Sejarah Para Nabi Jilid 2

23/37

Raja Israel yang Pertama

Pemerintahan Israel dijalankan di dalam nama dan oleh wewenang Allah. Pekerjaan Musa, ketujuh puluh tua-tua, penghulu dan hakim-hakim, hanyalah untuk menjalankan undang-undang yang telah diberikan Allah, mereka tidak mempunyai wewenang untuk membuat hukum bagi bangsa itu. Hal ini, dan seterusnya, adalah merupakan keadaan dari keberadaan Israel sebagai satu bangsa. Dari zaman ke za-man orang-orang yang diilhami oleh Allah telah diutus untuk memberi-kan petunjuk kepada bangsa itu dan menuntun mereka dalam pelaksanaan hukum itu. SRNJ2 241.1

Tuhan telah melihat sebelumnya bahwa Israel akan menghendaki seorang raja, tetapi Ia tidak menyetujui adanya suatu perubahan di dalam prinsip-prinsip atas mana negara itu telah didirikan. Raja harus menjadi wakil daripada Yang Mahatinggi itu. Allah harus diakui sebagai Kepala bangsa, dan undang-undang-Nya harus dilaksanakan sebagai hukum yang terutama negara itu. * SRNJ2 241.2

Pada waktu mula-mula Israel tinggal di Kanaan mereka mengakui prinsip-prinsip teokrasi, dan bangsa itu makmur di bawah pemerintahan Yosua. Tetapi bertambahnya penduduk dan pergaulan mereka dengan bangsa-bangsa lain telah mengakibatkan suatu perubahan. Bangsa itu telah meniru banyak dari antara adat kebiasaan bangsa kafir tetangga mereka, dan dengan demikian sebegitu jauh mereka telah mengorbankan tabiat mereka yang suci dan berbeda itu. Lambat laun mereka kehilangan sikap hormat mereka kepada Allah, dan tidak lagi bangga sebagai bangsa yang telah dipilih Allah. Tertarik oleh pertunjukan dan kemegahan raja-raja kafir itu, mereka merasa jemu dengan kesederhanaan mereka. Kecemburuan dan iri hati timbul di antara suku-suku bangsa itu. Perpecahan di dalam telah membuat mereka lemah, mereka terus-menerus terbuka kepada penyerangan-penyerangan musuh mereka yang kafir itu, dan bangsa itu mempercayai bahwa untuk mempertahankan kedudukan mereka di antara bangsa-bangsa, suku-suku bangsa itu harus dipersatukan di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Apabila mereka berpaling dari penurutan atas hukum Allah, mereka menghendaki supaya dibebaskan dari wewenang Pemerintahan Ilahi; dan dengan demikian tuntutan untuk meminta seorang raja tersebar luas di seluruh Israel. SRNJ2 241.3

Semenjak zaman Yosua pemerintahan bangsa itu tidak pernah dilak-sanakan dengan begitu bijaksana dan berhasil sebagaimana pada waktu di bawah pemerintahan Samuel. Dengan tiga rangkap jabatan sebagai hakim, nabi, dan imam yang diberikan oleh Ilahi, ia telah bekerja dengan semangat yang tidak kenal lelah demi kesejahteraan bangsanya, dan bangsa itu telah menjadi makmur di bawah pengendaliannya yang bijaksana itu. Tata tertib dipulihkan, dan peribadatan ditingkatkan, dan roh tidak puas telah dicegah pada waktu itu. Tetapi dengan bertambah lanjutnya usia nabi itu terpaksa harus membagi tugas pemerintahan dengan orang-orang lain, dan ia telah mengangkat kedua orang anaknya untuk bertindak sebagai pembantu-pembantunya. Sementara Samuel melanjutkan tugas jabatannya di Rama, kedua orang muda itu ditempatkan di Bersyeba, untuk melaksanakan pemerintahan di antara orang banyak dekat perbatasan sebelah selatan negeri itu. SRNJ2 242.1

Dengan persetujuan yang penuh dari seluruh bangsa itu, dimana Samuel telah mengangkat anak-anaknya kepada jabatan itu, tetapi mereka terbukti tidak menunjukkan diri layak kepada pilihan ayah mereka itu. Tuhan telah—melalui Musa—memberikan petunjuk-petunjuk khusus kepada umat-Nya bahwa pemerintah Israel harus memerintah dengan adil, memperlakukan dengan adil kaum janda dan anak piatu, dan tidak menerima suap. Tetapi anak-anak Samuel itu “tidak seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.” Anak-anak nabi itu tidak memperhatikan peraturan-peraturan yang telah diusahakannya untuk menanamkannya di dalam pikiran mereka. Mereka tidak meneladani kehidupan bapa mereka yang suci, dan tidak mementingkan diri itu. Amaran yang diberikan kepada Eli tidak memberikan pengaruh kepada pikiran Samuel sebagaimana mestinya. Sebegitu jauh ia telah bersikap terlalu memanjakan kedua anaknya itu, dan akibatnya jelas terlihat di dalam tabiat dan hidup mereka SRNJ2 242.2

