisnya. Kemudian ia dipimpin keluar dari tendanya dan disuruh untuk menengadah kepada bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya yang berkilau-kilauan di langit; dan apabila ia melakukannya, kata-kata diucapkan, “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Roma 4:3. SPN 151.3

Abraham masih meminta tanda yang dapat dilihat sebagai satu penguat terhadap imannya, dan sebagai satu bukti kepada generasi berikutnya bahwa maksud-maksud Allah yang baik bagi mereka akan dilaksanakan. Tuhan telah turun untuk memasuki satu perjanjian dengan hamba-Nya, dan dengan menggunakan cara-cara yang menjadi adat kebiasaan di antara manusia untuk mensahkan satu sumpah yang khidmat. Oleh petunjuk Ilahi, Abraham telah mengorbankan seekor lembu betina, seekor kambing betina dan seekor domba jantan, masingmasing tiga tahun umumya. Badan binatang-binatang itu dibelah dua dan masing-masing bagian diletakkan agak berjauhan. Kepada semua ini ditambahkan seekor burung tekukur dan seekor anak merpati, tetapi keduanya itu tidak dibelah; setelah itu dilakukan, dengan penuh hormat ia berjalan di antara bagian-bagian dari pada korban itu, sambil mengadakan satu sumpah yang khidmat kepada Allah bahwa ia akan tetap menurut. Dengan waspada dan dengan setia, ia tetap tinggal di samping bangkai-bangkai binatang itu sampai matahari terbenam, untuk menjaga agar itu jangan dinodai atau dimakan oleh burung-burung yang buas. Menjelang matahari terbenam ia tertidur dengan nyenyaknya, dan, “turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.” Dan suara Allah terdengar mengatakan kepadanya agar jangan mengharap untuk memiliki Tanah Perjanjian itu dengan segera, dan menunjuk ke depan kepada penderitaan yang akan dialami oleh keturunannya sebelum mereka menetap di Kanaan. Rencana penebusan dinyatakan kepadanya saat itu, di dalam kematian Kristus, korban yang besar itu dan kedatangan-Nya di dalam kemuliaan. Abraham juga melihat bumi yang dipulihkan kepada keindahannya seperti Lden, yang akan diberikan kepadanya sebagai miliknya yang kekal, sebagai kegenapan yang sempurna dan yang terakhir dari pada perjanjian itu. SPN 152.1

Sebagai satu jaminan perjanjian antara Allah dengan manusia, satu dapur api yang berasap dan sebuah lampu yang menyala, lambang- lambang dari hadirat Ilahi, telah berlalu di antara korban-korban yang terbelah itu, dan menghabiskan semuanya itu. Dan kembali satu suara terdengar oleh Abraham, meneguhkan janji pemberian tanah Kanaan kepada keturunannya, “mulai dari Sungai Mesir-sampai e sungai yang besar itu, Sungai Efrat.” SPN 152.2

Apabila Abraham sudah tinggal di Kanaan selama hampir dua puluh lima tahun, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan bersabda, “Aku lah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Dengan rasa gentar, Abraham sujud sampai di tanah, dan selanjutnya terdengar kata-kata : “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat eng au sangat banyak.” Sebagai tanda kegenapan dari perjanjian ini, namanya, yang hingga saat itu disebut Abram, diubah menjadi Abraham, yang berarti, “bapa sejumlah besar bangsa.” Nama Sarai menjadi Sarah “ratu” karena kata suara Ilahi itu, “sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa, raja raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” SPN 153.1

Pada saat itu upacara sunat diberikan kepada Abraham sebagai “meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat.” Roma 4:11. Ini harus dilaksanakan oleh Abraham dan ketu-runannya sebagai satu tanda bahwa mereka telah diabdikan kepada pelayanan akan Allah, dan dengan demikian dipisahkan dari penyembahpenyembah berhala dan bahwa Allah telah menerima mereka sebagai harta-Nya yang istimewa. Oleh upacara ini mereka disumpah untuk menggenapkan, sebagai bagian mereka, syarat-syarat dari pada perjanjian yang diadakan dengan Abraham. Mereka tidak boleh mengadakan per-kawinan dengan orang-orang kafir; karena dengan berbuat demikian mereka akan kehilangan rasa hormat mereka terhadaAllah dan hukum-hukum-Nya yang suci; mereka akan tergoda untuk melakukan praktikpraktik yang keji dari bangsa-bangsa lain dan a an terhanyut kepada penyembahan berhala. SPN 153.2

