Khotbah Di Atas Bukit

2/54

1 - Di Lereng Bukit

Lebih dari empat belas abad sebelum Yesus lahir di Betlehem, orang-orang Israel berkumpul di Lembah Sikhem yang indah, dan dari bukit-bukit di sebelahnya suara-suara para imam kedengaran menyatakan berkat-berkat dan kutukan-kutukan — “berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Aliahmu. . . dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan” (Ulangan 11:27, 28). Dan demikianlah bukit dari mana kata-kata berkat diucapkan menjadi terkenal sebagai bukit berkat. Tetapi kata-kata yang diucapkan sebagai suatu berkat kepada sebuah dunia yang berdosa dan menderita bukanlah di atas Bukit Gerizim. Orang Israel menggagalkan cita-cita luhur yang telah ditetapkan di hadapannya. Seseorang yang lain dari Yosua harus memimpin umat Allah kepada landasan iman yang benar. Bukan Gerizim lagi yang terkenal sebagai bukit Kebahagiaan, tetapi bukit yang tidak bernama dekat Danau Galilea, di mana Yesus mengucapkan kata-kata berkat kepada murid-murid-Nya dan orang banyak. KAB 9.1

Mari kita bayangkan kembali suasana itu, dan sambil duduk dengan murid-murid itu di lereng bukit ikut serta dalam pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang memenuhi hati mereka. Memahami apa yang dimaksudkan kata-kata Yesus kepada mereka yang mendengar-Nya, kita dapat melihat di dalam diri mereka suatu semangat dan keindahan baru, dan boleh juga kita petik pelajaran-pelajaran mereka yang lebih dalam untuk diri kita. KAB 9.2

Ketika Juruselamat memulai pelayanan-Nya, konsep populer dari Mesias dan pekerjaan-Nya seakan sama sekali tak layak membuat orang menerima-Nya. Roh kesetiaan telah hilang dalam tradisi dan kegiatan upacara, dan nubuatan-nubuatan ditafsirkan dengan hati yang sombong dan cinta dunia. Orang Yahudi mencari Seorang yang datang, bukan sebagai seorang Penyelamat dari dosa, tetapi sebagai seorang pangeran besar yang akan membawa segala bangsa di bawah keagungan Singa dari suku Yehuda. Dengan sia-sia Yohanes Pembaptis, yang memperoleh kuasa menyelidiki hati dari para nabi zaman dulu, memanggil mereka untuk bertobat. Dengan sia-sia dia di Sungai Yordan, menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah, yang mengangkat dosa dunia ini. Allah berupaya mengarahkan pikiran mereka kepada nubuatan Yesaya tentang penderitaan Juruselamat itu, tetapi mereka tidak mau mendengar. KAB 10.1

Sekiranya para guru dan pemimpin di Israel menyerah kepada kasih karunia-Nya yang mengubah, Yesus telah membuat mereka para duta-Nya di antara manusia. Di Yudea pertama kali kedatangan kerajaan itu telah diumumkan, dan panggilan supaya bertobat telah diberikan. Dengan tindakan mengusir orang-orang yang menajiskan bait suci di Yerusalem, Yesus telah mengumumkan diri-Nya sebagai Mesias — Orang yang akan membersihkan jiwa dari kecemaran dosa dan membuat umat-Nya sebuah bait suci kepada Tuhan. Tetapi para pemimpin Yahudi tidak mau merendahkan diri mereka untuk me-nerima Guru yang sederhana dari Nazaret itu. Pada kunjunganNya yang kedua ke Yerusalem Dia didakwa di hadapan Sanhedrin dan karena takut terhadap orang-orang sajalah yang mencegah orang-orang terkemuka ini mengambil nyawa-Nya. Kemudian setelah meninggalkan Yudea, Ia memulai pelayanan-Nya di Galilea. KAB 10.2

Pekerjaan-Nya di sana telah dilanjutkan beberapa bulan sebelum Khotbah di Atas Bukit diberikan. Pekabaran yang Dia sampaikan di seluruh negeri itu, “Kerajaan surga sudah dekat” (Matius 4:17), telah menawan perhatian segala golongan, dan masih terus membesarkan nyala pengharapan ambisi mereka, popularitas Guru baru itu telah meluas bahkan melampaui Palestina, dan tanpa mempedulikan perasaan para pejabat tinggi, sudah tersebar luas perasaan akan adanya kemungkinan bahwa inilah Pelepas yang diharapkan itu. Begitu banyak orang mengikuti Yesus dengan berdesak-desakan, dan semangat mereka sangat tinggi. KAB 11.1