Ketidakadilan hakim-hakim ini telah menimbulkan ketidakpuasan, dan dengan demikian ada satu dalih untuk mendesak agar diadakan suatu perubahan yang memang dengan secara diam-diam sudah lama diingini. “Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: ‘Engkau sudah tua dan anakanakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” Keadaan-keadaan yang buruk di antara bangsa itu tidak disampaikan kepada Samuel. Andaikata perbuatan jahat anak-anaknya diketahui olehnya, tanpa berlambatan ia akan memindahkan mereka; tetapi ini bukanlah apa yang dikehendaki oleh orang-orang yang mengajukan permohonan itu. Samuel dapat melihat bahwa motivasi mereka yang sebenarnya adalah rasa tidak puas dan kesombongan, dan bahwa tuntutan mereka itu merupakan akibat dari tujuan yang nekad dan sewenangwenang. Tidak ada persungutan terhadap difi Samuel. Semua mengakui kejujuran dan hikmat pemerintahannya; tetapi nabi yang tua itu menganggap permohonan itu sebagai suatu kecaman terhadap dirinya, dan suatu usaha yang langsung untuk menyisihkan dia. Namun demikian, ia tidak menunjukkan perasaannya; ia tidak mengucapkan kata-kata teguran, tetapi membawakan hal itu kepada Tuhan dalam doa dan mencari nasihat dari pada-Nya saja. SRNJ2 243.1

Dan Tuhan berkata kepada Samuel, “Dengarkanlah perkataan bang sa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka ke luar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada Allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu.” Nabi itu ditegur oleh karena bersedih hati atas tindakan bangsa itu terhadap dirinya sendiri sebagai satu pribadi. Mereka tidak menyatakan sikap tidak hormat kepada dirinya, melainkan terhadap wewenang Allah, yang telah mengangkat pemerintah-pemerintah atas bangsa-Nya. Mereka yang menghina dan menolak hamba Allah yang setia mencemoohkan bukan hanya orang itu saja, tetapi kepada Guru yang telah mengutus dia. Firman Allah, teguran dan nasihat-nasihat-Nya, yang telah diremehkan; wewenang-Nyalah yang telah ditolak. SRNJ2 243.2

Zaman kemakmuran Israel yang lebih besar adalah zaman di mana mereka mengakui Tuhan sebagai Raja mereka—pada waktu hukum dan pemerintahan yang telah ditetapkan Allah dipandang sebagai lebih besar daripada pemerintahan bangsa-bangsa lainnya. Musa telah menyatakan kepada Israel sehubungan dengan hukum Tuhan, “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” Ulangan 4:6. Tetapi dengan menyeleweng dari hukum Allah, bangsa Ibrani telah gagal untuk menjadi umat seperti yang dikehendaki Allah, dan kemudian segala kejahatan yang menjadi akibat dosa-dosa dan kebodohan mereka sendiri telah mereka timpakan kepada pemerintahan Allah. Mereka sama sekali telah dibutakan oleh dosa. SRNJ2 244.1

Tuhan telah, melalui nabi-nabi-Nya, meramalkan bahwa Israel akan diperintah oleh seorang raja; tetapi itu tidaklah berarti bahwa bentuk pemerintahan ini adalah yang terbaik bagi mereka atau sesuai dengan kehendak-Nya. Ia membiarkan bangsa itu mengikuti pilihan mereka, oleh sebab mereka telah menolak dipimpin oleh nasihat-Nya. Hosea menyatakan bahwa Allah telah memberikan kepada mereka seorang raja dengan disertai kemarahan. Hosea 13:11. Apabila manusia memilih mengikuti jalannya sendiri, tanpa mencari nasihat dari Allah, atau yang bertentangan dengan kehendak-Nya yang telah dinyatakan, sering Ia mengabulkan permohonan mereka, agar supaya—melalui pengalaman pahit yang mengikutinya—mereka dapat dituntun untuk menyadari kebodohan mereka dan bertobat dari dosa mereka. Kesombongan dan hikmat manusia akan terbukti sebagai penuntun yang berbahaya. Perkara yang dikehendaki oleh hati manusia yang bertentangan dengan kehendak Allah pada akhirnya akan didapati sebagai suatu kutuk gantinya suatu berkat. SRNJ2 244.2

Allah menghendaki agar umat-Nya memandang kepada-Nya saja sebagai Pemberi hukum mereka, dan Sumber kekuatan mereka. Dengan merasa bergantung kepada Allah, mereka akan senantiasa ditarik lebih dekat kepada-Nya. Mereka akan ditinggikan dan diagungkan, dilayakkan bagi masa depan yang mulia ke tempat mana mereka telah dipanggil sebagai umat pilihan-Nya. Tetapi bilamana seorang manusia ditempatkan di atas takhta, hal itu akan cenderung untuk memalingkan pikiran bangsa itu dari Allah. Mereka akan lebih berharap kepada kekuatan manusia, dan kurang berharap kepada kuasa Ilahi, dan kesalahan-kesalahan raja mereka akan menuntun mereka ke dalam dosa, dan memisahkan bangsa itu dari Tuhan. SRNJ2 245.1

