Khotbah Di Atas Bukit

14/54

3 - Makna Rohani dari Hukum Allah

“Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Matius 5:17.

Kristuslah yang telah mengumumkan hukum itu di atas Gunung Sinai, di tengah-tengah guntur dan nyala api. Kemuliaan Allah, bagaikan api yang memusnahkan, turun ke puncak gunung, dan gunung itu bergoncang atas kehadiran Tuhan. Rombongan besar orang Israel yang tiarap di atas tanah telah mendengar dengan kagum perintah-perintah suci dari hukum itu. Betapa berbedanya dengan suasana di atas bukit kebahagiaan itu! Di bawah langit musim panas, tanpa suara yang memecah kesunyian kecuali kicauan burung-burung, Yesus menyatakan prinsip-prinsip kerajaan-Nya. Namun Dia yang berbicara kepada orangorang pada hari itu dengan penekananpenekanan kasih telah membuka kepada mereka prinsip-prinsip hukum yang diumumkan di Sinai. KAB 55.1

Ketika hukum itu diberikan, Israel, yang direndahkan oleh perhambaan Mesir yang lama, perlu diberi kesan oleh kuasa dan keagungan Allah; namun Dia menyatakan Diri-Nya kepada mereka tidak kurang dari sebagai Allah kasih. “Tuhan datang dari Sinai, KAB 55.2

Dan terbit kepada mereka dari Seir;
Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran,
Dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus;
Di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.
Sungguh Ia mengasihi umat-Nya;
Semua orang-Nya yang kudus,
Di dalam tangan-Mulah mereka,
Pada kaki-Mulah mereka duduk;
Menangkap sesuatu dari firman-Mu.” Ulangan 33:2, 3.
KAB 56.1

Kepada Musalah Allah menyatakan kemuliaan-Nya dalam kata-kata yang ajaib itu yang telah menjadi harta warisan sepanjang masa: Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.” Keluaran 34:6, 7. KAB 56.2

Hukum yang diberikan di atas Gunung Sinai adalah ucapan dari prinsip kasih, suatu penyataan kepada dunia tentang hukum surga. Hukum itu ditahbiskan di dalam tangan seorang Perantara -diucapkan oleh-Nya lewat kuasa siapa hati manusia dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsipnya. Allah telah menyatakan maksud hukum itu ketika Dia menyatakan kepada Israel, “Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagi-Ku.” Keluaran 22:31. KAB 56.3

Tetapi Israel belum merasakan sifat rohani dari hukum itu, dan terlalu sering penurutan mereka hanya sebagai ketaatan rupa dan upacara saja, bukan suatu penyerahan hati kepada kedaulatan kasih. Ketika Yesus dalam tabiat dan pekerjaan-Nya menunjukkan kepada manusia sifat-sifat Allah yang suci, penuh kebaikan dan bersifat kebapaan, dan menunjukkan ketiadaan nilai dari penurutan upacara belaka, para pemimpin Yahudi tidak menerima atau memahami kata-kata-Nya. Mereka berpikir bahwa Dia terlalu menganggap enteng akan tuntutan-tuntutan hukum itu; dan ketika Dia tetapkan di hadapan mereka kebenaran-kebenaran dari perwujudan atau lambang upacara mereka yang ditetapkan Ilahi, mereka hanya melihat luarnya saja, menuduh Dia berupaya untuk mengubahnya. KAB 56.4

Kata-kata Kristus, walaupun diucapkan dengan tenang, itu dikatakan dengan kesungguh-sungguhan dan kuasa yang menggerakkan hati orang-orang. Mereka mendengar pengulangan tradisi-tradisi dan tuntutan-tuntutan hambar dari para rabi; tetapi dengan sia-sia. “Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” Matius 7:29. Orang Farisi mencatat perbedaan besar antara gaya ajaran mereka dengan ajaran Kristus. Mereka lihat bahwa keagungan, kesucian dan keindahan kebenaran dengan pengaruh yang dalam dan lemah-lembut itu telah menguasai pikiran banyak orang. Kasih dan kelembutan Ilahi Juruselamat itu menarik hati manusia kepada-Nya. Para rabi melihat bahwa oleh pengajaranNya tujuan seluruhnya dari pengajaran yang telah mereka berikan kepada orang-orang tersebut telah gagal. Dia telah meruntuhkan dinding pemisah yang telah menyanjung kesombongan dan kesendirian mereka; dan mereka takut, jika diizinkan, Dia akan menarik orang-orang seluruhnya jauh dari mereka. Oleh sebab itu mereka mengikut Dia dengan permusuhan yang tetap, berharap akan memperoleh suatu kesempatan untuk membuat Dia tidak disukai orang banyak dan dengan demikian memungkinkan orang Sanhedrin menguatkan penghukuman dan kematian-Nya. KAB 57.1

