Sejarah Para Nabi Jilid 2
Eli dan Anak-Anaknya
Eli adalah imam dan hakim bangsa Israel. Ia memegang keduduk-an yang paling tinggi dan paling penting di antara umat Allah. Sebagai seorang yang dipilih oleh Ilahi untuk tugas-tugas keimamatan yang suci, dan ditetapkan di seluruh negeri itu sebagai pemerintah yang tertinggi, ia dianggap sebagai satu teladan, dan ia memberikan suatu pengaruh besar terhadap suku-suku bangsa Israel. Tetapi sekalipun ia telah ditetapkan untuk memerintah bangsa itu, ia tidak memerintah ru-mah tangganya sendiri. Eli adalah seorang ayah yang suka memanja-kan. Oleh karena menyukai damai dan hidup yang senang, ia tidak menjalankan wewenangnya untuk memperbaiki kebiasaan serta nafsu yang jahat anak-anaknya. Gantinya tegas dan menghukum mereka, ia menyerah kepada kemauan mereka, dan membiarkan mereka mengikuti jalan mereka sendiri. Gantinya memandang pendidikan anak-anaknya sebagai salah satu tanggung jawabnya yang paling penting, ia meng-anggap perkara itu sebagai sesuatu yang tidak berarti. Imam dan hakim Israel tidaklah dibiarkan dalam kegelapan sehubungan dengan tugas untuk mengendalikan serta memerintahkan anak-anak yang telah dipercayakan dalam pengawasannya. Tetapi Eli mengelak dari tugas ini, oleh sebab itu mencakup tindakan untuk melawan kemauan anak-anaknya, dan mengharuskan dia untuk menyangkal serta menghukum mereka. Tanpa menimbang akibat-akibat yang mengerikan yang akan mengikuti jalan hidupnya, ia membiarkan anak-anaknya di dalam perkara-perkara yang mereka kehendaki, dan melalaikan pekerjaan untuk melayakkan mereka bagi pekerjaan Allah dan tugas-tugas dalam hidup. SRNJ2 205.1
Allah telah berkata tentang Abraham, “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan.” Kejadian 18:19. Tetapi Eli membiarkan anak-anaknya mengendalikan dirinya. Kutuk pelanggaran terlihat di dalam kejahatan serta dosa yang menandai jalan hidup anak-anaknya itu. Mereka tidak mempunyai penghargaan yang sepatutnya terhadap tabiat Allah atau kesucian hukum-Nya. Bagi mereka pelayanan kepada Allah adalah perkara biasa. Sejak kecil mereka telah dibiasakan terhadap Bait Suci dan pekerjaannya; tetapi gantinya menjadi lebih bersikap hormat, mereka telah kehilangan segala kepekaan terhadap makna serta kesuciannya. Ayah mereka tidak memperbaiki kekurangan mereka dalam hal menghormati wewenangnya, tidak menegur sikap tidak hormat mereka terhadap upacara-upacara Bait Suci yang khidmat itu; dan pada waktu mereka menginjak masa dewasa, mereka telah dipenuhi oleh buahbuah pemberontakan dan sikap tidak percaya yang amat berbahaya. SRNJ2 206.1
Sekalipun sama sekali tidak layak untuk jabatan itu, mereka telah ditempatkan sebagai imam-imam di dalam Bait Suci untuk melayani Tuhan. Tuhan telah memberikan perintah yang paling khusus sehubungan dengan persembahan korban; tetapi orang-orang jahat ini membawa sikap tidak hormat mereka terhadap kekuasaan sampai kepada pelayanan akan Allah, dan tidak memberikan perhatian kepada undang-undang persembahan korban, yang harus dijalankan dengan cara yang paling khidmat. Korban-korban, yang menunjuk ke depan kepada kematian Kristus, dimaksudkan untuk memelihara dalam hati umat Tuhan iman pada Penebus yang akan datang; oleh sebab itu sangat pentinglah agar perintah Allah yang berkaitan dengan perkara-perkara tersebut diperhatikan dengan saksama. Korban pendamaian terutama sekali merupakan satu pernyataan rasa syukur kepada Allah. Di dalam korban-korban ini hanya lemak saja yang harus dibakar di atas mezbah; sebagian tertentu harus dipisahkan untuk imam-imam, tetapi bagian yang lebih besar harus dikembalikan kepada orang yang mempersembahkan, untuk dimakannya di dalam satu pesta korban. Dengan demikian semua orang harus ditunjukkan kepada Korban yang besar yang akan mengangkat dosa dunia ini. SRNJ2 206.2