Samuel diperintahkan supaya mengabulkan permohonan bangsa itu, tetapi mengamarkan mereka bahwa Allah tidak menyetujuinya, dan juga memberitahukan apa yang akan menjadi akibat tindakan mereka ini. “Dan Samuel menyampaikan segala Firman Tuhan kepada bangsa itu, yang meminta seorang raja kepadanya.” Dengan setia ia memaparkan di hadapan mereka beban yang akan tertanggung ke atas diri mereka, dan menunjukkan perbedaan antara keadaan terjajah seperti itu dengan keadaan mereka sekarang ini, yang bebas dan makmur. Raja mereka akan meniru kemewahan serta kesombongan raja-raja yang lain, dan untuk membiayai keadaan seperti itu, diperlukan adanya pajak yang berat atas diri dan harta mereka. Orang-orang muda mereka yang terbaik akan diminta untuk melayaninya. Mereka akan dijadikan sebagai pengemudi keretanya, tukang kudanya, dan pengawal di hadapannya. Mereka harus memasuki dinas ketentaraannya, dan mereka akan dituntut untuk mencangkul ladangnya, menuai hasil panennya, dan membuat alat-alat perang baginya. Anak-anak perempuan Israel akan diambil untuk dijadikan sebagai tukang rempah-rempah dan pembakar-pembakar roti di dalam istananya. Untuk membiayai keadaannya sebagai seorang raja maka ia akan merebut yang terbaik dari hasil ladang mereka, yang telah diberikan Tuhan Sendiri kepada umat-Nya. Hamba-hamba mereka yang paling berharga pun, dan juga temak mereka, akan diambilnya, dan “dipakainya untuk pekerjaannya.” Selain semuanya ini, raja akan menuntut sepersepuluh dari penghasilan mereka, dari keuntungan hasil kerja mereka, ataupun dari hasil bumi. “Dan kamu sendiri akan menjadi budaknya,” kata nabi sambil mengakhiri. “Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi Tuhan tidak akan menjawab kamu pada waktu itu.” Bagaimanapun juga beratnya beban yang akan mereka rasakan itu, apabila sekali mereka telah mengangkat seorang raja maka mereka tidak boleh menyisihkannya sekehendak hati mereka. SRNJ2 245.2

Tetapi orang banyak itu menjawab, “Tidak, harus ada raja atas kami; maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.” SRNJ2 246.1

“Seperti segala bangsa lain.” Bangsa Israel tidak menyadari bahwa berada di dalam keadaan seperti ini yang berbeda dari bangsa lain adalah merupakan suatu kesempatan yang istimewa dan suatu berkat. Allah telah mengasingkan bangsa Israel dari setiap bangsa lainnya, untuk menjadikan mereka sebagai harta-Nya sendiri yang khusus. Tetapi mereka, dengan meremehkan kehormatan yang tinggi ini, ingin sekali meniru teladan orang kafir! Dan keinginan untuk menjadi sama dengan adat serta perbuatan orang-orang duniawi masih ada sekarang ini di antara orang yang mengaku sebagai umat Allah. Orang-orang Kristen senantiasa berusaha meniru praktik-praktik dari mereka yang menyembah dewa dunia ini. Banyak yang berpendapat bahwa dengan bersatu dengan orang duniawi dan menyelaraskan diri dengan adat kebiasaan mereka, maka mereka akan dapat memberikan pengaruh yang lebih besar kepada orang-orang yang tidak beribadat itu. Tetapi semua orang yang menempuh jalan seperti ini, olehnya mereka memisahkan diri dari Sumber kekuatan mereka. Dengan menjadi sahabat dunia, mereka adalah musuh Allah. Demi kebesaran duniawi mereka mengorbankan kehormatan yang tidak terkatakan ke dalam mana Allah telah memanggil mereka, untuk menyatakan puji-pujian kepada-Nya yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib. 1 Petrus 2:9. SRNJ2 246.2

Dengan hati yang amat sedih Samuel mendengarkan kata-kata orang banyak itu; tetapi Tuhan berkata kepadanya, Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.” Nabi itu telah melak-sanakan tugasnya. Dengan setia ia telah menyampaikan segala amarannya, namun amaran itu telah ditolak. Dengan hati yang berat ia menyuruh mereka pulang, dan ia sendiri pergi untuk bersiap sedia bagi perubahan besar di dalam pemerintahan itu. SRNJ2 247.1

Kehidupan Samuel yang suci dan pengabdiannya yang tidak memen-tingkan diri merupakan suatu teguran yang terus-menerus baik kepada para imam dan tua-tua yang hanya melayani kepentingan diri, maupun kepada bangsa Israel yang sombong dan penuh dengan hawa nafsu itu. Sekalipun ia tidak mengadakan pertunjukan-pertunjukan, pekerjaannya ditandai oleh Surga. Ia dihormati oleh Penebus dunia ini, di bawah pimpinan siapa ia telah memerintah bangsa Ibrani. Tetapi bangsa itu telah menjadi jemu akan kesalehan dan pengabdiannya; mereka mencemoohkan wewenangnya yang disertai kerendahan hati itu, dan menolak dia agar diganti dengan seseorang yang akan memerintah mereka sebagai seorang raja. SRNJ2 247.2