Tuhan memberikan kehormatan yang besar ke atas din Abraham. Maiaikat-malaikat surga berjalan dan berkata-kata dengan dia sebagai seorang sahabat dengan sahabat. Menjelang dijatuhkannya hukuman ke atas Sodom. fakta itu tidak disembunyikan dari padanya, dan ia menjadi seorang pengantara dengan Allah bagi orang-orang yang berdosa. Percakapannya dengan maiaikat-malaikat itu menampilkan pula satu contoh yang indah tentang keramahtamahan. SPN 153.3

Di tengah hari yang terik pada satu musim panas, Abraham sedang duduk di pintu tendanya, sambil memandang ke luar kepada padang yang tenang, saat itu ia melihat di kejauhan ada tiga orang sedang mendekat. Sebelum tiba di tendanya, orang-orang asing itu berhenti, seolaholah sedang berembuk mengenai arah mana yang akan mereka tempuh. Tanpa menunggu untuk dimintai pertolongan, Abraham cepat-cepat bangkit dan apabila mereka akan berpaling ke arah lain, dengan cepat ia mengejar mereka dan dengan sopan santun mengajak mereka untuk menghormati dia dengan singgah di tempat kediamannya dan makan. Dengan tangannya sendiri ia mengambil air agar mereka dapat mencuci kaki mereka dari debu yang mengotorinya. Ia sendiri memilih makanan mereka, dan sementara mereka beristirahat di bawah naungan yang sejuk itu, maka hidangan pun telah disediakan, dan dengan sikap hormat ia berdiri di samping mereka sementara mereka menikmati keramahtamahannya. Tindakan yang sopan santun ini dianggap penting pada pemandangan Tuhan sehingga itu dicatat dalam firman-Nya; dan seribu tahun kemudian hal itu disebutkan kembali oleh rasul yang diilhami: “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu maiaikat-malaikat.” Ibrani 13:2. SPN 154.1

Abraham melihat di dalam diri ketiga orang temannya itu hanyalah tiga orang asing yang keletihan, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa di antara mereka ada satu yang boleh ia sembah tanpa berbuat dosa. Tetapi tabiat sebenarnya dari pada pesuruh-pesuruh surga itu sekarang dinyatakan. Sekalipun mereka ada dalam perjalanan sebagai pelaksana murka Allah, tetapi kepada Abraham, orang yang beriman itu, mereka lebih dulu mengucapkan berkat. Sekalipun TUHAN sangat teliti untuk mencatat kejahatan dan menghukum pelanggaran, Ia tidak bersuka-suka di dalam pembalasan. Pekerjaan membinasakan adalah satu “perbuatan yang asing” kepada Dia yang tidak terbatas kasih-Nya itu. SPN 154.2

“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia.” Mazmur 25:14. Abraham telah menghormati Allah dan Allah menghormati dia, dengan mengajak dia untuk berunding dan menyatakan kepadanya tentang maksud-maksud Ilahi itu. “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? kata Tuhan. “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk meli-hat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengeta-huinya.” Kejadian 18:20, 21. Allah mengetahui dengan baik ukuran dari pada kesalahan Sodom; tetapi Ia berkata-kata dalam cara manusia, agar keadilan tindakan-Nya itu dapat dipahami. Sebelum menjatuhkan hukuman ke atas diri orang-orang yang melanggar Ia sendiri akan turun untuk mengadakan pemeriksaan terhadap kehidupan mere a, jikalau mereka belum melampaui batas kemurahan Ilahi, Ia masih akan tetap memberikan kesempatan untuk bertobat. Dua dari antara pesuruh-pesuruh surga itu pergi, meninggalkan Abraham bersama dengan Dia yang sekarang ini ia telah ketahui yaitu Anak Allah. Dan manusia yang penuh iman itu mengadakan permohonan demi kepentingan penduduk Sodom. Dulu ia pernah menyelamatkan mereka oleh pedangnya sekarang ia berusaha menyelamatkan mereka dengan doanya. Lot dan keluarganya masih tinggal di sana, dan kasih yang tidak mementingkan diri yang telah mendorong Abraham untuk menyelamatkan mereka dari bangsa Elam, sekarang berusaha menyela-matkan mereka, jikalau itu adalah kehendak Allah, dari topan hukuman Ilahi. SPN 154.3

