Sejarah Para Nabi Jilid 2
Pesan Yosua yang Terakhir
Peperangan untuk menaklukkan negeri itu telah berakhir, Yosua mengasingkan diri ke tempat istirahatnya yang tenang di kampung halamannya, di Timnat-Serah. “Lama setelah Tuhan mengaruniakan keamanan kepada orang Israel ke segala penjuru terhadap semua mu-suhnya . . . dan ketika Yosua telah tua dan lanjut umur, dipanggilnya seluruh orang Israel, para tua-tuanya, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya.” SRNJ2 133.1
Beberapa tahun telah berlalu sejak orang banyak itu menetap di tanah pusaka mereka, dan sudah dapat dilihat munculnya dosa-dosa yang sama yang hingga saat itu telah mendatangkan hukuman ke atas diri Israel. Apabila Yosua merasakan kelemahan-kelemahan masa tuanya menghinggapi dirinya, dan menyadari bahwa pekerjaannya segera akan berakhir, ia dipenuhi oleh rasa cemas akan masa depan bangsanya. Dengan disertai suatu perhatian yang lebih daripada seorang ayah ia telah memberikan pesannya kepada mereka, sementara mereka berkumpul mengelilingi pemimpin mereka yang sudah tua itu. “Kamu ini telah melihat,” katanya, “segala yang dilakukan TUHAN, Aliahmu, kepada semua bangsa di sini demi kamu, sebab TUHAN, Aliahmu, Dialah yang telah berperang bagi kamu.” Sekalipun bangsa Kanaan telah ditaklukkan, mereka masih menguasai sebagian dari negeri yang telah dijanji- kan kepada Israel, dan Yosua telah menasihatkan bangsanya itu agar jangan merasa puas, dan melupakan perintah Tuhan untuk sama sekali mengusir bangsa-bangsa kafir ini. SRNJ2 133.2
Orang banyak itu pada umumnya lambat dalam menyempurnakan pekerjaan untuk mengusir orang kafir itu. Suku-suku bangsa itu telah berpencar ke tanah pusaka mereka, bala tentara telah dibubarkan, dan usaha untuk mengadakan peperangan lagi dianggap sebagai satu pekerjaan yang sulit dan meragukan. Tetapi Yosua mengumumkan: “TUHAN, Aliahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau mereka dari depanmu, sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Aliahmu. Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri.” SRNJ2 134.1
Yosua mengajak orang banyak itu sendiri untuk menjadi saksi bahwa, selama mereka memenuhi syarat-syaratnya, Allah telah dengan setia menggenapi janji-janji-Nya kepada mereka. “Sebab itu insaflah dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, bahwa satu pun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Aliahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi,” katanya, “Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satupun yang tidak dipenuhi.” Ia menyatakan kepada mereka bahwa sebagaimana Tuhan telah menggenapi janji-janji-Nya, demikian pula Ia akan melaksanakan ancaman-ancaman-Nya. “Tetapi seperti telah datang atas kamu segala yang baik, yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Aliahmu, demikianlah TUHAN akan mendatangkan atas kamu segala yang tidak baik.... Apabila kamu melangkahi perjanjian, yang telah diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, ... maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu, sehingga kamu segera binasa dari negeri yang baik, yang telah diberikan-Nya kepadamu.” SRNJ2 134.2
Setan menipu banyak orang dengan teori yang masuk akal, bahwa kasih Allah bagi umat-Nya begitu besar sehingga Ia akan memaafkan dosa yang ada di dalam diri mereka; ia menyatakan bahwa sungguh pun ancaman-ancaman firman Allah itu mempunyai maksud tertentu di dalam pemerintahan moral-Nya, semuanya itu tidak akan dilaksanakan dengan sesungguhnya. Tetapi di dalam segala perlakuan-Nya terhadap makhluk-makhluk-Nya, Allah telah mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran dengan menyatakan dosa dalam tabiat yang sebenarnya— oleh menunjukkan bahwa akibatnya