Saatnya telah tiba bagi murid-murid yang paling dekat bergaul dengan Kristus supaya lebih cepat bergabung dalam pekerjaan-Nya, supaya kelompok orang banyak ini tidak ditinggalkan tanpa dipelihara, bagaikan domba tanpa gembala. Sebagian dari murid-murid ini telah menggabungkan diri mereka kepada-Nya pada permulaan pelayanan-Nya, dan hampir semua kedua belas murid itu telah bergaul bersama-sama sebagai anggota keluarga Yesus. Namun mereka juga, disesatkan oleh ajaran para rabi, dengan memberi pengharapan populer kerajaan duniawi. Mereka tidak dapat memahami gerakan-gerakan Yesus. Mereka telah bingung dan susah karena Dia tidak mengadakan upaya untuk menguatkan pekerjaan-Nya dengan memperoleh dukungan dari para imam dan rabi, Dia tidak berbuat apa-apa untuk menegakkan wibawa-Nya sebagai seorang raja duniawi. Suatu pekerjaan besar masih harus diselesaikan untuk murid-murid ini sebelum mereka dipersiapkan untuk kepercayaan yang suci yang akan menjadi milik mereka apabila Yesus harus naik ke surga. Namun mereka telah memberi reaksi kepada kasih Kristus, dan walaupun mereka lambat percaya, Yesus melihat mereka dapat dilatih dan ditertibkan untuk pekerjaan-Nya yang besar. Dan sekarang mereka sudah cukup lama bersama-Nya untuk menetapkan, dalam ukuran tertentu, iman mereka pada sifat Ilahi misi-Nya, dan orang-orang juga telah menerima bukti kuasa-Nya yang tidak dapat disangsikan, jalan dipersiapkan untuk mengakui prinsip-prinsip kerajaanNya yang akan menolong mereka memahami sifat-Nya yang sebenarnya. KAB 11.2

Sendirian di atas bukit dekat Laut Galilea, Yesus berdoa sepanjang malam untuk murid-murid pilihan ini. Pada waktu dini hari Dia memanggil mereka kepada-Nya dan dengan kata-kata doa dan pengajaran, Dia menumpangkan tangan-Nya ke atas kepala mereka dengan ucapan syukur, mengasingkan mereka kepada pekerjaan Injil. Kemudian Dia kembali dengan mereka ke tepi laut, di mana pagi-pagi sekali orang banyak sudah mulai berkumpul. KAB 12.1

Selain kelompok orang banyak yang biasa dari kota-kota Galilea, di sana banyak orang dari Yudea, dari Yerusalem sendiri, dari Perea, dari Dekapolis yang penduduknya setengah kafir, dari Idumea, jauh di Selatan Yudea, dan dari Tirus dan Sidon, kota-kota Fenisia di pantai Laut Tengah. “Mendengar hal-hal besar yang Dia lakukan,” mereka “datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; . . kuasa keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan.” Markus 3:8; Lukas 6:17-19. KAB 12.2

Kemudian, setelah pantai sempit itu tidak mampu menampung orang-orang berdiri yang dapat dijangkau suara-Nya, Yesus membawa mereka kembali ke lereng bukit. Setelah tiba di tempat datar yang dapat menampung kumpulan orang banyak dengan baik, Dia duduk di atas rumput, dan murid-murid-Nya bersama orang banyak ikut duduk di atas rumput. KAB 12.3

Dengan suatu perasaan yang mungkin diharapkan lain dari yang biasa, murid-murid itu datang dekat mengelilingi Guru mereka. Sejak peristiwa-peristiwa pagi itu mereka mengumpulkan kepastian bahwa suatu pengumuman akan diberikan mengenai kerajaan yang sangat mereka harapkan, yang segera Dia dirikan. Suatu perasaan yang penuh harapan meliputi orang banyak itu juga, dan wajah-wajah yang ingin tahu memberikan bukti perhatian yang dalam. KAB 13.1

Ketika mereka duduk di atas lereng bukit yang hijau itu, menunggu kata-kata dari Guru Ilahi itu, hati mereka penuh dengan pikiran kemuliaan mendatang. Di situ ada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menanti-nantikan hari bila mereka akan menguasai orang-orang Roma yang dibenci itu dan memiliki kekayaan dan kemegahan dari kerajaan dunia yang besar. Para petani dan nelayan miskin berharap untuk mendengar jaminan bahwa gubuk mereka yang buruk, makanan yang sedikit, kehidupan yang kerja keras, dan kekhawatiran akan kebutuhan, akan ditukar dengan rumah besar yang banyak dan hari-hari yang menyenangkan. Menggantikan sebuah pakaian kasar yang menutupi tubuh pada siang hari dan selimut pada malam hari, mereka berharap bahwa Kristus akan memberikan kepada mereka kekayaan dan jubah-jubah yang mahal dari para penakluk mereka. KAB 13.2

Hati mereka digairahkan dengan pengharapan bangga bahwa bangsa Israel segera akan dihormati di hadapan bangsabangsa sebagai bangsa pilihan Tuhan, dan Yerusalem diagungkan sebagai kepala dari kerajaan seluruh dunia. KAB 13.3