Kemenangan Akhir
Bab 9—Pembaru Swiss
Dalam memilih alat-alat pembaruan gereja, rencana Ilahi yang sama terlihat dalam penanaman dan pengembangan jemaat. Guru surgawi itu diabaikan oleh orang-orang besar dunia, orang-orang kaya dan orang-orang bertitel, yang sudah terbiasa menerima pujian dan penghormatan sebagai pemimpin bangsa. Mereka begitu sombong dan angkuh dalam superioritas kebanggaan mereka, sehingga mereka tidak bisa diarahkan untuk bersimpati kepada sesama manusia dan menjadi teman kerja “Orang Nazaret” yang rendah hati itu. Kepada orang-orang yang tidak terpelajar, para nelayan Galilea yang bekerja keras, panggilan diberikan, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius. 4:19). Muridmurid ini rendah hati dan dapat diajar. Semakin sedikit mereka dipengaruhi oleh ajaran-ajaran palsu pada zamannya, semakin berhasil mereka diajar dan dilatih oleh Kristus bagi pelayanan-Nya. Demikian juga halnya pada zaman Pembaruan. Pembaru-pembaru terkemuka adalah orang-orang yang hidupnya sederhana,—orang-orang yang hidupnya jauh dari kesombongan kedudukan, dan dari pengaruh kefanatikan dan keimaman. Adalah rencana Allah untuk menggunakan alat-alat yang sederhana untuk mencapai hasil-hasil yang besar. Kemudian kemuliaan tidak akan diberikan kepada manusia itu, tetapi kepada-Nya yang bekerja melalui mereka yang melaku-kan kemauan-Nya. KA 178.1
Beberapa minggu setelah Luther lahir digubuk buruh tambang di Saxon, Ulric Zwingli telah lahir di pondok gembala di antara Pegunungan Alpen. Lingkungan Zwingli pada masa kanak-kanak dan pendidikan pertamanya adalah sedemikian rupa sehingga mempersiapkan dirinya kepada misinya dikemudian hari. Karena dibesarkan di tengah-tengah kebebasan dan ke-indahan pemandangan alam, dan keagungan yang menakjubkan, pikirannya telah terkesan dengan rasa kebesaran, kuasa dan keagungan Allah. Sejarahperbuatan-perbuatan berani yang dicapai di negerinya di daerah pegunungan telah menyalakan aspirasi kemudaannya. Dan dari neneknya yang saleh ia mendengar beberapa cerita Alkitab berharga yang telah dikumpulkan menggantikan cerita-cerita legenda dan tradisi gereja. Dengan penuh per-hatian ia mendengarkan cerita tentang perbuatan-perbuatan besar para bapa dan para nabi, dan tentang para gembala yang menjaga kawanan ternaknya di bukit-bukit Palestina di mana malaikat-malaikat berbicara dengan mereka tentang Bayi Betlehem dan tentang Orang Golgota. KA 179.1
Seperti John Luther, ayah Martin Luther, ayah Zwingli juga menginginkan suatu pendidikan bagi anaknya. Lalu ia mengirimkan anak itu ke sekolah di luar kampung halamannya di lembah itu. Pikiran anak muda ini ber-kembang cepat sehingga timbul masalah mendapatkan seorang guru yang berkompeten mengajarnya. Pada usia tiga belas tahun ia pergi ke Bern, di mana terdapat sekolah yang paling terkenal di Swiss. Namun, di sini timbulah suatu bahaya yang mengancam janji hidupnya. Upaya-upaya keras dilaku-kan oleh para biarawan untuk memikatnya memasuki biara. Para biarawan Dominika dan Francisca saling bersaing untuk menarik perhatian. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan gereja-gereja mereka yang dihiasi, pertun-jukan acara-acara mereka dan penarikan benda-benda kuno dan patungpatung yang membuat mukjizat. KA 179.2
Para biarawan Dominika Bern melihat bahwa jika mereka dapat meme-nangkan pemuda berbakat ini, mereka akan mendapat keuntungan dan kehormatan. Usianya yang masih sangat muda, kemampuan alamiahnya se-bagai pembicara dan penulis, kecerdasannya yang luar biasa dalam musik dan puisi, akan lebih efektif ketimbang semua pertunjukan dan peragaan untuk menarik orang-orang mengunjungi kebaktian dan sekaligus mening-katkan pemasukan uang bagi ordo mereka. Dengan tipuan dan pujian yang berlebih-lebihan mereka berusaha membujuk Zwingli memasuki biara mereka. Luther, pada waktu ia masih sekolah, telah membenamkan dirinya di ruangan biara. Ia pasti sudah hilang dari dunia ini seandainya pemeliharaan Allah tidak melepaskannya. Zwingli tidak diizinkan untuk menemui bahaya yang sama. Secara kebetulan ayahnya menerima informasi mengenai rencana para biarawan itu. Ia tidak berencana untuk mengizinkan anaknya untuk mengikuti jalan hidup biarawan, yang malas dan tak berguna itu. Ia melihat bahwa kegunaannya di hari depan terancam, sehingga ia menyuruh Zwingli segera pulang. KA 179.3
