Kerinduan Segala Zaman — 1
36 — JAMAHAN IMAN
SEKEMBALINYA dari Gerasa menuju pantai bagian barat, Yesus telah mendapati kumpulan orang banyak yang sudah sedia menerima Dia, dan mereka menyambut kedatangan-Nya dengan amat gembira. Beberapa lamanya Ia berada di tepi pantai, mengajar dan menyembuhkan, dan kemudian pergi menuju ke rumah Matius Lewi untuk mengunjungi pemungut cukai dalam pesta. Di sinilah Yairus, kepala rumah ibadah itu, bertemu dengan Dia. KSZ1 369.1
Pemimpin orang Yahudi ini datang kepada Yesus di dalam kesulitan yang besar, lalu sujud di kaki-Nya, serta katanya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” KSZ1 369.2
Dengan segera Yesus menuju ke rumah pemimpin itu. Walaupun murid-murid itu telah melihat begitu banyak pekerjaan-Nya yang men-datangkan kebajikan, mereka merasa heran atas penerimaan-Nya atas permohonan guru yang sombong itu; namun demikian mereka mengikuti Guru Besar mereka, dan begitu pula orang banyak mengikuti-Nya dengan semangat penuh harapan. KSZ1 369.3
Rumah penghulu itu tidak begitu jauh, tetapi Yesus dan rombongan bergerak dengan perlahan-lahan, karena orang banyakberdesak-desak mengelilingi Dia. Ayah ini sangat cemas akan kelambatan itu; tetapi Yesus yang merasa kasihan melihat orang banyak, berhenti sebentar untul menyembuhkan orang yang sakit, atau menghibur orang yang berduka. KSZ1 369.4
Sementara mereka masih dalam perjalanan, seorang pesuruh datang dengan tergesa-gesa menerobos orang banyak, membawa berita kepada Yairus bahwa anaknya sudah mati, dan tiada gunanya lagi untuk menyusahkan Guru Besar itu lebih lanjut. Perkataan itu sampai ke telinga Yesus. “Jangan takut,” kata-Nya, “Percaya saja, dan anakmu akan selamat.” KSZ1 370.1
Yairus lebih mendekatkan dirinya kepada Juruselamat, dan segera mereka bersama-sama menuju rumah penghulu itu. Peratap sewaan dan tukang tiup seruling ada di sana, memenuhi udara dengan tangis mereka. Kehadiran orang banyak dan kesedihan mereka itu membuat perasaan Yesus kurang enak. Ia mencoba mendiamkan mereka dengan berkata; “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Mereka marah atas perkataan Orang Asing itu. Mereka telah melihat anak itu sudah mati, dan mereka tertawa mengejek Dia. Mereka semuanya disuruh keluar dari rumah, Yesus memanggil bapa dan ibu anak itu bersama dengan Dia, disertai tiga murid-Nya, Petrus, Yakobus, dan Yo-, hanes, dan bersama-sama mereka memasuki kamar orang mati itu. KSZ1 370.2
Yesus menghampiri tempat tidur itu, dan seraya mengangkat tangan anak itu, Ia mengucapkan dengan perlahan-lahan di dalam bahasa yang biasa digunakan dalam rumah itu: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” KSZ1 370.3
Pada saat itu juga satu getaran mengaliri tubuh yang kaku itu. Nadi berdenyut kembali. Bibir terbuka dengan senyuman. Mata terbuka lebar seolah-olah baru bangun tidur, dan anak perempuan itu menoleh dengan herannya atas orang banyak yang mengelilinginya. Ia bangkit, dan orang. tuanya memeluk dia di tangannya, lalu menangis karena sukacita. KSZ1 370.4
Dalam perjalanan menuju rumah penghulu itu. Yesus telah menemu-kan di antara orang banyak itu, seorang perempuan malang karena telah dua belas tahun lamanya ia menderita penyakit yang membuat hidupnya suatu beban. Ia telah menggunakan segala miliknya untuk tabib dan obatobatan, namun hanya mendapat perkataan bahwa penyakitnya tidak dapat diobati. Tetapi pengharapannya timbul lagi bila ia mendengar kesem-buhan yang telah diadakan oleh Kristus. Ia merasa pasti bahwa jikalau ia dapat pergi kepada-Nya ia akan sembuh. Di dalam tubuh yang lemah dan susah payah ia datang ke tepi pantai di mana Yesus sedang mengajar, dan mencoba menerobos melalui orang banyak, tetapi sia-sia adanya. Sekali lagi ia mengikuti Yesus dari rumah Matius Lewi, namun demikian belum juga sampai kepada-Nya. Ia mulai putus asa, dan waktu Yesus berjalan melalui orang banyak itu, Yesus datang dekat kepadanya. KSZ1 370.5