yang pasti adalah penderitaan dan kematian. Keampunan yang tidak bersyarat tidak pernah ada dan tidak pernah akan ada. Keampunan seperti itu akan menunjukkan tidak berlakunya prinsip-prinsip kebenaran yang menjadi dasar dari pemerintahan Allah. Itu akan memenuhi semesta alam yang tidak pernah berbuat dosa dengan keadaan yang kacau balau. Allah dengan setia telah menunjukkan akibat-akibat dosa, dan jikalau amaran-amaran ini tidak benar, bagaimanakah kita dapat merasa pasti bahwa janji-janji-Nya akan digenapi? Apa yang disebut sebagai kemurahan, jikalau itu menyisihkan keadilan, bukanlah kemurahan, melainkan kelemahan. SRNJ2 134.3
Allah adalah pemberi hidup. Dari sejak mulanya, segala hukum-Nya telah ditetapkan untuk kehidupan. Tetapi dosa telah merusak peraturan yang telah ditetapkan Allah, dan kekacauan pun mengikutinya. Selama dosa ada maka penderitaan dan kematian tidak akan dapat dihindarkan. Hanyalah oleh karena Penebus itu telah menanggung kutuk dosa demi kita, maka manusia mempunyai pengharapan untuk melepaskan dirinya dari akibat-akibatnya yang mengerikan. SRNJ2 135.1
Sebelum kematian Yosua, pemimpin-pemimpin dan wakil-wakil dari suku bangsa itu, sesuai dengan perintahnya, telah berhimpun bersamasama di Sikhem. Tidak ada satu tempat di seluruh negeri itu yang mempunyai begitu banyak kenangan yang suci, yang dapat mengalihkan ingatan mereka kembali kepada perjanjian Allah dengan Abraham dan Yakub, serta mengingatkan mereka kepada perjanjian mereka yang khidmat pada waktu mereka memasuki Kanaan. Di tempat inilah terdapat Bukit Ebal dan Gerizim, saksi-saksi yang diam dari janji-janji yang sekarang, di hadapan pemimpin mereka yang tidak lama lagi akan mati, akan mereka perbarui. Di sekeliling mereka terdapat bukti-bukti dari yang telah diperbuat Allah bagi mereka; bagaimana Ia telah memberikan kepada mereka suatu negeri yang mereka tidak pernah usahakan, dan kota-kota besar yang tidak pernah mereka dirikan, kebun-kebun anggur dan pohon zaitun yang tidak pernah mereka tanam. Yosua mengulangi kembali sejarah Israel, mengingatkan kembali akan peker- jaan Allah yang ajaib, agar supaya semua orang mempunyai satu perasaan akan kasih dan rahmat-Nya, dan mau melayani Dia “dengan tulus ikhlas dan setia.” SRNJ2 135.2
Oleh perintah Yosua tabut perjanjian diangkat dari Silo. Peristiwa ini merupakan sesuatu yang amat khidmat, dan lambang hadirat Allah ini akan memperdalam kesan yang ia mau tanamkan di dalam diri orang banyak itu. Setelah menghadapkan segala kebajikan Allah terhadap Is rael, ia mengajak mereka, di dalam nama Tuhan, untuk memilih siapa yang akan mereka layani. Sebegitu jauh perbaktian kepada berhala masih tetap dijalankan dengan sembunyi-sembunyi, dan Yosua berusaha sekarang ini untuk membawa mereka kepada satu keputusan yang akan melenyapkan dosa ini dari Israel. “Tetapi jika kamu untuk beribadah kepada TUHAN,” katanya, “pilihla pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah.” Yosua ingin menuntun mereka untuk beribadah kepada Allah, bukan oleh paksaan, melainkan dengan tulus hati. Kasih kepada Allah adalah dasar dari agama. Ikut serta dalam pe-layanan-Nya dengan didorong hanya oleh pengharapan akan mendapat pahala atau takut menerima hukuman, tidak ada gunanya sama sekali. Kemurtadan yang terang-terangan tidaklah lebih menghina Tuhan daripada kemunafikan dan perbaktian yang hanya sekadar rupa saja. SRNJ2 136.1