Perintah ayahnya itu dituruti. Tetapi pemuda ini tidak berapa lama bisa sabar tinggal di kampung halamannya di lembah itu. Ia segera meneruskan sekolahnya ke Basel setelah beberpa lama kemudian. Di sinilah Zwingli untuk pertama sekali mendengar Injil rahmat Allah yang diberikan dengan cuma-cuma. Seorang guru bahasa-bahasa kuno, bernama Wittenbach, telah dituntun kepada Alkitab pada waktu ia mempelajari bahasa-bahasa Yunani dan Ibrani. Dan dengan demikian sinar-sinar terang Ilahi telah dipancarkan ke dalam pikiran siswa-siswa yang diajarnya. Ia menyatakan bahwa ada satu kebenaran yang lebih tua dan yang lebih berharga daripada teori-teori yang diajarkan oleh para guru dan para ahli filsafat. Kebenaran tua ini ialah bahwa kematian Kristus adalah tebusan orang-orang berdosa satu-satunya. Bagi Zwingli perkataan ini bagaikan sinar terang pertama yang mendahului fajar. KA 180.1
Tidak lama kemudian Zwingli dipanggil dari Basel untuk memasuki pekerjaan hidupnya. Ladang tempat bertugasnya yang pertama ialah di salah satu paroki di Alpine, tidak jauh dari kampung halamannya di lembah. Setelah ia menerima pengurapan sebagai imam, ia “membaktikan dirinya dengan segenap jiwanya untuk menyelidiki kebenaran Ilahi, karena ia se-penuhnya menyadari,” kata seorang teman Pembaru, “betapa ia harus tahu kepada siapa kawanan domba Kristus dipercayakan.”—Wylie, b. 8, psl. 5. Semakin ia menyelidiki Alkitab, semakin jelas tampak perbedaan antara kebenaran-kebenaran Alkitab dengan penyelewengan-penyelewengan Roma. Ia menerima Alkitab sebagai firman Allah, sebagai satu-satunya peraturan yang sempuma dan mutlak. Ia melihat bahwa firman itu menerangkan tentang dirinya sendiri. Ia tidak berani mencoba menerangkan Alkitab untuk mempertahankan ajaran-ajaran dan teori-teori yang sudah diprakondisi sebelumnya. Tetapi mengambil sebagai tugasnya untuk mempelajari apa ajarannya yang langsung dan nyata. Ia berupaya menyediakan dirinya menjadi penolong untuk memberikan pengertian yang penuh dan benar tentang artinya, dan memohon pertolongan Roh Kudus, yang ia katakan akan menyatakannya kepada semua orang yang mencarinya dengan sungguh-sungguh dan dengan doa. KA 180.2
“Alkitab itu,” kata Zwingli, “datang dari Allah, bukan dari manusia, dan bahkan Allah, yang menerangi itu, akan memberikan kepadamu pengertian bahwa perkataan itu datang dari Allah... tidak bisa gagal. Firman itu terang, mengajarkan sendiri, menyatakan dirinya sendiri. Ia menerangi jiwa dengan semua keselamatan dan rahmat kasih karunia, menghiburkan jiwa itu didalam Tuhan, melembutkannya, sehingga menyangkali bahkan menghilangkan diri sendiri dan merangkul Allah.”—Wylie, b. 8, psl. 6. Kebenaran firman ini telah dibuktikan sendiri oleh Zwingli. Berbicara me-ngenai pengalamannya pada waktu ini, ia kemudian menulis, “Ketika ... saya mulai menyerahkan diri saya seluruhnya kepada Alkitab yang suci, falsafah dan teologi selalu mengundang pertentangan dalam diri saya. Akhirnya saya datang kepada pemikiran ini, ‘Engkau harus menganggap itu semua sebagai kebohongan, dan mempelajari arti Allah semata-mata dari firman-Nya yang sederhana.’ Kemudian saya mulai memohon kepada Allah terang-Nya, dan Alkitab itu mulai lebih mudah saya pahami.”—Ibid. KA 181.1