Kesempatan yang indah telah datang. Ia berada di hadapan Tabib Be-sar itu! Tetapi di tengah-tengah hiruk pikuk orang banyak itu ia tidak da-pat berbicara kepada-Nya, sekalipun hanya memandang wajah-Nya. Ka-rena takut kehilangan satu-satunya kesempatan untuk memperoleh ke-sembuhan, ia desak ke depan, sambil berkata kepada diri sendiri: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Sementara Yesus berlalu, perempuan itu maju ke depan, dan dapat menjamah pinggir jubah-Nya. Sekejap itu juga ia merasa sembuh. Di dalam satu jamahan itu seluruh iman hidupnya dipusatkan, dan pada waktu itu penyakit dan tubuhnya yang lemah dipulihkan dan diganti dengan kekuatan dan kesehatan tubuhnya. KSZ1 371.1
Dengan berterima kasih dalam hati ia mencoba mengundurkan diri dari antara orang banyak; tetapi tiba-tiba Yesus berhenti, dan orang banyak pun berhenti dengan Dia. Ia berbalik, dan memandang sekeliling serta bertanya dengan suara yang nyaring sekalipun di dalam keributan orang banyak dapat didengar: “Siapa yang menjamah Aku?” Orang banyak menjawab pertanyaan yang aneh itu dengan roman muka yang keheranan. Dikerumuni dari segala penjuru, didesak ke sana ke mari, kelihatannya merupakan satu pertanyaan yang aneh sekali. KSZ1 371.2
Petrus yang selalu siap sedia berbicara, berkata: “Engkau melihat ba-gaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau ber-tanya: Siapa yang menjamah Aku?” Maka jawab Yesus “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku.” Juruselamat dapat membedakan jamahan iman dari sentuhan yang ke-betulan oleh orang banyak yang kurang peduli. Iman yang demikian ti-dak patut dilalukan tanpa komentar. Ia mau berbicara kepada perempuan itu perkataan penghiburan yang baginya menjadi mata air kesukaan, per-kataan yang dapat menjadi berkat kepada pengikut-pengikut-Nya hingga pada akhir zaman. KSZ1 371.3
Dengan menoleh kepada perempuan itu Yesus mendesak untuk mengetahui siapa yang menjamah Dia. Karena perempuan itu tak dapat menyembunyikan dirinya, datanglah ia dengan gemetar lalu sujud di kaki Yesus. Dengan air mata ia menceritakan kisah penderitaannya, dan ba-gaimana ia telah mendapat kesembuhan. Yesus berkata dengan lemah lembut: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” Ia tidak memberikan kesempatan untuk takhayul me-nyatakan penyembuhan hanya karena menjamah jubah-Nya saja. Bukan-lah melalui jamahan secara luar dengan Dia, tetapi melalui iman yang berpegang atas kuasa Keilahian-Nya, yang membawa kesembuhan itu. KSZ1 371.4
Orang banyak yang keheran-heranan dan berdesak-desakan di sekitar Kristus sadar bahwa tiada penambahan kuasa yang amat penting. Tetapi apabila perempuan yang menderita ini mengulurkan tangannya menjamah Dia, percaya bahwa ia akan sembuh, ia merasakan kuasa penyembuhan. Demikian juga dalam hal rohani. Berbicara mengenai agama dalam suatu cara kebetulan saja, berdoa tanpa jiwa yang haus dan iman yang hidup, tiada faedahnya. Suatu iman yang hanya nama saja di dalam Kristus, menerima Dia hanya sebagai Juruselamat dunia ini, tidak akan pernah membawa kesembuhan kepada jiwa. Iman yang membawa keselamatan bukan hanya sekadar pengetahuan intelek akan kebenaran, Orang yang menunggu akan pengetahuan yang sempurna sebelum ia mempraktikkan iman tidak dapat menerima berkat dari Allah. Tidaklah cukup hanya percaya akan Kristus; kita harus percaya di dalam Dia, Satu-satunya iman yang membawa faedah bagi kita ialah dengan menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi, yang memperuntukkan j asas jasa-Nya bagi kita. Banyak orang yang memegang iman sebagai suatu pendapat. Iman yang menyelamatkan ialah suatu perjanjian oleh mana orang-orang yang menerima Kristus menggabungkan diri mereka sendiri di dalam peijanjian yang berhubungan dengan Allah. Iman yang sejati ialah kehidupan. Iman yang hidup berarti menambah semangat, memper^ dalam kepercayaan, sehingga jiwa menjadi suatu kuasa yang dapat me. ngalahkan. KSZ1 372.1