Di dalam tabiat Samuel kita melihat terpantul peta Kristus. Kesucian hidup Juruselamat kita yang telah membangkitkan amarah Setan. Kehidupan itu adalah terang dunia ini, dan menyatakan kemerosotan yang tersembunyi di dalam hati manusia. Kesucian Kristus yang telah membangkitkan terhadap Dirinya amarah yang paling kejam dari orang-orang yang berpura-pura beribadat. Kristus telah datang bukan dengan kekayaan dan kehormatan dunia, namun demikian pekerjaan yang telah dilakukan-Nya menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa yang lebih besar daripada raja-raja manusia mana pun juga. Bangsa Yahudi menantikan Mesias yang akan menghancurkan kuk penjajah, tetapi mereka meman jakan dosa-dosa yang mengikatkan kuk itu kepada lehernya. Kalau Kristus telah menutupi dosa-dosa mereka dan memuji-muji kesalehan mereka, mereka akan menerima Dia sebagai raja mereka; tetapi mereka tidak bisa menahan teguran-Nya yang tidak mengenal takut atas segala kejahatan mereka. Keindahan suatu tabiat yang di dalamnya kebajikan, kesucian dan kekudusan memerintah, yang tidak pernah menunjukkan kebencian kecuali kepada dosa, telah mereka cemoohkan. Demikianlah adanya pada setiap zaman di dalam dunia ini. Terang dari surga mendatangkan hukuman atas semua orang yang menolak berjalan di atasnya. Bilamana ditegur oleh teladan dari mereka yang membenci dosa, kemunafikan akan menjadi alat Setan untuk mengganggu dan menganiaya mereka yang setia. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” 2 Timotius 3:12. SRNJ2 247.3

Sekalipun bentuk pemerintahan seorang raja bagi Israel telah diramalkan di dalam nubuatan, Allah telah menyimpan bagi diri-Nya sendiri hak untuk memilih raja mereka. Sedemikian jauh bangsa Ibrani menghormati wewenang Allah dengan menyerahkan pemilihan itu seluruhnya kepada Dia. Pilihan jatuh atas diri Saul, seorang anak Kisy, dari suku Benyamin. SRNJ2 248.1

Nilai pribadi calon raja itu adalah sedemikian rupa sehingga memuaskan kesombongan hati yang telah mendorong keinginan untuk mempunyai seorang raja. “Tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok daripadanya.” I Samuel 9:2. Dengan pembawaannya yang agung dan bermartabat itu, rupawan dan tinggi, ia kelihatan sebagai seseorang yang telah dilahirkan untuk memerintah. Namun demikian, dengan segala penarikan secara luar ini, Saul tidak memiliki sifat-sifat yang lebih agung yang merupakan hikmat yang sejati. Pada waktu mudanya ia tidak belajar mengendalikan sifatnya yang kasar dan tekebur; ia tidak pernah merasakan kuasa anugerah Ilahi yang membaharui. SRNJ2 248.2

Saul adalah anak seorang pemimpin yang kaya dan berkuasa, tetapi sesuai dengan kesederhanaan pada zaman itu ia terikat kepada ayahnya dalam pekerjaan yang sederhana sebagai seorang petani. Beberapa dari antara hewan ayahnya telah tersesat di gunung, Saul pergi bersama dengan seorang hambanya mencarinya. Tiga hari lamanya mereka berusa- ha mencarinya tetapi sia-sia, ketika tatkala mereka berada tidak jauh dari Rama, * tempat tinggal Samuel, hamba itu bermaksud agar mereka bertanya kepada nabi itu tentang harta mereka yang hilang itu. “Masih ada padaku seperempat syikal perak,” katanya, “itu dapat aku berikan kepada abdi Allah itu, maka ia akan memberitahukan kepada kita tentang perjalanan kita.” Hal ini adalah sesuai dengan kebiasaan pada zaman itu. Seseorang yang datang kepada seorang yang lebih tinggi daripadanya dalam jabatan atau kedudukan, akan membawa sedikit hadiah, sebagai suatu tanda hormat. SRNJ2 248.3

Waktu mereka mendekati kota itu, mereka bertemu dengan beberapa anak gadis yang datang hendak menimba air, dan bertanya epa a mereka tentang penilik itu. Dalam jawabnya kepada mereka telah diberitahukan bahwa suatu upacara keagamaan segera akan diadakan, bahwa nabi itu sudah tiba, dan akan ada korban yang dipersembahkan “di bukit,” dan sesudah itu akan diadakan suatu pesta korban Suatu perubahan besar telah terjadi di bawah pemerintahan Samuel. Bilamana panggilan itu pertama kalinya datang kepada dia upacara-upacara ait Suci dianggap enteng. “Mereka memandang rendah korban untuk Tuhan.” 1 Samuel 2:17. Tetapi perbaktian kepada Allah sekarang ini dipertahankan di seluruh negeri itu, dan orang banya menyata an suatu perhatian di dalam upacara keagamaan. Oleh karena tidak ada pelayanan di dalam Bait Suci, korban-korban pada waktu itu dipersembahkan di tempat lainnya; dan kota-kota dari para imam dan orang Lewi, yang kepadanya orang banyak datang meminta petunjuk, telah dipilih untuk maksud ini. Tempat-tempat yang paling tinggi di dalam kota-kota ini biasanya dipilih sebagai tempat untuk korban, dan oleh sebab itu disebut “tempat-tempat yang tinggi.” SRNJ2 249.1

Di gerbang kota Saul didatangi oleh nabi itu sendiri. Allah telah menyatakan kepada Samuel bahwa pada waktu itu raja Israel yang terpilih itu akan menampakkan dirinya di hadapan dia. Apabila mereka sekarang berdiri muka dengan muka, Tuhan berkata kepada Samuel, “Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku.” SRNJ2 249.2