Anak-anak Eli, gantinya menyadari khidmatnya upacara lambang ini, hanya memikirkan bagaimana mereka dapat menjadikan hal itu sebagai satu cara untuk memanjakan diri. Tidak puas dengan bagian dari korban pendamaian yang sudah ditentukan bagi mereka mereka menuntut satu bagian tambahan; dan sejumlah besar dari korban-korban yang dipersembahkan pada hari-hari raya tahunan telah memberikan kepada imam-imam itu kesempatan untuk memperkaya diri mereka atas biaya orang banyak. Mereka bukan saja menuntut lebih daripada hak mereka, tetapi juga menolak untuk menunggu sampai lemak itu sudah dibakar sebagai satu korban kepada Allah. Mereka memaksa untuk memperoleh apa saja yang menyenangkan hati mereka, dan jikalau tidak diberi, mereka mengancam akan mengambilnya dengan kekerasan. SRNJ2 207.1
Sikap tidak hormat para imam ini dengan segera telah meniadakan makna yang khidmat serta suci upacara itu, dan orang banyak “memandang rendah korban untuk TUHAN.” Wujud yang besar dari korban untuk mana mereka harus memandang ke depan, tidak lagi dikenal. “Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN.” SRNJ2 207.2
Para imam yang tidak setia ini juga melanggar hukum Allah dan menghinakan jabatan mereka yang suci oleh praktik-praktik mereka yang jahat dan keji itu; namun demikian mereka terus menodai Bait Suci lah dengan kehadiran mereka. Banyak dari antara orang banyak itu, dipenuhi oleh kemarahan atas tindakan yang jahat Hofni dan Pinehas, tidak mau datang lagi ke tempat perbaktian yang telah ditetapkan itu. Dengan demikian upacara yang telah ditetapkan Allah telah dihinakan dan diabaikan oleh sebab telah dihubung-hubungkan dengan dosa-dosa orang jahat itu, sementara mereka yang hatinya cenderung kepada kejahatan telah dikeraskan di dalam dosa. Sikap tidak beribadah, kekacauan, dan bahkan penyembahan berhala telah merajalela. SRNJ2 207.3
Eli telah berbuat kesalahan besar dalam membiarkan anak-anaknya melayani dalam jabatan yang suci itu. Oleh memaafkan tindakan mereka, dengan satu dan lain dalih, ia telah menjadi buta terhadap dosa-dosa mereka; tetapi akhimya mereka tiba pada suatu keadaan di mana ia tidak lagi dapat menyembunyikan pandangan dari segala kejahatan anakanaknya. Orang banyak bersungut atas perbuatan kejam mereka, dan imam besar itu merasa sedih dan susah hati. Ia tidak berani lagi tinggal diam. Tetapi anak-anaknya itu telah dibesarkan dalam satu pemikiran bahwa tidak ada orang lain kecuali diri mereka sendiri, dan sekaratig mereka tidak mau pedulikan siapa pun juga. Mereka melihat kesedihan hati ayah mereka, tetapi hati mereka yang keras itu tidak terjamah. Mereka mendengar nasihatnya yang lemah lembut itu, tetapi mereka tidak terkesan olehnya, mereka tidak mau mengubah jalan mereka yang jahat sekalipun telah diamarkan tentang akibat-akibat dosa mereka itu. Kalau saja Eli memperlakukan anak-anaknya yang jahat itu dengan adil, mereka pasti sudah ditolak dari jabatan mereka sebagai imam-imam, dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Oleh karena takut dipermalukan di hadapan umum serta hukuman akan dijatuhkan kepada mereka, ia tetap mempertahankan mereka di dalam kedudukan yang paling khidmat itu. la masih membiarkan mereka untuk mencampurbaurkan kejahatan mereka dengan pekerjaan Allah yang suci, dan mendatangkan beneana kepada pekerjaan kebenaran itu, yang selama bertahun-tahun tidak dapat dihapuskan. Tetapi bilamana hakim Isreal itu melalai kan pekerjaan-Nya, Allah mengambil alihperkara itu. SRNJ2 208.1
“Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: Beginilah Firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diriKu kepada nenek movangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapanKu; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih daripada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? Sebab itu—demikianlah Firman TUHAN, Allah Israel—sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang demikianlah Firman TUHAN—: Jauhlah hal itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah .... Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi.” SRNJ2 208.2