Doktrin yang diajarkan oleh Zwingli tidak diterimanya dari Luther. Doktrin itu adalah doktrin Kristus. “Jikalau Luther mengkhotbahkan Kristus,” kata Pembaru Swiss itu, “ia melakukan apa yang sedang saya lakukan. Mereka yang telah dibawa kepada Kristus jauh lebih banyak daripada mereka yang saya tuntun. Tetapi ini tidak menjadi soal. Saya tidak akan membawa nama lain selain Kristus, saya adalah laskar-Nya dan Dia adalah satusatunya pemimpinku. Belum pernah sepatah kata pun saya tuliskan kepada Luther, atau oleh Luther kepada saya. Dan mengapa?... Agar hal itu menunjukkan betapa Roh Allah adalah satu, oleh karena keduanya kami, tanpa persekongkolan, telah mengajarkan doktrin Kristus dengan cara yang sama.”—D’Aubigne, b. 8, psl. 9. KA 181.2
Pada tahun 1516, Zwingli telah diundang menjadi pengkhotbah di biara di Einsiedeln. Disini ia dapat melihat lebih dekat kebejatan Roma, dan berusaha menanamkan pengaruhnya sebagai Pembaru, yang dapat dirasakan jauh diluar kampung halamannya Alpen. Salah satu yang paling menarik perhatian di Einsiedeln ialah patung Anak Dara, yang dikatakan mempnyai kuasa membuat mukjizat-mukjizat. Diatas gerbang biara ada tulisan, sini dapat diperoleh pengampunan dosa yang sempuma.”—D’Aibigne, b. 8, psl. 5. Sepanjang masa para musafir berdatangan ke tempat pemujaan Anak Dara ini. Tetapi pada perayaan besar tahunan, penahbisannya, orang banyak datang dari berbagai daerah Swiss, dan bahkan dari Perancis dan Jerman. Zwingli merasa sangat susah melihat hal ini, lalu menggunakan kesempatan itu untuk mengumumkan pembebasan melalui Injil bagi orangorang yang diperbudak oleh ketakhyulan ini. KA 182.1
“Jangan kamu sangka,” katanya, “bahwa Allah hanya ada di dalam tempat pemujaan ini dan tidak ada ditempat lain. Negara mana saja pun tempat kamu tinggal, Allah ada di sekitarmu, dan mendengarkan kamu—Dapatkah pekerjaan sia-sia, pengembaraan berziarah yang jauh, persembahan-per-sembahan, pemanggilan Anak Dara atau orang-orang kudus memberikan rahmat kasih karunia Allah kepadamu? ... Apakah manfaatnya kata-kata yang banyak yang kita tuangkan dalam doa-doa kita? Kemanjuran apakah yang dimiliki oleh mantel pendeta yang mengkilap, topi runcing, jubah yang panjang atau sandal yang bersulam emas?... Allah melihat hati, tetapi hati kita jauh dari pada-Nya.” “Kristus,” katanya, “yang sekali telah dikorbankan di kayu salib, adalah persembahan dan korban, yang telah menyelesaikan dosa-dosa orang percaya sampai zaman kekalan.”—Ibid, b. 8, psl. 5. KA 182.2
Pengajaran ini tidak diterima oleh banyak pendengar. Adalah suatu yang mengecewakan kepada mereka mengatakan bahwa perjalanan mereka yang dengan susah payah itu adalah kesia-siaan. Mereka tidak dapat memahami pengampunan yang diberikan dengan cuma-cuma kepada mereka melalui Kristus. Mereka telah puas mencari surga dengan cara lama yang telah ditentukan oleh Roma bagi mereka. Mereka menjauhkan diri dari kebi-ngungan menyelidiki sesuatu yang lebih baik. Adalah lebih mudah mempercayakan keselamatan kepada imam-imam dan kepada paus dari-pada mencari kesucian hati. KA 182.3
Tetapi kelompok lain menerima dengan gembira berita penebusan melalui Kristus. Upacara-upacara yang diperintahkan oleh Roma telah gagal memberikan kedamaian jiwa, dan dengan iman mereka menerima darah Juruselamat sebagai perdamaian mereka. Orang-orang ini kembali ke kam-pung halamannya dan menyatakan kepada orang-orang lain terang berharga yang mereka telah terima. Dengan demikian terang kebenaran itu telah dibawa dari satu desa ke desa lain, dan dari satu kota ke kota lain. Orangorang musafir peziarah ke tempat pemujaan Anak Dara berkurang dengan drastis. Dampaknya terjadi penurunan uang persembahan, dan sebagai akibatnya berkurang gaji Zwingli yang diperoleh dari persembahan itu. Akan tetapi ia bersukacita karena melihat bahwa kuasa kefanatikan dan ke-takhyulan sedang hancur. KA 183.1