Sesudah menyembuhkan perempuan itu, Yesus ingin agar ia meng-hargai berkat yang telah diterimanya. Pemberian yang dikaruniakan oleh Injil itu jangan hendaknya diperoleh dengan diam-diam atau dinikmati sembunyi-sembunyi. Demikianlah Allah memanggil kita untuk mengakui kebaikan-Nya. “Kamulah saksi-saksi-Ku, demikianlah firman Tuhan, dan Akulah Allah.” Yesaya 43: 12. KSZ1 372.2
Pengakuan kita akan kesetiaan-Nya adalah pilihan surga untuk me-nyatakan Kristus kepada dunia ini. Kita patut menghargai rahmat-Nya sebagaimana yang telah diberitahukan melalui nabi-nabi pada zaman dulu; tetapi yang lebih bermanfaat lagi adalah kesaksian pengalaman kita sendiri. Kita adalah saksi-saksi bagi Allah bila kita tunjukkan di dalam diri kita sendiri suatu kuasa pekerjaan Ilahi. Tiap-tiap individu mempunyai suatu kehidupan yang sangat berbeda dengan orang-orang lain, dan mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Allah ingin agar pujian kita dinaikkan kepada-Nya, ditandai oleh sifat perseorangan kita sendiri. Penghargaan yang berharga ini untuk memuji kemuliaan rahmat-Nya, bila didukung oleh sifat hidup serupa Kristus, mempunyai suatu kuasa yang amat menarik yang bekerja demi keselamatan jiwa-jiwa. KSZ1 373.1
Ketika kesepuluh orang berpenyakit kusta datang kepada Yesus meminta kesembuhan, Ia menganjurkan supaya mereka pergi dan mem-perlihatkan dirinya kepada imam. Dalam perjalanan mereka telah disem-buhkan, tetapi hanya satu di antara mereka yang kembali memuliakan Dia. Yang lain pulang ke jalan masing-masing, melupakan Dia yang telah menyembuhkan mereka. Berapa banyakkah yang berbuat perbuatan yang serupa itu. Tuhan bekerja terus menerus demi kebaikan umat ma-nusia. Ia selalu memberikan anugerah-Nya. Ia membangkitkan orang sakit dari tempat tidur, Ia melepaskan orang dari bahaya yang tidak me-reka lihat, Ia menyuruh malaikat-malaikat surga untuk menyelamatkan mereka dari malapetaka, menjaga mereka dari “penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang,” (Mzm. 91:6), tetapi hati mereka itu tidak merasakannya. Ia telah memberikan kekayaan surga untuk menebus mereka, tetapi mereka tidak mempedulikan kasih-Nya yang besar. Oleh rasa tidak hor-mat itu mereka telah menutup hatinya melawan kemurahan Allah. Ba-gaikan terik panas di gurun tandus mereka tidak mengetahui bilakah saat yang baik itu datang, dan jiwa mereka tinggal di tempat yang kering di padang belantara. KSZ1 373.2
Adalah menjadi keuntungan kita supaya tetap memelihara setiap ka-runia Allah yang segar di dalam ingatan kita. Demikianlah iman itu dikuatkan untuk menuntut dan menerima lebih banyak lagi. Adalah dorongan yang lebih besar bagi kita di dalam berkat yang terkecil sekali pun yang kita terima dari Allah, dan kemudian di dalam segala-galanya kita dapat membaca iman dan pengalaman orang-orang lain. Jiwa yang menyambut anugerah Allah akan merupakan sebuah kebun yang disirami. Kesehatannya akan memancar dengan segera, cahayanya akan menerangi kegelapan, dan kemulian Allah akan kelihatan atasnya. Marilah kita ingat selalu kasih Allah yang penuh kasihan, kemurahan-Nya yang tidak terbilang itu. Seperti orang Israel, marilah kita bangunkan batu dasar kesaksian kita, dan menuliskan di atasnya cerita yang indah akan apa yang telah diperbuat Allah bagi kita. Dan sementara kira mengulangulangi hal yang bersangkutan dengan Dia di dalam perjalanan kita ini, marilah kita, dengan segenap hati yang penuh syukur, berkata: “Bagai-mana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan, akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.” Mazmur 116:12-14. KSZ1 373.3