Dengan rasa hormat serta rendah hati ia menghadapkan permohonannya: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata epada TUHAN, walaupun aku debu dan abu.” Padanya tidak ada kepercayaan terhadap diri, tidak ada kesombongan akan kebenaran dirinya. Ia tidak menuntut akan diperkenankan oleh Tuhan atas dasar penurutannya atau karena pengorbanan yang telah diadakannya dalam melakukan kehendak-Nya. Ia sendiri adalah orang berdosa dan ia memohon, demi kepentingan orang berdosa. Roh seperti inilah yang harus dimiliki oleh semua orang yang datang menghampiri Allah. Tetapi Abraham menyatakan kepercayaan seorang anak yang sedang memohon kepada bapa yang dikasihinya. Ia datang dekat kepada Pesuruh surga itu, dan dengan sungguh-sungguh ia menghadapkan permintaannya itu. Sekalipun Lot telah menjadi seorang penghuni Sodom ia tidak ambil bagian dalam kejahatan penduduknya. Abraham berpikir bahwa di dalam kota yang padat penduduknya itu tentu ada orang-orang lain yang menyembah Allah yang benar. Dan dengan pendapat seperti ini ia memohon, “Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik .... Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Abraham memohon bukan hanya sekali saja tetapi berulangulang. Apabila permohonannya dikabulkan dengan lebih berani ia terus meminta sehingga ia mendapat jaminan bahwa jikalau saja ada sepuluh orang benar didapati di dalamnya, maka kota itu akan dipelihara dari kebinasaan. SPN 155.1

Kasih bagi jiwa-jiwa yang akan binasa mengilhami doa Abraham. Sementara ia merasa sudah muak dengan dosa-dosa kota yang jahat itu, ia rindu agar orang-orang berdosa itu dapat diselamatkan. Perhatiannya yang dalam terhadap Sodom menunjukkan rasa khawatir yang harus kita rasakan terhadap orang-orang yang belum bertobat. Kita harus memupuk rasa benci terhadap dosa tetapi belas kasihan dan kasih bagi orang berdosa. Semua orang di sekeliling kita adalah jiwa-jiwa yang sedang menuju kepada kehancuran, sama-sama tidak berpengharapan serta mengerikan keadaannya, seperti yang terjadi ke atas Sodom. Setiap hari pintu kasihan bagi beberapa orang telah tertutup. Setiap jam beberapa orang pergi melewati jangkauan rahmat. Dan di manakah suarasuara amaran dan panggilan untuk mengajak-orang berdosa lari dari celaka yang mengerikan itu? Di manakah tangan-tangan yang diulurkan untuk menarik mereka kembali dari kematian? Di manakah mereka yang dengan rendah hati dan dengan iman yang teguh memohon kepada Allah bagi orang berdosa? SPN 156.1

Roh Abraham adalah roh Kristus. Anak Allah itu sendiri adalah Pengantara yang agung demi kepentingan orang-orang berdosa. Ia yang telah membayar harga tebusannya mengetahui nilai jiwa manusia. De- ngan satu roh perlawanan terhadap kejahatan, roh yang hanya ada di dalam diri yang sama sekali tidak bernoda, Kristus menyatakan kepada orang berdosa satu kasih yang dimiliki hanya oleh Satu Pribadi yang tidak terbatas kebajikan-Nya. Di dalam penderitaan salib itu, dengan beban dosa seluruh dunia tertanggung atas diri-Nya, la berdoa bagi pengolok-olok dan pembunuh-pembunuh-Nya, Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lukas 23:34. SPN 156.2