Para penguasa gereja tidak buta terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Zwingli, tetapi untuk sementara mereka bersabar untuk tidak mengganggunya. Mereka masih mengharapkan Zwingli untuk kepentingan mereka, sehingga mereka berusaha memenangkannya dengan bujukan dan pujianpujian. Dan sementara itu kebenaran telah memasuki hati orang-orang. KA 183.2
Pekerjaan Zwingli di Einsiedeln telah mempersiapkannya untuk suatu ladang yang lebih luas yang segera akan ia masuki. Setelah tiga tahun di sini, ia telah dipanggil untuk menduduki jabatan pengkhotbah di katedral di Zurich. Zurich kemudian menjadi kota terpenting di konferderasi Swiss, dan pengaruh yang dikembangkan di sini akan dirasakan secara luas. Para rohaniwan, yang mengundangnya datang ke Zurich, sebenarnya ingin mencegah sebarang pembaruan; dan oleh sebab itu mereka mulai menginstruksikan kepadanya apa-apa yang menjadi tugasnya. KA 183.3
“Engkau harus mengerahkan seluruh tenaga,” kata mereka, “untuk me-ngumpulkan pendapatan dari semua kelompok tanpa mengabaikan yang paling kecil. Engkau harus mendorong mereka yang setia, baik dari mimbar maupun dalam pengakuan dosa, untuk membayar semua persepuluhan dan iuran, dan menunjukkan kasih sayang mereka kepada gereja oleh per-sembahan mereka. Engkau harus rajin meningkatkan pendapatan dari orangorang sakit, dari upacara misa dan pada umumnya dari setiap peraturan yang bersangkutan dengan gereja dan para ulama.” “Mengenai pelaksana-an sakramen, berkhotbah dan penggembalaan umat,” para intrukturnya menambahkan, “ini juga adalah tugas pendeta. Tetapi untuk ini engkau boleh mempekerjakan seorang pengganti, terutama dalam berkhotbah. Engkau melaksanakan sakramen hanya kepada orang-orang terkenal, itu pun kalau mereka memanggil. Engkau dilarang melaksanakannya tanpa membedakan orang-orang.”—D', Aubigne, b. 8, psl. 6. KA 183.4
Zwingli mendengar tugas-tugas ini dengan diam. Dan dalam jawabannya setelah mengucapkan rasa syukurnya atas panggilannya kepada pos penting ini, ia mulai menerangkan rencana yang ia usulkan untuk dijalankan. “Hidup Kristus telah terlalu lama disembunyikan dari umat manusia,” katanya. “Saya akan mengkhotbahkan seluruh Injil Matius,... yang seluruhnya diambil dari mata air Alkitab, mengukur kedalamannya, membandingkan satu alinea dengan alinea lainnya, dan berusaha memahaminya oleh doa yang sungguh-sungguh dan terus menerus. Saya akan mengabdikan pelayanan saya kepada kemuliaan Allah, kepada puji-pujian kepada Anak-Nya Yang Tunggal, kepada keselamatan j i wa-j i wa yang sesungguhnya, dan kepada pembangunan mereka dalam iman yang benar “—Ibid. Walaupun sebagian dari para ulama itu tidak menyetujui rencana ini, dan berusaha mencegahnya untuk dilakukan, Zwingli tetap pada pendiriannya. Ia me-ngatakan bahwa ia tidak memperkenalkan metode baru, tetapi metode lama yang digunakan oleh gereja pada zaman yang lebih dahulu dan yang lebih mumi. KA 184.1
Suatu minat telah timbul pada kebenaran yang, diajarkannya. Orangorang sangat banyak berkumpul mendengarkan khotbahnya. Banyak di antara para pendengar mereka yang sudah lama tidak menghadiri upacara perbaktian. Ia memulai pelayanannya dan membuka Injil, dan membaca-nya dan menerangkannya kepada para pendengarnya berita kehidupan itu, pengajaran dan kematian Kristus. Di sini, sebagaimana juga di Einsiedeln, ia menyampaikan firman Allah sebagai satu-satunya kuasa mutlak, dan kematian Kristus sebagai satu-satunya korban yang sempurna. Ia berkata, “Saya ingin menuntun kamu sekalian kepada Kristus—kepada Kristus, sumber keselamatan yang benar.”—Ibid. Di sekeliling pengkhotbah itu ber-kerumun orang-orang dari segala lapisan—para negarawan dan cende- kiawan, para pekerja dan petani. Mereka mendengarkan kata-kata Zwingli dengan perhatian yang mendalam. Ia bukan saja mengumumkan untuk memberikan keselamatan dengan cuma-cuma, tetapi tanpa gentar mencela kejahatan dan kebejatan pada zaman itu. Banyak yang pulang dari katedral memuji Tuhan. “Orang ini,” kata mereka, “adalah pengkhotbah kebenaran. Ia adalah Musa kita, yang memimpin kita keluar dari kegelapan Mesir ini.”—Ibid. KA 184.2