Allah menuduh Eli telah menghormati anak-anaknya melebihi Tuhan. Eli telah membiarkan persembahan yang telah ditetapkan oleh Tuhan, sebagai satu berkat bagi Israel, menjadi satu perkara yang keji, gantinya menegur anak-anaknya atas segala tindakan-tindakan mereka yang jahat serta keji itu. Mereka yang mengikuti kecenderungan mereka, dalam cinta yang buta terhadap anak-anak mereka, membiarkan mereka di dalam pemanjaan keinginan mereka yang mementingkan diri, dan tidak berusaha untuk menyatakan wewenang Allah untuk menegur dan memperbaiki yang jahat, menyatakan bahwa mereka menghormati anakanak mereka lebih daripada mereka menghormati Allah. Mereka lebih ingin melindungi nama baik mereka daripada mempermuliakan Allah; lebih suka untuk menyenangkan anak-anak mereka daripada menyenangkan Tuhan dan memeliharakan pekerjaan-Nya dari segala sesuatu yang kelihatan jahat. Allah menuntut Eli, sebagai seorang imam dan hakim Israel, bertanggung jawab atas keadaan moral serta keagamaan dari umat-Nya, dan dalam cara yang khusus atas tabiat anak-anaknya. Pertama-tama ia harus berusaha mencegah kejahatan dengan cara yang lemah lembut; tetapi jikalau hal ini tidak berhasil, ia harus mengalahkan kesalahan dengan cara yang paling keras. Ia telah mendatangkan murka Tuhan oleh tidak menegur kejahatan dan melaksanakan keadilan atas diri orang yang berdosa. Ia tidak dapat dipercayai untuk memelihara Israel suci. Mereka yang mempunyai terlalu sedikit keberanian untuk menegur kesalahan, atau yang melalui kelalaian atau kurang perhatian tidak mengadakah usaha yang sungguh-sungguh untuk menyucikan ke- luarga atau gereja Allah, harus bertanggung jawab atas kejahatan yang timbul sebagai akibat daripada kelalaian mereka untuk melaksanakan tugas. Kita bertanggung jawab atas kejahatan yang sebenarnya dapat kita cegah di dalam diri orang lain oleh menjalankan wewenang sebagai orangtua atau pendeta, sama seperti seolah-olah tindakan itu kita lakukan sendiri. SRNJ2 209.1
Eli tidak mengatur rumah tangganya sesuai dengan peraturan-peraturan Allah sehubungan dengan pemerintahan keluarga. la mengikuti pertimbangannya sendiri. Ayah yang sifatnya memanjakan tidak memperhatikan kesalahan dan dosa-dosa anak-anaknya pada masa kanakkanak mereka, sambil menghibur dirinya bahwa satu waktu mereka dengan sendirinya akan dapat mengalahkan kecenderungan-kecenderungan mereka yang jahat itu. Banyak orang sekarang ini sedang melakukan kesalahan yang serupa ini. Mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui cara yang lebih baik untuk mendidik anak-anak mereka daripada apa yang telah diberikan Allah di dalam firman-Nya. Mereka menguatkan kecenderungan-kecenderungan yang salah di dalam diri mereka, sambil berdalih, “Mereka masih terlalu kecil menerima hukuman. Tunggu sampai mereka telah menjadi lebih besar, dan bisa diajak berembuk.” Dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang salah dibiarkan menjadi lebih kuat sampai menjadi sifat alamiah mereka yang kedua. Anak-anak menjadi besar tanpa pengendalian, dengan tabiat-tabiat mereka yang akan menjadi bagian mereka untuk seumur hidup, dan bisa dihasilkan kembali di dalam diri orang lain. SRNJ2 210.1
Tidak ada kutuk yang lebih besar terhadap rumah tangga selain daripada membiarkan anak-anak muda mengikuti jalan mereka sendiri. Apabila orangtua mengikuti segala kemauan anak-anak mereka, dan memanjakan mereka di dalam perkara-perkara yang mereka tahu bukan untuk kebaikan mereka, dengan segera anak-anak mereka akan kehilangan segala perasaan hormat bagi orangtua, hormat kepada Allah atau manusia, dan akan ditawan oleh kemauan Setan. Pengaruh rumah tangga yang tidak teratur dengan baik itu akan merajalela, dan membahayakan masyarakat. Itu bertimbun-timbun menjadi arus kejahatan yang mempengaruhi keluarga-keluarga, masyarakat dan pemerintah. SRNJ2 210.2
Oleh sebab jabatan Eli, pengaruhnya lebih meluas daripada jikalau ia hanyalah seorang manusia biasa. Kehidupan keluarganya dicontoh oleh seluruh bangsa Israel. Akibat-akibat yang keji dari kelalaian serta sifat ingin hidup senang terlihat dalam ribuan rumah tangga yang dibentuk oleh teladannya. Jikalau anak-anak dimanjakan di dalam praktik-praktik yang jahat, sementara orangtua mengaku beragama, maka kebenaran Allah akan dicemoohkan. Ujian yang terbaik bagi Kekristenan dari satu rumah tangga adalah jenis tabiat yang dihasilkan oleh pengaruhnya. Perbuatan berbicara lebih nyaring daripada pengakuan yang paling positif akan peribadatan. Jikalau orang-orang yang mengaku beragama, gantinya berusaha dengan sungguh, dengan tekun dan memeras keringat untuk membangun satu rumah tangga yang teratur dengan baik sebagai satu saksi