Tentang Abraham dituliskan bahwa ia disebut sahabat Allah, bapa semua orang percaya.” Yakobus 2:23; Roma 4:11. Kesaksian Allah tentang bapa yang setiawan ini adalah, “Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku.” Dan lagi, ‘Aku telah memilih dia, supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya 1 UHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya. Kepada suatu kehormatan yang tertinggilah Abraham telah dipanggil, yaitu menjadi bapa dari satu umat yang untuk berabad-abad lamanya menjadi penjaga dan pemelihara kebenaran Allah bagi dunia ini satu umat melalui siapa semua bangsa dibumi akan diberkati di dalam kedatangan Mesias yang dijanjikan itu. Tetapi Dia yang telah memanggil Abraham telah menilainya sebagai seorang yang layak. Tuhan sendirilah yang berkata-kata, la yang mengerti kedalaman pikiran manusia dan dapat memberikan penilaian yang benar terhadap manusia, berkata, Aku telah memilih dia.” Abraham tidak menggunakan kebenaran itu untuk maksud kepentingan dirinya. la memelihara hukum itu dan berlaku adil serta benar. Dan bukan hanya dirinya saja yang takut akan Allah, melainkan di dalam seluruh rumah tangganya agama itu dikembangkan. Ia mengajar keluarganya dalam kebenaran. Hukum Allah menjadi peraturan dalam rumah tangganya. SPN 157.1

Rumah tangga Abraham terdiri lebih daripada seribu jiwa. Mereka yang dipimpin oleh pengajarannya untuk berbakti kepada Allah yang Esa, memperoleh sebuah tenda; dan di sini mereka menerima petunjukpetunjuk, seperti halnya di sekolah, yang akan menyediakan mereka untuk menjadi wakil-wakil dari pada iman yang sejati. Dengan demiki- an satu tanggung jawab yang besar ada di atas pundaknya. Ia melatih kepala-kepala rumah tangga dan cara-cara pemerintahannya akan dijalankan di dalam rumah-rumah tangga di mana mereka masing-masing bertindak sebagai kepalanya. SPN 157.2

Pada zaman itu bapa adalah pemimpin dan imam dari pada keluar* ganya, dan ia menjalankan kekuasaannya terhadap anak-anaknya sekalipun setelah mereka sudah mempunyai keluarga sendiri. Keturunannya diajar untuk memandang kepadanya sebagai pemimpin mereka baik dalam hal keagamaan dan juga hal-hal yang sekular. Abraham berusaha untuk mengabadikan sistem pemerintahan bapa seperti itu, karena itu cenderung untuk memelihara pengetahuan akan Allah. Hal itu perlu untuk mengikat anggota-anggota rumah tangga bersamasama, agar supaya dapat membangun satu pelindung terhadap penyembahan berhala yang telah begitu mendalam dan merajalela. Abraham berusaha segala cara menurut kemampuannya untuk menjaga orangorang yang ada di dalam tenda-tendanya agar jangan bercampur baur dengan orang-orang kafir dan menyaksikan penyembahan berhala yang mereka lakukan, oleh karena ia mengetahui bahwa menjadi biasa dengan hal-hal yang jahat akan dapat merusak prinsip-prinsip. Usaha yang sungguh-sungguh dilaksanakan untuk menutup segala bentuk agama palsu dan memberikan kesan kepada pikiran mereka akan keagungan serta kemuliaan Allah yang hidup sebagai satu Pribadi yang harus disembah. SPN 158.1

Adalah satu rencana yang bijaksana, yang telah diperbuat Allah sendiri untuk memutuskan, sebisa-bisanya, hubungan antara umat-Nya dengan orang kafir, dengan menjadikan mereka sebagai satu umat yang hidup terpisah dan tidak terbilang di antara bangsa-bangsa itu. Ia telah memisahkan Abraham dari keluarga-keluarganya yang menyembah kepada berhala agar ia dapat melatih dan mendidik rumah tangganya terpisah dari pengaruh yang menyesatkan yang akan mengelilingi mereka di Mesopotamia, dan agar iman yang benar itu dapat dipelihara dalam kemurniannya oleh keturunannya dari generasi kepada generasi. SPN 158.2

Kasih Abraham terhadap anak-anaknya dan rumah tangganya telah menuntun dia untuk menjaga iman dan agama mereka, untuk membagi- kan kepada mereka satu pengetahuan akan hukum-hukum Ilahi, sebagai satu warisan yang paling berharga yang dapat diturunkan kepada mereka dan melalui mereka ke dunia ini. Semua diajar bahwa mereka itu berada di bawah pemerintahan Allah yang di surga. Tidak boleh terjadi penekanan dari pihak orangtua dan pelanggaran dari pihak anak-anak. Hukum Allah telah menetapkan kepada masing-masing akan tanggung jawabnya dan hanya dalam penurutan kepadanya masing-masing mereka dapat memperoleh kebahagiaan dan kemakmuran. SPN 158.3