Akan tetapi walaupun pada mulanya pekerjaannya telah diterima dengan semangat yang tinggi, perlawanan timbul setelah beberapa lama waktunya. Para biarawan menghalang-halangi usahanya dan mencela ajaranajarannya. Banyak yang menyerangnya dengan ejekan dan cemoohan; yang lain bertindak kurang ajar dan mengancam. Tetapi Zwingli menanggung semuanya dengan sabar, dan berkata, “Jikalau kita ingin memenangkan orang jahat kepada Kristus, kita harus menutup mata kita terhadap banyak hal.”—Ibid. KA 185.1
Kira-kira pada waktu ini seorang anggota baru tampil untuk memajukan pekerjaan pembaruan. Seorang anggota ordo Lucian telah dikirim ke Zurich dengan membawa tulisan-tulisan Luther oleh seorang sahabat di Basel, yang imannya telah dibaruai. Ia menyarankan bahwa penjualan bukubuku ini mungkin akan menjadi satu alat ampuh untuk menyebarkan terang kebenaran itu. “Pastikan,” ia menulis kepada Zwingli, “apakah orang ini cukup bijaksana dan trampil; jika demikian, biarkanlah ia menjual dari kota ke kota, dari desa ke desa dan bahkan dari rumah ke rumah orangorang Swiss, karya-karya Luther, terutama pembahasannya tentang “Doa Tuhan Yesus,” yang ditulis untuk orang awam. Semakin banyak yang mengetahui, semakin banyak pembeli yang ditemukan.”—Ibid. Demikianlah terang kebenaran memperoleh jalan masuk. Pada waktu Allah bersiap-siap mematahkan belenggu kebodohan dan ketakhyulan, maka pada waktu itu Setan bekerja keras untuk menyelubungi manusia di dalam kegelapan dan belenggunya lebih kuat lagi. Ketika manusia bangkit di berbagai negeri untuk menyatakan kepada orang-orang peng-ampunan dan pembenaran melalui darah Kristus, Roma tampil dengan ke-kuatan yang diperbarui untuk menawarkan surat pengampunan dosa dengan uang kepada seluruh umat Kristen. KA 185.2
Setiap jenis dosa mempunyai tarif masing-masing, dan kepada orangorang diberikan surat izin untuk melakukan kejahatan, asal peti perbenda-haraan gereja diisi penuh. Demikianlah kedua gerakan itu bersaing maju: —yang satu memberi pengampunan melalui uang, yang satu lagi pengam-punan melalui darah Kristus. Roma memberi lisensi untuk berbuat dosa, dan membuatnya sumber pendapatannya, dan para Pembaru mencela dosa, dan menunjuk kepada Kristus sebagai pendamai dan penyelamat. KA 186.1
Di Jerman, penjualan surat pengampunan dosa telah diserahkan kepada para biarawan ordo Dominika, dan telah dilaksanakan oleh Tetzel yang keji itu. Di Swiss pengedarannya diserahkan kepada para biarawan ordo Fransiskus, di bawah pengawasan Samson, seorang biarawan bangsa Italia. Samson telah melakukan pelayanan yang baik kepada gereja, dengan mengumpulkan sejumlah besar uang dari Jerman dan Swiss untuk mengisi perbendaharaan kepausan. Sekarang ia menjelajahi seluruh Swiss menarik perhatian banyak orang, merampas petani-petani miskin yang hanya berpenghasilan sedikit, dan mengeruk pemberian-pemberian mewah dari orangorang kaya. Tetapi pengaruh Pembaruan telah terasa dapat mengurangi penjualan surat pengampunan dosa walaupun tidak dapat menghentikannya. Zwingli masih berada di Einsiedeln pada waktu Samson tiba dengan dagangannya di kota yang berdekatan, segera setelah ia memasuki Swiss. Menyadari akan misinya, Pembaru itu segera berusaha menentangnya. Keduanya tidak bertemu, tetapi Zwingli berhasil membuka kedok biarawan angkuh itu sehingga ia terpaksa meninggalkan tempat itu pergi ke daerah lain. KA 186.2
Di Zurich, Zwingli berkhotbah dengan bersemangat menentang perda-gangan surat pengampunan dosa. Dan pada waktu Samson mendekati tempat itu, ia telah dijumpai oleh seorang utusan konsili, dengan suatu pemberitahuan bahwa ia harus segera meninggalkah tempat itu. Ia akhimya dapat masuk dengan siasat licik, tetapi ia meninggalkan tempat itu tanpa menjual satu pun surat pengampunan dosa. Segera sesudah itu ia meninggalkan Swiss. KA 186.3
