Sejarah Para Nabi
10 - Menara Babel
Untuk mengisi kembali bumi yang telah sunyi senyap dilanda air bah oleh sebab kejahatan akhlaknya, Allah telah memelihara hanya satu keluarga saja, yaitu rumah tangga Nuh, yang kepadanya, Ia telah berkata “Engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” Kejadian 7:1. Tetapi di dalam diri ketiga anak lelaki Nuh itu dengan cepat berkembang perbedaan besar yang sama seperti yang terlihat di dalam dunia sebelum air bah. Di dalam diri Sem, Ham dan Yafet, yang menjadi bapa-bapa umat manusia, terbayang gambaran tabiat keturunan mereka. SPN 128.1
Nuh sambil berkata-kata melalui ilham, meramalkan sejarah tiga ras yang besar yang akan muncul dari bapa-bapa umat manusia itu. Menelaah keturunan Ham, melalui anak gantinya bapa, Nuh berkata: “Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya.” Kejahatan Ham yang luar biasa menunjukkan bahwa sikap hormat terhadap orangtua telah lama hilang dari jiwanya, dan hal itu menyatakan adanya kekejian serta kejahatan wataknya. Sifat-sifat yang jahat ini diteruskan di dalam diri Kanaan dan turunannya, yang ke atasnya pehukuman Allah telah dijatuhkan oleh sebab dosa mereka yang terus menerus. SPN 128.2
Di lain pihak, sikap hormat yang dinyatakan oleh Sem dan Yafet terhadap bapa mereka dan dengan cara demikian terhadap hukum Ilahi, menjanjikan satu masa depan yang gemilang bagi turunannya. Tentang anak-anak ini dikatakan: “Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya. Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia tinggal dalam kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya.” Garis keturunan Sem akan menjadi asai dari pada umat pilihan, asal umat perjanjian Tuhan, asal Penebus yang dijanjikan itu. SPN 128.3
Tuhan adalah Allah Sem. Darinya akan turun Abraham dan bangsa Israel yang melaluinya Kristus akan datang. “Berbahagialah bangsa yang Aliahnya ialah TUHAN.” Mzm. 144:15. Dan Yafet “akan tinggal di dalam tenda Sem.” Di dalam berkat-berkat Injil itu keturunan Yafet terutama sekali akan ikut ambil bagian. SPN 129.1
Turunan Kanaan merosot ke dalam suatu bentuk kekafiran yang paling keji. Sekalipun kutuk yang diucapkan nabi itu menetapkan mereka kepada perbudakan, kutuk tersebut ditunda kegenapannya selama berabad-abad lamanya. Tuhan bersikap panjang sabar terhadap kekejian serta kejahatan mereka sampai mereka ditolak dan menjadi hamba-hamba kepada turunan Sem dan Yafet. SPN 129.2
Nubuatan Nuh bukanlah merupakan satu hukuman yang dijatuhkan dengan sewenang-wenang oleh murka Allah ke satu pihak ataupun menyatakan adanya anak mas di pihak lain. Itu tidak pula menetapkan tabiat serta nasib anak-anaknya. Tetapi itu menunjukkan apa yang akan menjadi akibat jalan hidup yang mereka masing-masing telah pilih, dan dari tabiat yang telah mereka kembangkan. Itu merupakan satu pernyataan maksud-maksud Allah terhadap mereka dan keturunan mereka dengan melihat tabiat serta tindakan mereka. Sebagai satu patokan, anak-anak mewarisi kecenderungan-kecenderungan dari orangtua mereka, dan meniru teladan hidup mereka; sehingga dosa-dosa orang tua dipraktikkan oleh anak-anak dari generasi ke generasi. Dengan demikian kejahatan serta sikap tidak hormat yang ada pada diri Ham dipantulkan dalam hidup keturunannya, serta mendatangkan kutuk ke atas diri mereka dalam banyak generasi. “Satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.” Pengkhotbah 9:18. SPN 129.3
Di pihak lain, betapa besamya pahala atas sikap hormat Sem terha- dap bapanya; dan betapa agungnya garis keturunan orang-orang suci yang terlihat dalam keturunannya! “TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh,” “dan anak cucunya menjadi berkat.” Mazmur 37:18, 26. “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Aliahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.” Ulangan 7:9. SPN 129.4