demi keuntungan iman akan Allah, lalai di dalam pemerintahan rumah tangga mereka, dan memanjakan anakanak mereka dalam keinginan yang jahat, mereka sedang berbuat sama halnya seperti Eli, dan mendatangkan kehinaan kepada pekerjaan Kristus, dan merusakkan diri mereka sendiri dan juga rumah tangga mereka. Tetapi bagaimana besarnya pun kejahatan-kejahatan dari ketidaksetiaan orangtua di dalam keadaan apa pun, itu akan menjadi sepuluh kali lebih besar bilamana itu terjadi di dalam keluarga-keluarga dari mereka yang telah ditetapkan sebagai guru-guru orang banyak. Bilamana mereka ini gagal mengendalikan rumah tangga mereka, oleh teladan yang salah, mereka akan menyesatkan banyak orang. Kesalahan mereka jauh lebih besar daripada orang-orang lain oleh karena kedudukan mereka itu lebih bertanggung jawab. SRNJ2 211.1
Janji telah diadakan bahwa rumah tangga Harun akan berjalan di hadapan hadirat Allah selama-lamanya; tetapi janji ini telah diadakan dengan syarat bahwa mereka harus menyerahkan segenap diri mereka kepada pekerjaan Bait Suci, dan menghormati Allah di dalam segala jalan mereka, bukan melayani diri sendiri, atau mengikuti kecenderungan yang salah untuk mana Eli dan anak-anaknya telah diuji, dan Tuhan telah mendapati mereka sama sekali tidak layak untuk jabatan yang tinggi sebagai imam dalam pekerjaan-Nya. Dan Allah telah menyatakan, “Jauhlah hal itu daripada-Ku.” Ia tidak dapat melaksanakan yang baik yang telah Ia rencanakan bagi mereka, oleh sebab mereka telah gagal melakukan bagian mereka. SRNJ2 211.2
Teladan mereka yang melayani perkara-perkara yang suci haruslah sedemikian rupa sehingga akan meninggalkan kesan kepada orang banyak tentang sikap hormat kepada Allah, dan takut menghina Dia. Bilamana manusia “yang menjadi utusan Kristus” (2 Korintus 5:20) harus menyampaikan kepada orang banyak pekabaran Allah tentang rahmat dan perdamaian, menggunakan panggilan mereka yang suci itu sebagai satu jubah untuk pemuasan nafsu dan sifat mementingkan diri, maka mereka menjadikan diri mereka sebagai alat-alat Setan yang paling ampuh. Seperti Hofni dan Pinehas, mereka menyebabkan orang lain “memandang rendah korban untuk TUHAN.” Mereka bisa saja mengikuti jalan mereka yang jahat sementara waktu dengan sembunyi-sembunyi; tetapi bilamana pada akhimya tabiat mereka yang sebenarnya diungkapkan, iman orang banyak akan mengalami kegoncangan yang sering mengakibatkan hancumya kepercayaan mereka terhadap agama. Maka terkesanlah di dalam pikiran satu sikap tidak percaya kepada semua orang yang mengaku sebagai orang-orang yang mengajarkan firman Allah. Pekabaran hamba Kristus yang benar diterima dengan penuh kebimbangan. Pertanyaan akan timbul terus-menerus, “Akankah orang ini terbukti seperti dia yang kita sangka begitu suci, dan ternyata begitu jahat?” Dengan demikian firman Allah kehilangan kuasanya terhadap jiwa manusia. SRNJ2 212.1
Di dalam teguran Eli kepada anak-anaknya terdapat kata-kata yang khidmat dan menakutkan, kata-kata yang harus dipikir-pikirkan oleh mereka yang melayani di dalam perkara-perkara yang suci: “Jika seorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?” Kalau kejahatan mereka telah menyakiti hanya sesama manusia, hakim akan dapat mengadakan perdamaian dengan cara menetapkan suatu hukuman, dan menuntut suatu ganti rugi; dan dengan demikian orang yang bersalah itu dapat diampuni. Atau kalau mereka tidak mengadakan kesalahan dalam dosa kesombongan, satu korban karena dosa dapat dipersembahkan untuk mereka. Tetapi dosa-dosa mereka begitu terjalin dengan pekerjaan mereka sebagai imam dari Yang Mahatinggi, di dalam mempersembahkan korban bagi dosa; pekerjaan Allah begitu dinajiskan dan dihinakan di hadapan orang banyak, sehingga tidak ada penebusan yang dapat diterima bagi mereka. Ayah mereka sendiri, sekalipun dia adalah imam besar, tidak berani mengadakan pengantaraan demi mereka, ia tidak dapat melindungi mereka dari murka Allah yang suci itu. Dari antara semua orang berdosa, yang paling besar kesalahannya adalah mereka yang meremehkan alat-alat yang telah disediakan oleh surga untuk penebusan manusia, yang “menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” Ibrani 6:6. SRNJ2 212.2