Gerakan pembaruan mendapat dorongan kuat dengan terjadinya wabah atau yang disebut “kematian hebat” yang melanda Swiss pada tahun 1519. Sementara manusia berhadapan muka dengan muka dengan pembinasa, banyak yang merasa betapa sia-sianya dan tidak bergunanya surat pengam-punan dosa yang baru saja mereka beli. Mereka merindukan landasan iman yang lebih pasti. Zwingli di Zurich diserang penyakit. Ia menderita begitu parah sehingga tidak ada harapan untuk sembuh. Bahkan laporan yang tersebar luas mengatakan bahwa ia telah meninggal. Pada saat yang kritis itu, pengharapan dan keberaniannya tetap tidak goyah. Ia memandang dalam iman kepada salib di bukit Golgota, dan mempercayai pendamaian yang sempuma bagi dosa. Setelah ia terlepas dari bahaya maut itu, ia mengkhot-bahkan Injil dengan semangat yang lebih berapi-api dari sebelumnya. Katakatanya mengandung kuasa yang luar biasa. Orang-orang menyambut de-ngan sukacita, pendetanya yang kembali dari tepi liang kubur kepada mereka. Mereka sendiri baru kembali dari menolong orang sakit dan yang hampir mati. Mereka merasakan manfaat Injil seperti yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. KA 186.4
Zwingli telah sampai kepada pengertian kebenaran yang lebih jelas, dan telah mengalami lebih sempuma kuasa memperbarui kebenaran itu. Kejatuhan manusia dan rencana penebusan adalah pokok-pokok penting yang dia pikirkan. “Di dalam Adam,” katanya, “kita semua mati, tenggelam dalam kebejatan dan kutuk.”—Wylie, b. 8, psl. 9. “Kristus, ...telah membeli penebusan kekal bagi kita —Penderitaan-Nya adalah... pengorbanan kekal, dan yang selamanya dapat menyembuhkan. Pengorbanan itu memenuhi keadilan Ilahi selama-lamanya demi kepentingan semua yang bergantung kepada-Nya, dengan iman yang teguh dan tidak goyah.” Namun demikian ia dengan jelas mengajarkan bahwa manusia, karena kemurahan Kristus, tidak bebas untuk terus berbuat dosa. “Di mana saja ada iman kepada Allah, disitu Allah ada. Dan di mana saja Allah tinggal, di situ ada semangat yang mendorong dan mendesak manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik.”—D’Aubigne, b. 8, psl. 9. KA 187.1
Begitu luas perhatian terhadap khotbah Zwingli sehingga katedral me-limpah dipenuhi orang banyak yang datang untuk mendengarkannya. Sedikit demi sedikit, semampu mereka mendengar, ia membukakan kebenaran itu kepada para pendengar. Ia berhati-hati, pada mulanya, untuk tidak memperkenalkan pokok-pokok ajaran yang dapat mengejutkan dan me-nimbulkan prasangka. Pekerjaannya ialah memenangkan hati mereka ke- pada ajaran-ajaran Kristus, dan untuk melembutkan hati itu dengan kasihNya, serta menunjukkan teladan-Nya di hadapan mereka. Dan sementara mereka menerima prinsip-prinsip Injil, praktik-praktik dan kepercayaan ketakhyulan mereka akan dibuang. KA 187.2
Selangkah demi selangkah Pembaruan itu maju di Zurich. Dalam ke-takutan musuh-musuh pembaruan bangkit menentang dengan gigih. Setahun sebelumnya, biarawan Wittenberg telah mengatakan ‘Tidak” kepada paus dan kaisar di Worms, dan sekarang ada tanda-tanda bahwa perlawanan yang sama terhadap tuntutan kepausan akan terjadi di Zurich. Berulangulang Zwingli mendapat serangan. Di daerah-daerah kepausan, dari waktu ke waktu murid-murid Injil dibawa ke tiang gantungan. Tetapi ini belum cukup. Guru bidat itu sendiri harus dibungkam. Oleh sebab itu uskup dari Constance mengutus tiga orang deputi ke Konsili Zurich, menuduh Zwingli mengajar orang-orang untuk melanggar hukum-hukum gereja, dengan demikian membahayakan perdamaian dan ketertiban masyarakat. la mengatakan, jikalau wewenang gereja dikesampingkan, akibatnya akan timbul anarki dimana-mana. Zwingli menjawab bahwa ia telah empat tahun mengajarkan Injil di Zurich, “yang telah lebih tenang dan lebih damai dari kotakota lain di konfederasi ini ” “Bukankah,” katanya, “Kekristenan adalah pengawal keamanan umum?”—Wylie, b. 8, psl. 11. KA 188.1