Untuk jangka waktu tertentu keturunan Nuh itu terus bermukim di antara gunung-gunung di mana bahtera itu kandas. Tatkala jumlah mereka semakin banyak, dengan segera kemurtadan menimbulkan perpecahan. Mereka yang mau melupakan Khalik mereka dan menyisihkan tuntutan hukum-hukum-Nya, merasakan adanya tempelakan yang terus-menerus dari pengajaran serta teladan hidup orang-orang yang takut akan Tuhan, dan tidak lama sesudah itu mereka mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari orang-orang yang berbakti kepada Tuhan. Kemudian mereka pun berangkat menuju dataran Sinear, di tepi Sungai Efrat. Mereka tertarik oleh keindahan alam sekitarnya dan kesuburan tanahnya, dan di atas dataran inilah mereka memutuskan untuk membangun rumah kediaman mereka. SPN 130.1
Di tempat ini mereka bermaksud untuk mendirikan sebuah kota besar dan di dalamnya sebuah menara yang begitu tinggi, sehingga akan merupakan keajaiban dunia. Usaha ini dimaksudkan untuk mencegah agar jangan orang banyak itu tersebar luas dalam kelompok-kelompok. Tuhan telah memerintahkan mereka untuk pergi tersebar luas di seluruh permukaan bumi ini, untuk memenuhi dan berkuasa atasnya; tetapi pembangun-pembangun menara Babel ini bertekad untuk membentuk satu masyarakat yang tergabung dalam satu badan, dan membangun satu kerajaan yang akhimya akan mencakup seluruh dunia ini. Dengan demikian kota mereka itu akan merupakan satu kota metropolitan dari pada kerajaan dunia itu; kemuliaannya akan membu dunia mengaguminya dan menghormatinya dan menjadikan pembangun-pembangunnya sebagai orang-orang yang termasyhur. Menara yang megah ini, yang puncaknya menjulang ke angkasa dimaksudkan sebagai satu tugu per-ingatan akan kekuasaan dan kebijaksanaan pembangun-pembangunnya, dan mengabadikan kemasyhuran mereka kepada generasi mendatang. SPN 130.2
Penduduk dataran Sinear tidak mempercayai perjanjian Allah bahwa la tidak akan lagi mendatangkan air bah ke atas dunia ini. Banyak dari antara mereka yang menyangkal adanya Allah, dan mengatakan bahwa air bah adalah sebab akibat oleh alam ini. Yang lain percaya akan satu pribadi yang berkuasa, dan Dialah yang telah membinasakan bumi dengan air bah; dan hati mereka seperti Kain, bangkit dalam pemberontakan melawan Dia. Satu tujuan yang ada di hadapan mereka dalam membangun menara ini ialah untuk menjaga keselamatan mereka seandainya air bah yang lain datang melanda. Dengan mendirikan sebuah menara yang puncaknya jauh lebih tinggi daripada yang dicapai oleh air bah, mereka pikir mereka akan terhindar dari segala kemungkinan bahaya yang timbul, dan apabila mereka dapat naik tinggi ke awanawan, mereka harap akan dapat memastikan apa yang menyebabkan Air Bah itu. Segala usaha ini dimaksudkan untuk mengangkat lebih tinggi lagi kebanggaan para pembangunnya, dan memalingkan pikiran generasi mendatang dari Allah, dan menuntun mereka kepada penyembahan berhala. SPN 131.1
Apabila menara itu sudah selesai separuh, maka sebagian dari padanya digunakan sebagai satu tempat tinggal tukang-tukang yang memba-ngunkan menara itu; bagian yang lain, yang diperlengkapi dan dihiasi dengan megahnya, ditahbiskan kepada berhala-berhala mereka. Orang banyak bersuka-suka atas suksesnya mereka, dan memuji ilah-ilah perak dan emas, dan bangkit melawan Pemerintah langit dan bumi ini. Tiba-tiba pekerjaan yang sedang berlangsung dengan cepatnya itu terhenti. Malaikat disuruh untuk menggagalkan maksud pembangunpembangun menara itu. Menara itu telah menjulang tinggi sekali, dan adalah mustahil bagi tukang-tukang yang ada di puncak menara itu berhubungan langsung dengan mereka yang ada di bawah sekali; oleh sebab itu ada orang-orang yang ditugaskan di pos yang berbeda-beda, dan masing-masing mereka harus menerima dan kemudian menyampaikan kepada orang yang berikut yang ada di bawahnya akan permintaan untuk bahan-bahan yang diperlukan atau petunjuk-petunjuk lainnya sehubungan dengan pekerjaan itu. Sementara kabar itu disampaikan dengan cara seperti ini seorang kepada yang lainnya, bahasa mereka telah dikacaukan, sehingga bahan-bahan yang tidak diperlukan itulah yang dikirimkan, dan petunjuk-petunjuk yang disampaikan sering bertentangan dengan apa yang telah diberikan. Kekacauan dan