Kisah Para Rasul
Bab 47— Penahanan yang Terakhir
Pekerjaan Paulus di antara sidang-sidang sesudah ia dibebaskan di Roma, tidak dapat luput dari pengamatan musuh-musuhnya. Sejak permulaan penganiayaan Nero, orang-orang Kristen di mana-mana telah diasingkan sebagai sekte. Sesudah suatu waktu orang-orang Yahudi yang tidak percaya memperoleh buah pikiran untuk melemparkan tuduhan ke atas Paulus kejahatan menghasut pembakaran Roma. Tidak seorang dari mereka memikirkan untuk sesaat bahwa ia bersalah; tetapi mereka me-ngetahui bahwa tuduhan seperti itu, yang diadakan dengan menunjukkan bahwa hal itu masuk di akal, akan memperkuat nasibnya. Oleh usaha mereka, Paulus sudah ditahan sekali lagi, dan dibawa segera ke pen-jaranya yang terakhir. KR 413.1
Pada perjalanannya yang kedua ke Roma, Paulus ditemani oleh beberapa sahabatnya yang dulu; yang lain dengan sungguh-sungguh mengingini mengambil bagian dari nasibnya, tetapi ia enggan mengizinkan mereka sebab dengan demikian membahayakan hidup mereka. Pengharapan di hadapannya jauh kurang menguntungkan dari pada waktu pemenjaraannya yang pertama. Penganiayaan di bawah Nero telah mengurangi sebagian besar orang-orang Kristen di Roma. Beribu-ribu telah mati syahid karena iman mereka, banyak yang meninggalkan kota, dan mereka yang tinggal telah ditekan dan ditakut-takuti dengan amat sangat. KR 413.2
Sesudah ia tiba di Roma, Paulus ditempatkan di kamar yang gelap, dan tinggal sampai perjalanannya yang terakhir harus diselesaikan. Dituduh menghasut salah satu daripada kejahatan yang paling rendah dan mengerikan terhadap kota itu dan bangsa, ia adalah sasaran tuduhan yang buruk sekali secara umum. KR 413.3
Beberapa sahabat yang telah menanggung beban rasul itu, sekarang meninggalkan dia, sebagian oleh pengkhianatan, dan yang lain melakukan tugas kepada sidang-sidang yang berbeda-beda. Figelus dan Hermogenes adalah yang mula-mula pergi. Kemudian Demas, tawar hati oleh menebalnya awan kesulitan dan bahaya, meninggalkan rasul yang teraniaya. Kreskes dikirim oleh Paulus kepada sidang Galatia, Titus ke Dalmatia, Tikhikus ke Efesus. Menulis kepada Timotius mengenai pengalaman ini, Paulus berkata, “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.” 2 Timotius 4:11. Tidak pernah rasul itu memerlukan pelayanan saudara-saudaranya seperti sekarang, lemah karena usia, kerja keras, dan kelemahan, dan dikurung dalam kamar yang lembap dan gelap dari sebuah penjara Roma. Pelayanan Lukas, murid yang kekasih dan sahabat yang setia, adalah suatu penghiburan yang besar kepada Paulus dan menyanggupkan dia untuk berhubungan dengan saudara-saudaranya dan dengan dunia luar. KR 414.1
Dalam masa yang sukar ini hati Paulus digembirakan oleh kunjungan yang sering-sering dari Onesiforus. Orang Efesus yang berhati ramah ini melakukan segala sesuatu dalam kuasanya untuk meringankan beban pe-menjaraan Paulus ini. Guru yang kekasih ini terikat untuk kebenaran, sementara ia sendiri bebas, dan tidak berhenti berusaha untuk menjadikan beban Paulus lebih ringan. KR 414.2
Dalam surat terakhir yang pernah ditulis oleh rasul itu, ia berbicara demikian tentang muridnya yang kekasih: “Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada harinya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahui daripadaku.” 2 Timotius 1:16-18. KR 414.3
Keinginan untuk kasih dan simpati ditanamkan dalam hati oleh Allah Sendiri. Kristus, dalam jam penderitaan-Nya di Getsemani, merindukan simpati dari murid-murid-Nya. Dan Paulus, meskipun tampaknya tidak peduli akan kesukaran dan penderitaan, merindukan simpati dan persa-habatan. Kunjungan Onesiforus, membuktikan kesetiaannya pada waktu kesepian dan ditinggalkan, membawa kesukaan dan kegembiraan kepada seorang yang telah menggunakan kehidupannya untuk melayani orang- KR 414.4