Para utusan itu menasihatkan para anggota konsili untuk tetap bertahan di dalam gereja, karena di luar itu, seperti yang mereka nyatakan, tidak ada keselamatan. Zwingli menanggapi, “Jangan biarkan tuduhan ini menggoncangkan kamu. Dasar gereja adalah Batu yang sama, Kristus yang sama, yang memberikan nama kepada Petrus oleh karena ia mengakui-Nya dengan jujur. Dari segenap bangsa, barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hati akan diterima oleh Allah. Inilah sebenarnya gereja itu, yang di luar ini tak seorang pun dapat selamat.”—D ‘Aubigne, b. 8, psl. 11. Sebagai hasil dari pertemuan itu, salah seorang deputi uskup menerima iman yang dibarui itu. KA 188.2
Konsili menolak mengambil tindakan terhadap Zwingli. Oleh sebab itu Roma bersiap-siap mengadakan serangan baru. Setelah mengetahui rencana jahat musuh-musuhnya, Pembaru itu berseru, “Biarlah mereka datang; saya takut kepada mereka sebagai sebuah gunung batu menghadapi pukul- an ombak di kakinya.”—Wylie, b. 8, psl. 11. Usaha para pemuka agama, yang tadinya dimaksudkan untuk menggulingkan pembaruan, justru memajukan reformasi itu sendiri. Kebenaran itu terus tersebar. Di Jerman, para pengikut pembaharuan yang putus asa oleh karena menghilangnya Luther, kembali bersemangat ketika mereka melihat kemajuan Injil di Swiss. KA 188.3
Pada waktu Pembaruan menjadi kuat di Zurich, buah-buahnya nampak lebih jelas dengan menurunnya angka kejahatan, meningkatnya ketertiban dan keharmonisan. “Kedamaian mendiami kota kita,” tulis Zwingli, “tidak ada pertengkaran, tidak ada kemunafikan, tidak ada kecemburuan, tidak ada perselisihan. Dari mana datangnya persatuan seperti itu kalau bukan dari Tuhan dan dari ajaran kita, yang memenuhi kita dengan buah-buah perdamaian dan kesalehan?”— Wylie, b.8, psl. 15. KA 189.1
Kemenangan-kemenangan yang diperoleh Pembaruan menggerakkan para pengikut Romanisme untuk lebih meningkatkan upayanya yang akan meruntuhkan Pembaruan itu. Memperhatikan betapa sedikit yang dihasilkan penganiayaan dalam menekan pekerjaan Luther di Jerman, maka mereka memutuskan untuk menghadapi Pembarauan itu dengan senjatanya sendiri. Mereka akan mengadakan perdebatan dengan Zwingli, dan mengatur segala sesuatu yang perlu untuk itu. Mereka mengatur sedemikian rupa untuk memastikan kemenangan oleh menentukan sendiri tempat perdebatan dan para hakim yang harus memutuskan siapa pemenang dari para pedebat. Dan jikalau seandainya mereka bisa sekali memasukkan Zwingli ke dalam kekuasaan mereka, mereka tidak akan melepaskannya lagi. Pemimpin itu akan diam dan pergerakan itu pun akan dapat ditumpas dengan cepat. Rencana ini dengan cermat dirahasiakan. KA 189.2
Perdebatan itu ditentukan akan dilaksanakan di Baden. Tetapi Zwingli tidak hadir. Konsili Zurich mencurigai rencana pengikut kepausan itu dan diamarkan oleh tumpukan kayu yang telah disulut di wilayah kepausan bagi pengaku Injil. Lalu konsili melarang pendeta mereka untuk menampakkan diri kepada bahaya itu. Di Zurich ia telah siap sedia untuk bertemu dengan semua pendukung Roma yang mungkin dikirim. Tetapi untuk pergi ke Baden, di mana darah para syuhada baru saja dicurahkan demi kebenaran, adalah seperti pergi kepada suatu kematian tertentu. Oecolampadius dan Haller telah dipilih untuk mewakili para Pembaru, sementara Dr. Eck yang terkenal, didukung oleh sekelompok para doktor dan pejabat tinggi gereja, mewakili pihak Roma. KA 189.3