Pemimpin yang sudah tua itu mengajak orang banyak itu untuk memikir-mikirkan, baik buruknya, apa yang telah dihadapkannya kepa-da mereka, dan mengambil keputusan apakah mereka benar-benar ingin hidup seperti bangsa-bangsa penyembah berhala yang sudah rusak, yang ada di sekeliling mereka. Jikalau kelihatannya tidak baik bagi mereka untuk menyembah Tuhan, sumber kuasa itu, pancaran berkat, biarlah mereka pada hari itu juga mengambil keputusan siapakah yang akan mereka sembah, “Allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah,” dari antara siapa Abraham telah dipanggil keluar, “atau Allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.” Pesan-pesan yang terakhir ini merupakan satu tempelakan yang keras kepada Israel. Berhala-berhala orang Amori tidak pernah sanggup untuk melindungi orang-orang yang menyembahnya. Oleh sebab dosa-dosa mereka yang keji dan merusak itu, bangsa-bangsa yang jahat itu telah dibinasakan, dan negeri yang baik yang dahulu mereka miliki telah diberikan kepada umat Allah. Betapa bodohnya bagi Israel untuk memilih menyembah dewa-dewa untuk mana bangsa Amori telah dibinasakan! “Tetapi aku dan seisi rumahku,” kata Yosua, “kami akan beribadah kepada TUHAN!” Semangat suci yang sama yang telah memberikan ilham ke dalam hati pemimpin itu telah disampaikan kepada bangsa itu. Ajakannya telah merangsang sambutan yang tidak berlambatan, “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada Allah lain!” SRNJ2 136.2
“Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN,” kata Yosua, “sebab Dialah Allah yang kudus; ... Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.” Sebelum pembaruan yang tetap bisa diadakan, orang banyak itu harus dipimpin untuk merasakan akan ketidaksanggupan mereka, oleh mereka sendiri, untuk menurut Tuhan. Mereka telah melanggar hukum-Nya, itu telah menghukum mereka sebagai pelanggarpelanggar, dan itu tidak menyediakan jalan untuk melepaskan diri. Sementara mereka berharap kepada kekuatan dan kebenaran mereka sendiri, maka tidak mungkin bagi mereka memperoleh keampunan dari dosadosa mereka; mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Allah yang sempurna itu, dan adalah sia-sia bagi mereka untuk berjanji melayani Allah. Hanyalah oleh iman dalam Kristus di mana mereka bisa memperoleh keampunan dari dosa, dan menerima kekuatan untuk menurut hukum Allah. Mereka harus berhenti bergantung kepada usaha mereka untuk memperoleh keselamatan, mereka harus dengan sepenuhnya berharap kepada jasa Juruselamat yang telah dijanjikan itu, jikalau mereka mau berkenan kepada Allah. SRNJ2 137.1
Yosua berusaha menuntun para pendengarnya untuk menimbangnimbang kata-kata mereka, dan menahan diri daripada mengadakan janjijanji yang mereka belum bersedia untuk menggenapinya. Dengan kesungguh-sungguhan yang dalam mereka mengulangi kembali ucapan mereka, “Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah!” Sambil dengan khidmat menyetujui akan saksi-saksi terhadap diri mereka bahwa mereka telah memilih Tuhan, sekali lagi mereka telah mengulangi janji setia mereka: “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan Firman-Nya akan kami dengarkan.” SRNJ2 137.2
“Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem.” Setelah menuliskan peristiwa yang khidmat ini sebagai satu catatan, ia telah meletakkannya, bersama-sama dengan kitab Taurat itu, di samping tabut perjanjian. Dan ia telah mendirikan satu tiang sebagai suatu peringatan, sambil berkata, “Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala Firman TUHAN yang diucapkanNya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Aliahmu. Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya.” SRNJ2 138.1
Pekerjaan Yosua bagi Israel telah berakhir. Ia “telah menurut TUHAN pada segenap jalannya,” dan di dalam buku Allah ia dicatat sebagai, “Hamba TUHAN.” Kesaksian yang paling agung tentang tabiatnya sebagai seorang pemimpin orang banyak adalah sejarah generasi yang telah menikmati usahanya: “Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua.” SRNJ2 138.2