Kepada permohonan Saul, “Maaf, di mana rumah pelihat itu?” Samuel menjawab, “Akulah pelihat itu.” Sambil memberikan jaminan juga bahwa hewan yang hilang itu telah ditemukan, ia meminta agar dia tinggal dan menghadiri pesta itu, dan pada waktu yang sama memberikan pemberitahuan secara tidak langsung tentang peristiwa besar yang ada di hadapannya, “Tetapi siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukankah itu ada padamu dan pada seluruh kaum keluargamu?” Hati pendengar itu merasa terharu atas kata-kata nabi itu. Ia tidak dapat berbuat lain kecuali memahami sedikit tentang maknanya, oleh karena tuntutan meminta seorang raja telah menjadi satu bahan perhatian yang mengasyikkan di seluruh bangsa itu. Namun demikian dengan rendah hati Saul menjawab, “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?” SRNJ2 250.1

Samuel memimpin orang asing ini ke tempat perhimpunan itu, di mana orang-orang terkemuka di kota itu sedang berkumpul. Di antara mereka, atas perintah nabi, tempat kehormatan itu diberikan kepada Saul, dan pada pesta itu bagian yang paling istimewa disajikan di hadapannya. Setelah upacara selesai, Samuel membawa tamunya ke rumahnya sendiri, dan di sana di tingkat atas rumahnya itu ia telah berbicara dengan dia, sambil memaparkan prinsip-prinsip atas mana pemerintahan Israel telah didirikan, dan dengan demikian berusaha untuk mempersiapkan dia, seberapa jauh, untuk jabatannya yang tinggi itu. SRNJ2 250.2

Pada waktu Saul pergi, pagi-pagi sekali keesokan harinya, nabi itu pergi bersama dia. Setelah melewati kota itu, ia memerintahkan hamba itu supaya berjalan terus. Kemudian ia menyuruh Saul berdiri tegak untuk menerima suatu pekabaran yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. “Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: ‘Bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel?’” Sebagai bukti bahwa hal ini dilakukan oleh wewenang Ilahi, ia telah meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam perjalanan pulang, dan memberikan jaminan kepada Saul bahwa ia akan disanggupkan oleh Roh Allah bagi jabatan yang telah menantinya. “Maka Roh Tuhan akan berkuasa atasmu,” kata nabi itu, dan “Engkau akan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau.” SRNJ2 250.3

Apabila Saul melanjutkan perjalanannya, segala sesuatu terjadi se-bagaimana yang telah dikatakan oleh nabi itu. Di dekat perbatasan Benyamin kepadanya diberitahukan bahwa hewan yang hilang itu telah ditemukan kembali. Di padang Tebor ia telah bertemu dengan tiga orang yang sedang pergi untuk berbakti kepada Allah di Betel. Salah seorang dari antara mereka membawa tiga ekor anak kambing untuk korban yang lain membawa tiga ketul roti, dan yang ketiga membawa sebotol anggur, untuk pesta korban. Mereka memberikan salam hormat kepada Saul seperti biasa dan juga memberikan kepadanya dua dari antara ketiga ketul roti itu. Di Gibea, kotanya sendiri, sekelompok nabi-nabi sedang pulang kembali dari “bukit pengorbanan” sambil menyanyikan pujipujian kepada Allah dengan disertai gambus dan rebana, suling dan kecapi. Apabila Saul mendekati mereka Roh Tuhan turun ke atasnya juga, dan ia menggabungkan diri bersama dengan mereka dalam nyanyian puji-pujian mereka itu, dan bernubuat bersama dengan mereka. Ia berkata-kata dengan fasih sekali dan dipenuhi oleh hikmat, dan dengan sungguh-sungguh ikut serta dalam upacara itu, sehingga mereka yang telah mengenal dia berseru dengan penuh keheranan, “Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kisy itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?” SRNJ2 251.1

Dan Saul pun bergabung dengan nabi-nabi itu dalam perbaktian mereka, suatu perubahan yang besar telah diadakan oleh Roh kudus di dalam dirinya. Terang kesucian Ilahi bersinar di dalam kegelapan hati manusia biasa. Ia melihat dirinya sebagaimana adanya di hadapan Allah. Ia melihat keindahan kesucian itu. Sekarang ia dipanggil untuk memulaikan peperangan melawan dosa dan Setan, dan ia telah dijadikan untuk merasa bahwa di dalam pertarungan ini kekuatannya harus datang seluruhnya dari Allah. Rencana keselamatan yang dulunya kelihatan kabur dan tidak menentu, sekarang dibukakan pada pengertiannya. Tuhan telah mengaruniai dia dengan semangat dan hikmat untuk jabatannya yang tinggi itu. Ia menyatakan kepadanya Sumber daripada kekuatan dan anugerah, dan menerangi pengertiannya sehubungan dengan tuntutan Ilahi dan tugasnya sendiri. SRNJ2 251.2