kekecewaan timbul sebagai akibatnya. Semua pekerjaan terhenti. Tidak ada lagi keselarasan dan kerja sama. Tukang-tukang yang bekerja itu tidak memahami apa yang telah menyebabkan terjadinya salah pengertian yang amat ganjil di antara mereka itu, dan dengan rasa marah dan kecewa mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain. Permufakatan mereka berakhir dengan perkelahian dan pertumpahan darah. Kilat dari langit, sebagai tanda amarah Allah, menghancurkan bagian atas menara itu, dan mencampakkannya ke atas tanah. Manusia disadarkan bahwa ada satu Allah yang memerintah di surga. SPN 131.2
Hingga saat itu manusia berkata-kata dalam bahasa yang sama; sekarang mereka yang saling mengerti bahasa yang satu dengan yang lainnya berkumpul bersama-sama; sebahagian pergi ke satu tempat dan yang lainnya pergi ke tempat yang lain. “Mereka diserakkan TUHAN dari situ ke suluruh bumi.” Terseraknya mereka ini adalah satu cara untuk memenuhi kembali bumi ini, dan dengan demikian maksud Tuhan telah dilaksanakan melalui satu cara yang telah digunakan manusia untuk menggagalkannya. SPN 132.1
Tetapi betapa satu kerugian bagi mereka yang bangkit melawan Tuhan! Adalah maksud-Nya bahwa apabila manusia pergi untuk mendirikan bangsa-bangsa di berbagai tempat di bumi ini mereka akan membawa pengetahuan akan kehendak-Nya, agar terang kebenaran itu dapat terpancar dengan jelas ke generasi berikutnya. Nuh, pengkhotbah kebenaran yang setia itu, hidup tiga ratus lima puluh tahun lamanya setelah air bah. Sem selama lima ratus tahun, dan dengan demikian keturunan mereka mempunyai satu kesempatan untuk mengetahui tuntutan-tuntutan Allah dan sejarah bagaimana Allah telah memperlakukan bapabapa mereka itu. Tetapi mereka enggan mendengarkan kebenaran-kebenaran yang tidak sesuai dengan selera mereka; dan dengan kacaunya bahasa manusia saat itu mereka telah putus hubungan dengan orang yang sebenarnya dapat memberikan terang kebenaran kepada mereka. SPN 132.2
Pembangun-pembangun Babel itu telah memanjakan roh persungutan terhadap Allah. Gantinya bersyukur dan mengingat akan rahmat-Nya kepada Adam dan perjanjian-Nya yang indah kepada Nuh, mereka telah bersungut bahwa Allah bertindak kejam dengan mengusir Adam dan Hawa dari Eden dan membinasakan bumi ini dengan air bah. Tetapi sementara mereka bersungut-sungut terhadap Allah yang dianggap bertindak sewenang-wenang dan kejam itu, mereka mau menerima peraturan yang dibuat oleh diktator-diktator yang paling kejam. Setan sedang berusaha untuk mencemoohkan persembahan korban yang melambangkan kematian Kristus; dan apabila pikiran orang banyak digelapkan oleh penyembahan berhala, ia menuntun mereka untuk menandingi jenis persembahan ini dan mengorbankan anak-anak mereka sendiri di atas mezbah para ilah mereka. Apabila manusia berpaling dari Allah, sifat-sifat Ilahi, keadilan, kesucian dan kasih diganti oleh penjajahan, kekejaman dan sifat tidak berperikemanusiaan. SPN 133.1
Orang-orang. Babel telah bertekad untuk mendirikan satu pemerintahan yang terlepas dari Allah. Namun demikian ada beberapa di antara mereka yang takut akan Tuhan tetapi telah tertipu oleh sifat pura-pura dari orang-orang jahat, dan tertarik kepada muslihat mereka. Demi untuk orang-orang yang setiawan ini, Tuhan telah menunda pehukumanNya dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya. Apabila rencana-rencana mereka sedang berkembang, anak-anak Allah berusaha untuk mencegah mereka dari maksud mereka itu; tetapi orang banyak itu telah bersatu padu untuk menentang surga. Kalau saja mereka itu harus dibiarkan, mereka akan merusakkan akhlak dunia ini pada masa permulaannya. Permufakatan mereka itu didasarkan atas pemberontakan; satu kerajaan didirikan untuk kemegahan diri, di mana Allah tidak dihormati dan tidak diakui kekuasaan-Nya. Apabila permufakatan ini dibiarkan berlarut-larut, maka satu kuasa yang hebat akan merajalela dan menghapuskan kebenaran, dan dengan itu lenyaplah damai, kebahagiaan dan keamanan dari bumi ini. Untuk hukum-hukum Ilahi, “kudus, benar dan baik (Roma 7:12) manusia berusaha mencari penggantinya yang sesuai dengan maksud hati mereka yang kejam, dan bersifat mementingkan diri. SPN 133.2
