Membina Pendidikan Sejati

13/55

Musa, Berkuasa Karena Iman

Musa lebih muda daripada Yusuf dan Daniel, ketika ia dipindahkan dari perawatan masa kanak-kanaknya di rumah; namun demikian tangan yang telah membentuk kehidupan mereka juga yang membentuk kehidupannya. Hanya dua belas tahun saja yang digunakannya dengan orangtua Ibraninya; tetapi selama tahun-tahun ini diletakkanlah landasan kebesarannya; landasan itu diletakkan oleh tangan yang tidak terkenal sama sekali. MPS 56.1

Yokhebed adalah seorang wanita dan seorang budak. Nasib hidupnya sederhana, bebannya berat. Tetapi bukan melalui wanita lain, kecuali Maria dari Nazaret, dunia telah menerima berkat yang besar. Mengetahui bahwa anaknya harus segera dilepaskan dari pengasuhannya, kepada pengawasan orang yang tidak mengenal Allah, semakin tekun ia berusaha menjalinkan jiwanya dengan surga. Ia berusaha menanamkan kasih dan kesetiaan Allah dalam hatinya. Dan usaha itu dilaksanakan dengan setia. Prinsip-prinsip kebenaran yang merupakan beban pengajaran ibunya dan pelajaran tentang kehidupan ibunya, tidak ada pengaruh sesudah itu yang dapat menyebabkan Musa mengingkarinya. MPS 56.2

Dari rumah yang sederhana di Gosyen anak laki-laki Yokhebed itu pindah ke istana Firaun, kepada puteri Mesir, disambut olehnya sebagai putera yang dikasihi dan disayangi. Di sekolah-sekolah Mesir, Musa menerima pendidikan tinggi baik sipil maupun militer. Dengan kepribadian yang sangat menarik, mulia dalam rupa dan bentuk, dengan otak cerdas dan berpembawaan pangeran, dan terkenal sebagai seorang pemimpin militer, ia menjadi kebanggaan bangsa itu. Raja Mesir juga merupakan anggota keimamatan; dan Musa, walau menolak untuk mengambil bagian dalam kebaktain kafir, diberitahu mengenai semua rahasia agama Mesir. Ketika ini Mesir masih merupakan bangsa yang paling berkuasa dan yang paling tinggi peradabannya, Musa, sebagai calon raja, adalah ahli waris untuk kedudukan tertinggi yang dunia ini dapat diberikan. Tetapi pilihannya lebih mulia. Demi kehormatan Allah dan kelepasan umat-Nya yang tertindas, Musa, mengorbankan kehormatan Mesir. Kemudian, dalam suatu makna yang khusus, Allah mengambil alih pendidikannya. MPS 56.3

Musa belum siap untuk pekerjaan hidupnya. Ia masih harus mempelajari pelajaran bergantung atas kuasa ilahi. Ia salah menduga maksud Allah. Pengharapannya ialah melepaskan Israel dengan kekuatan senjata. Untuk hal itu ia mempertaruhkan segala sesuatu, dan gagal. Dalam kekalahan dan kekecewaan ia menjadi seorang buronan dan orang buangan di negeri asing. MPS 57.1

Di padang-padang Midian, Musa menghabiskan waktu empat puluh tahun sebagai penjaga domba. Tampaknya sudah putus sama sekali dari tugas hidupnya, ia sedang menerima disiplin penting untuk menggenapi tugas itu. Hikmat untuk memerintah suatu bangsa yang bodoh dan tidak berdisiplin harus diperoleh dengan penguasaan diri. Dalam menggembalakan domba dan anak-anak domba yang lemah ia harus memperoleh pengalaman yang akan menjadikannya seorang gembala yang setia dan panjang sabar bagi bangsa Israel. Supaya ia dapat menjadi wakil Allah, ia harus belajar tentang Dia. MPS 57.2

Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir, kasih sayang ibu angkatnya, kedudukannya sendiri sebagai cucu sang raja, kemewahan dan kejahatan yang mengintai dalam sepuluh ribu bentuk, kehalusan, kecerdikan dan kepercayaan mistik agama yang palsu, berkesan pada pikiran dan tabiatnya. Dalam kesederhanaan yang keras di padang gurun ini semuanya lenyap. MPS 57.3

Di tengah-tengah keagungan khidmat pegunungan yang sunyi Musa sendirian dengan Allah. Di mana-mana tertulis nama Pencipta. Tampaknya Musa harus berdiri di hadapan hadirat-Nya, dan harus dibayangi oleh kuasa-Nya. Di sini kemampuan dirinya sendiri dikikis habis. Di hadirat Yang Mahakuasa ia menyadari betapa lemah, tak berdaya, dan berpandangan sempit, manusia itu. MPS 57.4

Di sini Musa memperoleh apa yang menyertainya sepanjang tahun-tahun kerja keras dan beban hidupnya—suatu pengertian akan kehadiran pribadi ilahi. Ia tidak hanya memandang dari zaman ke zaman sampai pada Kristus yang akan dinyatakan sebagai manusia; tetapi ia juga melihat Kristus menyertai bangsa Israel sepanjang perjalanan mereka. Ketika salah mengerti dan salah memberi gambaran, ketika dipanggil untuk menegur dan mencela, ketika menghadapi bahaya dan kematian, ia dapat “...bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan” (Ibrani 11:27). MPS 57.5

Musa tidak hanya memikirkan tentang Allah, ia melihat Dia. Allah merupakan khayal yang tetap di hadapannya. Ia tidak pernah kehilangan tatapan terhadap wajah-Nya. MPS 58.1

Bagi Musa iman bukanlah pekerjaan menebak; iman adalah suatu realitas. Ia percaya bahwa Allah memerintah hidupnya secara khusus dan dalam semua selukbeluknya ia mengakui Dia. Untuk kekuatan menahan setiap pencobaan ia percaya pada-Nya. MPS 58.2

Pekerjaan besar yang ditugaskan padanya, ia ingin laksanakan dengan hasil yang setingi-tingginya, dan ia bergantung seluruhnya atas kuasa ilahi. Ia merasakan keperluan pertolongannya, memintanya, dengan iman menggenggamnya, dan dengan jaminan kekuatan yang menopangnya ia maju terus. MPS 58.3

Demikianlah pengalaman yang diperoleh Musa selama empat puluh tahun pendidikan di padang gurun. Untuk memberikan pengalaman seperti itu, Pengetahuan Yang Mahakuasa tidak menghitung waktunya terlalu lama atau harganya terlampau mahal. MPS 58.4

Hasil pendidikan itu, pelajaran yang diajarkan di sana terjalin, bukan hanya dengan sejarah Israel, tetapi dengan semua yang sejak hari itu sampai kini menceritakan tentang perkembangan dunia. Kesaksian tertinggi terhadap kebesaran Musa, penilaian yang dikenakan terhadap kehidupannya oleh ilham, ialah, “Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel” (Ulangan 34:10). MPS 58.5