Pengangkatan Saul sebagai raja tidak dinyatakan kepada seluruh bangsa itu. Pilihan Allah itu harus dinyatakan secara umum melalui undi. Untuk maksud ini Samuel telah mengumpulkan orang banyak di Mizpa. Doa dilayangkan untuk memohon pimpinan Ilahi; kemudian menyusul upacara yang khidmat untuk membuang undi. Dengan tenang orang banyak yang sedang berhimpun itu menunggu hasilnya. Suku bangsanya, keluarganya, dan rumah tangganya berturut-turut dinyatakan, dan kemudian Saul, bin Kisy, telah ditunjuk sebagai pribadi yang terpilih. Tetapi Saul tidak berada di antara orang banyak itu. Dibebani oleh suatu perasaan tanggung jawab yang besar yang segera akan jatuh ke atas bahunya, dengan diam-diam ia telah menarik diri dari tempat itu. Ia dibawa kembali kepada perhimpunan itu, yang mengamat-amati dia dengan rasa bangga dan puas bahwa ia adalah seorang yang mempunyai pembawaan sebagai seorang raja serta agung, dan “dari bahu ke atas lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.” Samuel sendiri, pada waktu menghadapkan dia kepada perhimpunan itu berseru, “Kamu lihatkah orang yang dipilih Tuhan itu? Sebab tidak ada seorang pun yang sama seperti dia di antara seluruh bangsa itu.” Dan sebagai sambutan terdengar dari antara orang banyak itu satu teriakan kegembiraan yang lama dan kuat, “Hidup raja!” SRNJ2 252.1

Kemudian Samuel memaparkan di hadapan orang banyak itu “hakhak kerajaan itu,” sambil menyebutkan prinsip-prinsip atas mana pemerintahan raja itu didasarkan, dan oleh mana itu harus dikendalikan. Raja tidak boleh menjadi sebagai seorang pemerintah yang mutlak, tetapi harus memegang kekuasaannya di bawah kehendak Yang Mahatinggi. Amanat ini telah dicatat di dalam sebuah buku, di mana dicantumkan hak-hak raja dan hak-hak serta kesempatan-kesempatan orang banyak itu. Sekalipun bangsa itu telah mencemoohkan amaran Samuel, nabi yang setia itu, sementara dipaksa untuk menyerah kepada keinginan mereka, masih tetap berusaha, sedapat-dapatnya untuk men jaga kebebasan mereka. SRNJ2 252.2

Sementara orang banyak itu pada umumnya tela siap mengakui. Saul sebagai raja mereka, ada satu pihak yang jumlahnya besar yang menentang. Memilih seorang raja dari suku Benyamin, suku terkecil di Israel—dan mengabaikan baik Yehuda dan Efraim, yang paling kuat dan paling besar—adalah suatu penghinaan yang tidak bisa mereka biarkan. Mereka menolak mengaku setia kepada Saul atau mempersembahkan kepadanya hadiah yang biasa diberikan menurut adat. Mereka yang paling mendesak di dalam tuntutan mereka untuk meminta seorang raja adalah orang-orang yang sama yang menolak menerima dengan rasa syukur orang yang telah diangkat oleh Allah. Anggota dari masing-masing pihak mempunyai pilihan sendiri, yang mereka mau agar ditempatkan di atas takhta kerajaan, dan beberapa dari antara pemimpin mereka menginginkan kehormatan itu bagi dirinya sendiri. Iri hati dan cemburu berkobar-kobar di dalam hati banyak orang. Usaha yang telah beraduk dengan kesombongan, keinginan yang berlebih-lebihan telah mengaki-batkan kekecewaan dan rasa tidak puas. SRNJ2 253.1

Di dalam keadaan seperti ini Saul merasa tidak layak menduduki martabat yang agung ini. Sambil meninggalkan Samuel untuk meng-urus pemerintahan itu seperti sebelumnya, ia kembali ke Gibea. Dengan penuh kehormatan ia telah dikawal ke tempat itu oleh sekelompok orang, yang melihat adanya pilihan Ilahi di dalam pengangkatannya, bertekad mendukung dia. Tetapi ia tidak berusaha untuk mempertahankan melalui kekerasan akan haknya untuk menduduki takhta itu. Di tempat kediamannya di antara dataran-dataran tinggi Benyamin dengan diamdiam ia telah menyibukkan dirinya dengan tugas-tugas sebagai seorang petani, dan membiarkan peneguhan wewenangnya kepada Allah. SRNJ2 253.2

Segera setelah pengangkatan SauL bangsa Amon, di bawah pimpinan raja mereka, Nahas, telah menyerang daerah suku bangsa di sebelah timur sungai Yordan dan mengancam kota Yabesy-Gilead. Penduduk kota itu berusaha mengadakan perdamaian dengan menyatakan siap membayar upeti kepada bangsa Amon. Atas tawaran ini raja yang kejam itu tidak menyetujuinya kecuali dengan syarat bahwa ia bisa mencungkil mata sebelah kanan setiap orang dari antara penduduk itu, dengan demikian menjadikan mereka sebagai saksi yang hidup akan kekuasaannya. SRNJ2 253.3