Meskipun Zwingli tidak hadir pada pertemuan itu, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Semua sekretaris dipilih oleh pengikut kepausan, dan orang. orang lain diancam akan disiksa atau dihukum kalau berani membuat catatan. Meskipun begitu, Zwingli setiap hari menerima laporan yang jujur mengenai apa yang dikatakan di Baden. Seorang mahasiswa yang menghdiri perdebatan itu membuat catatan setiap malam mengenai argumentasi yang jiadakan pada hari itu. Catatan-catatan ini, bersama surat harian Oecolampadius diserahakan kepada dua orang mahasiswa lain untuk disampaikan kepada Zwingli di Zurich. Pembaru itu memberi jawaban, nasihat dan usulan-usulan. Surat-suratnya ditulis pada malam hari, dan surat itu dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembli ke Baden pada pagi harinya. Untuk mengelabui ketatnya penjagaan di pintu gerbang kota, jurukabarjurukabar ini membawa keranjang berisi ayam di atas kepala mereka, dan dengan demikian mereka diizinkan lewat tanpa rintangan. KA 190.1
Demikianlah Zwingle mempertahankan perlawanan terhadap lawanlawannya yang licik. “Ia telah bekerja lebih keras,” kata Myconius, “dengan bermeditasi, tidak tidur pada malam hari, menuliskan nasihat yang diteruskan ke Baden, dibandingkan dengan mendiskusikannya sendiri di tengah-tengah musuh-musuhnya.”—D’ Aubigne, b. 11, psl. 13. KA 190.2
Para pengikut Romanisme, dengan mengharap akan menang, datang ke Baden dengan berpakaian yang mewah-mewah dan mahal-mahal, dengan permata yang berkilau-kilauan. Makanan mereka serba mewah, mejanya penuh dengan makanan yang mahal-mahal, dengan anggur pilihan. Beban utama mereka diperingan oleh kegembiraan dan pesta pora. Perbedaan yang nyata terlihat pada para Pembaru, yang tampak kepada orang-orang sedikit lebih baik daripada sekelompok pengemis, dengan makanan yang sangat sederhana membuat mereka tidak perlu lama-lama di meja makan. Kadangkadang Oecolampadius diamati oleh tuan tanahnya di dalam kamarnya. Ia didapati terus belajar atau berdoa, dan sangat heran, dilaporkan bahwa orang bidat paling sedikit “sangat saleh.” KA 190.3
Pada pertemuan itu, “Eck dengan angkuhnya naik ke mimbar yang telah dihiasi dengan indahnya, sementara Oecolampadius yang berpakaian sederhana, telah dipaksa duduk di atas bangku yang diukir dengan kasar, tepat di hadapan lawannya.”—Ibid. Suara Eck yang keras dan kepercayaan diri yang tak terbatas tidak pemah hilang. Semangatnya dirangsang oleh pengharapan akan mendapat upah emas dan kemasyhuran, karena pembela iman ini akan diberi upah yang besar. Bilamana argumentasi terbaik gagal, ia akan menghina dan bahkan bersumpah. KA 190.4
Oecolampadius, yang sederhana dan yang tidak mempercayai diri sendiri, telah merasa gentar dalam pertempuran itu, lalu ia memasuki pertarungan itu dengan satu pengakuan yang tenis terang, “Saya tidak mengakui standar penghakiman selain firman Allah.”—Ibid. Meskipun bertingkah laku lembut dan sopan, ia membuktikan dirinya sanggup dan tabah menghadapi serangan. Sementara penganut Romanisme, sesuai dengan kebiasaan mereka berpegang pada wewenang dan kebiasaan gereja, sedangkan Pembaru berpegang teguh pada Alkitab yang suci. “Kebiasaan,” katanya, “tidak mempunyai kekuatan di negeri kita Swiss, kecuali sesuai dengan undang-undang. Sekarang, dalam masalah iman, Alkitab itulah kitab undang-undang kita.”—Ibid. KA 191.1
Perbedaan antara kedua pedebat itu bukan tanpa efek. Pertimbangan Pembaru tenang dan jelas, yang disampaikan dengan lembut dan sederhana, menarik perhatian dan membalikkan kesombongan dan keributan Eck yang menjijikkan. KA 191.2
Perdebatan itu berlangsung selama delapan belas hari. Pada penutup-annya, para pengikut kepausan dengan yakin mengatakan mereka meraih kemenangan. Kebanyakan para utusan memihak kepada Roma, dan Mah-kamah mengumumkan kekalahan Pembaru, dan menyatakan agar mereka bersama pemimpin mereka, Zwingli, dipecat dari gereja. Tetapi hasil per-temuan itu menyatakan pihak mana yang beruntung. Perdebatan itu meng-hasilkan suatu dorongan kuat bagi pergerakan Protestan, dan tidak lama sesudah itu kota-kota penting Bern dan Basel menyatakan ikut Pembaruan. KA 191.3