Teladan hidupnya sendiri, pengaruh yang tenang dari pada kehidupannya setiap hari, merupakan satu pelajaran yang tetap. Kejujuran yang tak tergoyahkan itu, kebajikan serta kesopansantunannya yang tidak mementingkan diri sendiri, yang telah membuat raja-raja kagum, dinyatakan di dalam rumah tangganya. Ada satu kesemerbakan di sekeliling hidupnya, satu keagungan dan keindahan dari pada tabiatnya yang menyatakan kepada semua orang bahwa ia mempunyai hubungan dengan surga. Ia tidak pernah mengabaikan jiwa seorang hamba yang paling hina sekalipun. Di dalam rumah tangganya tidak terdapat satu undangundang tersendiri bagi majikan dan undang-undang yang lain bagi hamba-hamba; tidak ada satu cara hidup yang agung bagi orang kaya dan cara yang lain bagi orang miskin. Semua orang diperlakukan dengan adil dan belas kasihan, bersama-sama dengan dia sebagai pewaris anugerah kehidupan. SPN 159.1

“Diperintahkannya kepada ... keturunannya.” Tidak ada kelalaian untuk mencegah kecenderungan anak-anaknya untuk berbuat yang jahat, tidak ada sistem anak mas yang sifatnya lemah, tidak bijaksana dan longgar itu, tidak ada pengorbanan keyakinan akan tanggung jawab kepada tuntutan rasa kasihan yang salah. Abraham bukan saja memberikan petunjuk-petunjuk yang benar tetapi juga mempertahankan wewenang dari hukum yang benar dan adil itu. SPN 159.2

Betapa sedikitnya orang-orang di zaman kita ini yang mengikuti teladan hidupnya! Di pihak banyak orangtua terdapat satu perasaan yang buta dan bersifat mementingkan diri, kasih yang palsu, yang dinyatakan dengan cara membiarkan anak-anak, dengan pertimbangan mereka yang belum matang serta nafsu yang tak berdisiplin, untuk mengendalikan diri mereka menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini merupakan perbuatan yang paling kejam terhadap diri anak-anak muda itu, dan sat kesalahan yang besar kepada dunia ini. Sifat memanjakan anak yang ada pada orangtua menyebabkan ketidakteraturan dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Hal ini menguatkan keinginan yang ada di dalam diri orang-orang muda untuk mengikuti kecenderungan-kecenderungannya, gantinya menyerah kepada tuntutan-tuntutan Ilahi. Dengan demikian mereka akan bertumbuh dengan satu hati yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, dan mereka akan menurunkan roh pemberontakan serta roh tidak beragama kepada anakcucu mereka. Biarlah penurutan kepada wewenang orangtua diajarkan dan dijalankan sebagai langkah pertama dalam penurutan kepada kekuasaan Tuhan. SPN 159.3

Sikap meremehkan hukum Allah yang dinyatakan, bahkan oleh pe-mimpin-pemimpin agama, telah menyebabkan kejahatan yang besar. Pengajaran yang telah begitu meluas, bahwa hukum Ilahi tidak lagi berlaku terhadap diri manusia, adalah sama dengan penyembahan berhala dalam akibat-akibatnya terhadap akhlak manusia. Mereka yang berusaha mengecilkan tuntutan-tuntutan hukum Allah yang suci sedang menyerang langsung ke dasar pemerintahan rumah-rumah tangga dan bangsa-bangsa. Para orangtua yang beragama, bilamana gagal untuk berjalan dalam hukum-hukum-Nya, tidaklah memerintahkan rumah tangga mereka untuk memelihara jalan Allah. Hukum Allah tidak dijadikan sebagai peraturan hidup. Anak-anak, bilamana telah mendirikan rumah tangga mereka sendiri, tidak merasakan adanya kewajiban untuk mengajar anak-anak mereka tentang apa yang mereka sendiri tidak pernah diajar. Dan inilah yang menyebabkan mengapa banyak rumah tangga yang tidak ber-Tuhan; inilah yang menyebabkan mengapa kemerosotan akhlak begitu dalam dan merajalela. SPN 160.1