Di atas bukit itu, Yesus diamati oleh mata-mata secara teliti; dan ketika Dia paparkan prinsip-prinsip kebenaran, orang Farisi membuat tersebar-luas bahwa ajaran-Nya bertentangan dengan peraturan-peraturan yang telah diberikan Allah di Sinai. Juruselamat itu tidak mengatakan apa-apa untuk menggoncang iman dalam agama dan lembaga-lembaga yang telah diberikan melalui Musa; karena setiap sinar terang Ilahi yang disampaikan pemimpin besar Israel kepada umat-Nya diterima dari Kristus. Sementara banyak orang mengatakan dalam hati mereka bahwa Dia telah datang untuk menghilangkan hukum itu, Yesus dengan bahasa yang jelas menyatakan sikap-Nya terhadap undang-undang Ilahi. ‘’Jangan kamu menyangka,” kata-Nya, “bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.” KAB 58.1

Pencipta manusia dan Pemberi hukum itulah yang menyatakan bahwa maksud-Nya bukanlah untuk mengesampingkan aturan-aturannya. Segala sesuatu dalam alam, dari butir debu dalam sinar matahari hingga ke dunia-dunia di tempat yang tinggi adalah di bawah hukum. Ketenteraman dan keselarasan dunia alami bergantung kepada penurutan akan hukum-hukum ini. Jadi di situ terdapat prinsip-prinsip kebenaran yang besar untuk mengendalikan kehidupan dari segala makhluk yang cerdas, dan kesejahteraan alam semesta bergantung kepada persesuaian dengan prinsip-prinsip ini. Sebelum dunia ini diciptakan, hukum Allah sudah ada. para malaikat diatur oleh prin-sip-prinsipnya, dan supaya dunia selaras dengan surga, manusia juga harus menurut kepada undang-undang Ilahi. Kepada manusia di Taman Eden aturan-aturan dari hukum itu diberitahukan oleh Kristus “pada waktu bintang-bintang fajar bersoraksorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai.” Ayub 38:7. Misi Kristus di dunia bukanlah untuk merusak hukum, tetapi oleh kasih karunia-Nya untuk membawa manusia kembali menurut kepada aturan-aturannya. KAB 58.2

Murid yang dikasihi itu, yang mendengar kata-kata Yesus di atas bukit, lama sesudah itu menulis dalam ilham Roh Kudus, menyatakan hukum sebagai kewajiban abadi. Dia katakan bahwa “dosa adalah pelanggaran hukum dan bahwa “setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah.” I Yohanes 3:4. Dia jelaskan bahwa hukum yang ia tunjukkan itu adalah “perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya.” 1 Yohanes 2:7. Dia menyatakan hukum yang ada pada waktu penciptaan dan diulangi di atas Gunung Sinai. KAB 59.1

Menyatakan hukum itu, Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Di sini Ia menggunakan kata “menggenapi” dalam pengertian yang sama seperti ketika Dia mengatakan maksud-Nya kepada Yohanes Pembaptis untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15); yakni untuk memenuhi ukuran tuntutan hukum, untuk memberikan suatu contoh dari persesuaian yang sempuma kepada kehendak Allah. KAB 59.2

Misi-Nya adalah untuk “memberi pengajaran-Nya yang besar dan mulia.” Yesaya, 42:21. Dia harus menunjukkan sifat rohani dari hukum itu, untuk menunjukkan prinsip-prinsipnya yang luas dan untuk menjelaskan kewajibannya yang abadi. KAB 59.3