Penduduk kota yang dikepung itu meminta diberi waktu tujuh hari. Bangsa Amon menyetujui permintaan ini, sambil berpikir bahwa dengan demikian mereka menambahkan kehormatan dari kemenangan yang mereka harapkan itu. Dengan segera utusan telah dikirim dari Yabesy untuk mencari bantuan dari suku-suku bangsa yang berada di sebelah barat Sungai Yordan. Mereka membawa berita itu ke Gibea, sehingga menimbulkan kegentaran yang meluas di kalangan orang banyak. Saul, sekembalinya dari menggiring lembu di padang pada malam itu, mendengar ratapan yang kuat itu, yang memberitahukan kepadanya tentang adanya malapetaka yang besar. la berkata, “Ada apa dengan orang-orang itu, sehingga mereka menangis?” Pada waktu cerita yang memalukan itu diulangi kembali, segala kekuatannya yang terpendam itu timbul kembali. “Maka berkuasalah Roh Allah atas dia .... Diambilnyalah sepasang lembu, dipotong-potongnya, lalu potongan-potongan itu dikirimkannya ke seluruh daerah Israel dengan perantaraan utusan, pesannya: ‘Siapa yang tidak maju mengikuti Saul dan mengikuti Samuel, lembulembunya akan diperlakukan juga demikian.’” Tiga ratus tiga puluh ribu orang berkumpul di Padang Bezek, di bawah perintah Saul. Para utusan dengan segera dikirimkan ke kota yang sedang dikepung itu dengan suatu jaminan bahwa mereka bisa mengharapkan pertolongan itu pada keesokan harinya, hari yang sama di mana mereka harus menyerah kepada bangsa Amon. Dengan mengadakan satu perjalanan yang cepat pada malam hari, Saul dan tentaranya menyeberangi Sungai Yordan dan tiba di hadapan Yabesy “pada waktu kawal pagi.” Seperti Gideon, dengan membagi-bagi tentaranya menjadi tiga kelompok, ia menyerang kemah bangsa Amon itu pada waktu masih pagi sekali, pada saat mereka sedang lengah karena tidak mengharapkan adanya bahaya. Di dalam kepanikan yang mengikutinya mereka telah dibantai secara besar-besaran. Dan “terserak-seraklah orang-orang yang lolos itu, sehingga di antara mereka tidak ada tinggal dua orang bersama-sama.” SRNJ2 254.1

Kecekatan dan keberanian Saul, sebagaimana juga kepemimpinannya yang ditunjukkannya di dalam mengatur bala tentara yang begitu besar jumlahnya dengan berhasil, adalah kesanggupan yang dnnginkan oleh bangsa Israel untuk dimiliki oleh seorang raja, agar mereka sanggup bertarung dengan bangsa-bangsa lain. Mereka sekarang menyambut ia sebagai raja mereka, sambil memberikan kehormatan dari kemenangan itu kepada manusia, dan melupakan bahwa tanpa berkat Allah yang istimewa segala usaha mereka akan sia-sia. Di dalam semangat mereka itu banyak dari antara mereka yang bermaksud membunu semua yang tadinya menolak untuk mengakui hak Saul. Tetapi raja turun tangan sambil berkata, “Pada hari ini seorang pun tidak boleh dibunuh sebab pada hari ini Tuhan telah mewujudkan keselamatan kepada Israel.” Dalam hal ini Saul telah memberikan bukti bahwa ada perubahan yang telah terjadi di dalam tabiatnya. Gantinya mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, ia memberikan kemuliaan itu kepada Allah. Ganti-nya menunjukkan suatu keinginan untuk membalas, ia telah menyatakan satu roh belas kasihan dan pengampunan. Hal ini merupakan bukti yang jelas bahwa anugerah Allah tinggal di dalam hatinya. SRNJ2 254.2

Sekarang Samuel bermaksud agar satu perhimpunan bangsa diadakan di Gilgal, agar di sana kerajaan itu secara umum diteguhkan kepada Saul. Hal ini dilakukan, “dan mereka mempersembahkan di sana korban keselamatan di hadapan Tuhan, dan bersukanalah di sana Saul dan semua orang Israel dengan sangat.” SRNJ2 255.1

Gilgal pernah menjadi tempat perkemahan Israel yang pertama di Tanah Perjanjian itu. Di tempat inilah Yosua, oleh petunjuk Ilahi, telah mendirikan tugu yang terdiri dari dua belas buah batu untuk memperingati penyeberangan Yordan yang ajaib itu. Di sini upacara sunat telah dibarui. Di sini mereka telah merayakan Paskah yang pertama setelah dosa yang dilakukan di Kadesy dan pengembaraan di padang gurun. Di sini manna berhenti diturunkan. Di sini Penghulu bala tentara Tuhan telah menyatakan diri-Nya sebagai pemimpin yang memerintah tentara Israel. Dari tempat ini mereka bergerak maju untuk menghancurkan Yerikho dan menaklukkan Ai. Di sini Akhan menerima hukuman atas dosanya, dan di sini telah diadakan janji persahabatan dengan orang Gibeon yang mendatangkan hukuman atas Israel karena kelalaiannya meminta nasihat dari Allah. Di atas padang ini sambil diingatkan kepa- da begitu banyak peristiwa-peristiwa yang mengharukan, Samuel dan Saul berdiri, dan pada waktu teriakan sambutan kepada raja telah berhenti, nabi yang tua itu telah memberikan amanat perpisahannya sebagai pemimpin bangsa itu. SRNJ2 255.2

“Telah kudengarkan segala permintaanmu,” katanya, “yang kamu sampaikan kepadaku, dan seorang raja telah kuangkat atasmu. Maka sekarang raja itulah yang menjadi pemimpinmu; tetapi aku ini telah menjadi tua dan beruban, Akulah yang menjadi pemimpinmu dari sejak mudaku sampai hari ini. Di sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan Tuhan dan di hadapan orang yang diurapiNya: Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya kepadamu.” SRNJ2 256.1