Mereka yang takut akan Tuhan berseru kepada-Nya agar segera turun tangan. “Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu.” Di dalam rahmat kepada dunia ini, Ia telah menggagalkan tujuan pembangun-pembangun menara itu, dan menghancurkan tugu peringatan pemberontakan mereka. Di dalam kemurahan-Nya Ia telah mengacaukan bahasa mereka, dengan demikian menghentikan rencana pemberontakan mereka. 1 uhan bersikap panjang sabar terhadap kejatuhan manusia, dengan memberikan kepada mereka kesempatan yang cukup untuk bertobat; tetapi Ia memperhatikan segala usaha mereka untuk menentang kekuasaan hukum-Nya yang adil dan suci itu. Dari waktu ke waktu tangan yang tidak terlihat itu, yang memegang tongkat pemerintahan diulurkan untuk membendung kejahatan. Bukti yang nyata telah diberikan bahwa Khalik semesta alam, pribadi yang tidak terbatas dalam kebijaksanaan, kasih dan kebenaran, adalah Pemerintah surga dan dunia, dan bahwa tidak seorang pun dapat menghina kekuasaan-Nya tanpa menerima hukuman. SPN 134.1
Rencana pembangun-pembangun Babel berakhir dengan kekalahan dan rasa malu. Tugu peringatan akan kebanggaan mereka berubah menjadi peringatan akan kebodohan mereka. Namun demikian manusia tetap mengikuti jalan yang sama, bergantung kepada diri dan menolak hukum Allah. Ini adalah yang telah dicoba dijalankan Setan di dalam surga; sama dengan apa yang mendorong Kain dalam mempersembahkan korbannya. SPN 134.2
Pada zaman kita ini ada juga pembangun-pembangun menara. Orangorang kafir membuat teori-teori yang didasarkan atas apa yang disangka sebagai kesimpulan ilmu pengetahuan, dan menolak firman Allah yang dinyatakan. Mereka dengan berani menjatuhkan hukum atas pemerintahan Allah; mereka menghina hukum-Nya dan membanggakan kesanggupan pikiran manusia. Kemudian, “oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.” Pengkhotbah 8:11. SPN 134.3
Di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen banyak yang berpaling dari pengajaran yang terang dari Alkitab, dan membuat satu kepercayaan yang didasarkan atas spekulasi manusia, dan dongeng-dongeng yang menyenangkan, dan mereka menyatakan bahwa menara mereka adalah jalan untuk masuk ke dalam surga. Manusia ternganga mengagumi bibir yang fasih berkata-kata, sementara itu mengajarkan bahwa orang yang melanggar hukum tidak akan mati, bahwa keselamatan itu dapat diperoleh tanpa penurutan kepada Allah. Jikalau orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus mau menerima ukuran yang ditetapkan oleh Tuhan, maka itu akan menjadikan mereka bersatu, tetapi selama kebijaksanaan manusia ditinggikan lebih daripada firman-Nya yang suci, maka akan terjadi perpecahan dan persengketaan. Kekacauan yang timbul sehubungan dengan kepercayaan-kepercayaan dan sektesekte yang bertentangan adalah tepat digambarkan dengan istilah Babel” yang oleh nubuatan (Wahyu 14:8; 18:2) digunakan kepada gerejagereja yang mengasihi dunia pada akhir zaman. SPN 134.4
Banyak yang berusaha menjadikan satu surga bagi diri mereka dengan cara memperoleh kekayaan dan kuasa. Mereka berkata-kata hendak berbuat jahat dan aniaya, dan dari nafsu yang tinggi mereka itu bertutur (Mazmur 73:8), sambil menginjak-injak hak-hak manusia, dan tidak mempedulikan kekuasaan Ilahi. Orang yang sombong boleh jadi untuk sementara waktu memegang kekuasaan yang besar, dan melihat adanya sukses dari tengah usaha mereka; tetapi pada akhirnya mereka hanya akan mendapati kekecewaan dan penderitaan saja. SPN 135.1
Waktu di mana Allah akan datang untuk menyelidiki sudah dekat. Yang Mahatinggi akan turun untuk melihat apa yang telah didirikan manusia. Kekuasaan-Nya yang hebat itu akan dinyatakan, dan hasil pekerjaan dari pada kesombongan manusia akan dihancurkan. TUHAN memandang dari surga, Ia melihat semua anak manusia, dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.” Mazmur 33:13, 14, 10, 11. SPN 135.2