Sebelum orangtua sendiri berjalan sesuai dengan hukum Allah dengan hati yang tulus, mereka belum bersedia untuk memerintahkan anakanak mereka untuk berjalan menurut jejak langkah mereka. Satu pembaharuan di dalam hal ini diperlukan—satu pembaharuan yang sifatnya harus mendalam dan meluas. Orang tua perlu mengadakan pembaruan; pendeta-pendeta perlu mengadakan pembaruan-pembaruan; mereka memerlukan Allah di dalam rumah tangga mereka. Jikalau mereka ingin melihat satu keadaan yang berbeda, mereka harus membawa firman-Nya ke dalam keluarga mereka dan menjadikannya sebagai penasihat mereka. Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa itu adalah suara Allah yang ditujukan kepada mereka dan harus ditaati dengan saksama. Dengan sabar mereka harus memberikan petunjuk kepada anak-anak mereka, dengan manis budi dan tidak mengenal lelah mengajar mereka bagaimana agar dapat hidup menyenangr kan hati Allah. Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga seperti ini akan dipersiapkan untuk menghadapi tipu muslihat orang-orang yang tidak percaya. Mereka telah menerima Alkitab sebagai dasar iman mereka, dan mereka mempunyai dasar yang tidak akan dapat dihanyutkan oleh arus kekafiran yang sedang melanda. SPN 160.2

Doa amat dilalaikan di banyak rumah tangga. Orangtua merasa bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk mengadakan kebaktian pagi dan petang. Mereka tidak mengasingkan sedikit waktu untuk digunakan bersyukur kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang berkelimpahan— atas sinar matahari dan hujan yang turun, yang telah menyebabkan tanaman bertumbuh, dan atas penjagaan malaikat-malaikat-Nya yang suci. Mereka tidak mempunyai waktu untuk melayangkan doa meminta pertolongan serta pimpinan Ilahi, dan untuk kehadiran Yesus di dalam rumah tangga mereka. Mereka pergi bekerja seperti seekor lembu atau kuda, pergi begitu saja tanpa satu pemikiran akan Allah atau surga. Mereka mempunyai jiwa-jiwa yang begitu berharga sehingga gantinya mereka dibiarkan hilang tanpa harapan, Anak Allah telah memberikan hidup-Nya untuk menebus mereka; tetapi penghargaan mereka terhadap kebajikan Allah yang besar itu hanya sedikit saja melebihi binatang-binatang yang akan binasa. SPN 161.1

Seperti bapa-bapa di zaman dahulu, mereka yang mengaku cinta kepada Allah harus mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan di mana saja mereka mendirikan tenda mereka. Jikalau pernah ada satu waktu di mana setiap rumah tangga harus menjadi sebagai satu rumah doa, sekaranglah waktunya. Bapa-bapa dan ibu-ibu harus sering mengangkat hati mereka kepada Allah dalam permohonan yang rendah hati bagi diri mereka, dan anak-anak mereka. Biarlah bapa sebagai imam dalam rumah tangga meletakkan di hadapan mezbah Allah korban pagi dan petang, sementara istri dan anak-anak bersatu dalam doa dan pujian. Di dalam rumah tangga seperti itu Yesus senang tinggal. SPN 161.2

Dari setiap rumah tangga Kristen satu terang yang suci harus bersinar. Kasih harus dinyatakan dalam perbuatan. Itu harus mengalir di dalam setiap hubungan dalam rumah tangga, menunjukkan dirinya dalam sifat manis budi, kelemahlembutan dan sopan santun. Ada rumah-rumah tangga di mana Allah disembah dan kasih yang paling sejati memerintah. Dari rumah-rumah tangga seperti ini doa pagi dan petang naik kepada Allah sebagai satu dupa yang harum, dan rahmat serta berkat-Nya turun ke atas mereka seperti embun pagi. SPN 162.1

Satu rumah tangga Kristen yang teratur baik merupakan satu alasan yang berkuasa dalam membela kenyataan dari pada agama Kristen — suatu alasan yang tidak dapat dibantah oleh orang yang tidak percaya. Semua orang dapat melihat bahwa ada kuasa yang sedang bekerja di dalam keluarga yang mempengaruhi anak-anaknya dan bahwa Allah Abraham bersama-sama mereka. Jikalau rumah-rumah tangga orangorang yang mengaku Kristen mempunyai satu bentuk keagamaan yang benar, maka mereka akan memberikan satu pengaruh yang besar untuk kebaikan. Mereka sesungguhnya akan menjadi “terang dunia”. Allah yang ada di surga mengatakan kepada setiap orang tua yang setia satu ucapan yang ditujukan kepada Abraham: “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.” SPN 162.2