Dengan serentak orang banyak itu menjawab, “Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapa pun.” Samuel bukan rekadar berusaha untuk membenarkan hidupnya. Sebelumnya ia telah menyatakan prinsip-prinsip yang harus memerintah baik raja dan bangsa itu, dan ia ingin untuk menambahkan kepada kata-katanya itu bukti dari teladan hidupnya sendiri. Sejak masa kanak-kanak ia telah berhubungan dengan pekerjaan Allah, dan selama masa hidupnya yang lama itu satu tujuan selalu ada di hadapannya—kemuliaan bagi Allah, dan kebajikan yang tertinggi bagi Israel. SRNJ2 256.2

Sebelum ada pengharapan bagi kemakmuran Israel mereka harus dituntun kepada pertobatan di hadapan Allah. Sebagai akibat dosa mereka telah kehilangan iman di dalam Allah, dan pengertian mereka akan kuasa dan hikmat-Nya untuk memerintah bangsa itu—telah kehilangan percaya di dalam kesanggupan-Nya untuk membenarkan pekerjaan-Nya. Sebelum mereka bisa memperoleh damai mereka harus dipimpin untuk melihat dan mengakui dosa yang sama yang untuknya mereka telah bersalah. Mereka telah menyatakan bahwa tujuan tuntutan mereka untuk meminta seorang raja adalah, “raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.” Samuel mengulangi kembali sejarah bangsa Israel, dari sejak Allah membawa mereka keluar dari Mesir. Tuhan, Raja di atas segala raja, telah berjalan di hadapan mereka dan berperang bagi mereka. Sering dosa-dosa mereka telah menjual mereka ke bawah kekuasaan musuh-musuh mereka, tetapi segera setelah mereka berpaling dari jalan-jalan mereka yang jahat maka rahmat Allah telah membangkitkan seorang pembebas. Tuhan telah mengutus Yerubaal dan Barak, dan “Yefta dan Samuel, dan melepaskan kamu dari tangan musuh di sekelilingmu, sehingga kamu diam dengan tenteram.” Tetapi bilamana mereka terancam oleh mara bahaya mereka telah berseru, “Seorang raja harus memerintah kami,” sedangkan nabi berkata, “padahal Tuhan, Aliahmu, adalah rajamu.” SRNJ2 256.3

“Sekarang,” kata Samuel melanjutkan, “tinggallah berdiri dan lihatlah perkara yang besar yang akan dilakukan Tuhan di depan matamu ini. Bukankah sekarang musim menuai gandum? Aku akan berseru kepada Tuhan, supaya Ia memberikan guruh dan hujan. Lihatlah dan sadarlah, bahwa besar kejahatan yang telah kamu lakukan itu di mata Tuhan dengan meminta raja bagimu. Lalu berserulah Samuel kepada Tuhan, maka Tuhan memberikan pada hari itu guruh dan hujan, sehingga sangat takutlah seluruh bangsa itu kepada Tuhan dan kepada Samuel.” Pada waktu penuaian gandum, dalam bulan Mei dan Juni, tidak ada hujan yang turun di Timur. Langit kelihatan cerah, dan udara terasa tenang sekali. Sehingga angin kuat yang bertiup pada waktu seperti itu telah menyebabkan ketakutan di dalam hati mereka. Dengan rendah hati bangsa itu mengakui dosa-dosa mereka—dosa yang sama untuk mana mereka telah bersalah: “Berdoalah untuk hamba-hambamu ini kepada Tuhan, Aliahmu, supaya jangan kami mati, sebab dengan meminta raja bagi kami, kami menambah dosa kami dengan kejahatan ini.” SRNJ2 257.1

Samuel tidak membiarkan orang banyak itu dalam keadaan kecewa, karena hal ini akan menghalangi segala usaha untuk memperoleh suatu kehidupan yang lebih baik. Setan akan menuntun mereka untuk memandang Allah sebagai satu Pribadi yang kejam dan tidak. suka mengampuni, dan dengan demikian mereka akan terbuka kepada segala macam pencobaan. Allah adalah penuh rahmat dan suka mengampuni, selalu ingin untuk menyatakan kasihan-Nya kepada umat-Nya bilamana mereka mau menurut suara-Nya. “Jangan takut,” adalah pekabaran dari Allah melalui hamba-Nya, “memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti 1 uhan, melainkan beribadahlah kepada Tuhan dengan segenap hatimu. Janganlah menyim-pang untuk mengejar dewa kesia-siaan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong karena semuanya itu adalah kesia-siaan belaka. Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya.” SRNJ2 257.2

Samuel tidak mengatakan apa-apa sehubungan dengan penghinaan yang telah dilemparkan kepada dirinya sendiri; ia tidak mengucapkan kata-kata teguran atas sikap tidak berterima kasih yang dibalaskan Israel terhadap pengabdiannya yang seumur hidupnya itu; tetapi ia memberikan jaminan kepada mereka bahwa perhatiannya ter adap mereka tidak kunjung padam: “Mengenai aku, jauhlah dan padaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan Tuhan dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu. Tetapi jika kamu terus berbuat jahat, maka kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu itu.” SRNJ2 258.1