Keindahan tabiat Ilahi dari Kristus, mengenai siapa yang termulia dan paling lemah-lembut di antara manusia hanya suatu pantulan yang lemah; mengenai siapa Salomo oleh Roh inspirasi menuliskan, Dia adalah “mencolok mata di antara selaksa orang, . . . segala sesuatu padanya menarik” (Kidung Agung 5:10-16); mengenai siapa Daud, melihat-Nya dalam penglihatan nubuat, berkata, “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia” (Mazmur 45:2); Yesus, citra yang jelas dari diri Bapa itu, cahaya dari kemuliaan-Nya; Penebus yang menyangkal diri, sepanjang perjalanan hidup-Nya yang penuh kasih di atas dunia adalah suatu gambaran hidup dari sifat hukum Allah. Di dalam kehidupan-Nya dinyatakan bahwa kasih yang lahir di surga, prinsip-prinsip yang menyerupai Kristus, mendasari hukum-hukum kejujuran yang abadi. KAB 59.4

“Selama belum lenyap langit dan bumi ini,” kata Yesus, “satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Dengan penurutan-Nya sendiri kepada hukum Kristus menyaksikan tentang tabiattabiat-Nya yang kekal dan membuktikan bahwa lewat kasih karunia-Nya bukum itu dapat dituruti dengan sempurna oleh setiap putra-putri Adam. Di atas bukit itu Dia menyatakan bahwa tidak satu iota terkecil pun ditiadakan dari hukum itu sebelum semuanya terjadi segala sesuatu yang menyangkut umat manusia, segala yang berhubungan dengan rencana penebusan. Dia tidak mengajarkan bahwa satu waktu hukum itu akan dibatalkan, tetapi mengarahkan mata sepenuhnya kepada horison masa depan manusia dan meyakinkan kita bahwa sebelum tujuan ini tercapai hukum itu akan tetap berwewenang, sehingga tak seorang pun boleh menyangka bahwa misi-Nya ialah untuk menghapus aturan-aturan dari hukum itu. Selagi langit dan bumi ada, prinsip suci hukum Allah akan tetap ada. Kebenaran-Nya adalah, “seperti gunung-gunung Allah” (Mazmur 36:6), akan terus, suatu sumber berkat, mengalirkan sungaisungai kecil untuk menyegarkan bumi. KAB 60.1

Karena hukum Tuhan itu sempuma, dan tidak berubah, tidak mungkin bagi orang-orang berdosa, dengan kekuatan sendiri. untuk memenuh i standar tuntutannya. Itulah sebabnya mengapa Yesus datang sebagai Penebus kita. Misi-Nyalah, oleh membuat manusia ikut serta dalam sifat Ilahi, untuk membawa mereka sesuai dengan prinsip-prinsip hukum surga. Apabila kita tinggalkan dosa-dosa kita dan menerima Kristus sebagai Juruselamat kita, hukum itu diagungkan. Rasul Paulus bertanya, “Jika demikian, adalah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.” Roma 3:31. KAB 60.2

Janji perjanjian baru itu ialah, “Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka” Ibrani 10:16. Sementara sistem lambang nubuatan yang menunjuk kepada Kristus sebagai Anak Domba Allah yang harus menghapus dosa dunia harus dihentikan dengan kematian-Nya, prinsip-prinsip kebenaran yang diwujudkan dalam Sepuluh Hukum adalah tetap bagaikan takhta yang kekal. Tidak satu perintah pun yang telah dibatalkan, tidak satu iota atau satu titik pun yang diubah. Prinsip-prinsip yang diberita-hukan kepada manusia di Firdaus sebagai hukum besar kehidupan akan tetap tidak berubah di Firdaus yang dipulihkan itu. Apabila Eden berbunga kembali di dunia, hukum kasih Allah akan diturut oleh seluruh manusia yang di bawah matahari. “Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu tetap teguh di surga.” “Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kukuh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.” “Sejak dulu aku tahu dari peringatan-peringatan-Mu, bahwa Engkau telah menetapkannya untuk selama-lamanya.” Mazmur 119:89; 111:7, 8; 119:152. KAB 61.1