Sejarah Para Nabi Jilid 2
Bersekutu dengan Bangsa Gibeon
Dari Sikhem bangsa Israel kembali ke perkemahan mereka di Gilgal. Segera setelah itu di tempat ini mereka didatangi oleh satu utusan asing yang ingin mengadakan perjanjian persahabatan de-ngan mereka. Para utusan itu menyatakan bahwa mereka telah datang dari negeri yang jauh, dan hal ini tampak dibuktikan oleh cara penam-pilan mereka. Pakaian mereka sudah usang dan compang-camping, san-dal mereka sudah lapuk, persediaan makanan mereka tinggal sedikit, dan botol kulit tempat anggur mereka sudah koyak-koyak dan bertambal-tambal, seakan-akan itu telah diperbaiki dengan tergesa-gesa di tengah perjalanan mereka. SRNJ2 111.1
Di negeri mereka yang jauh—yang menurut pengakuan mereka berada di luar perbatasan Palestina—orang banyak, kata mereka, telah mendengar tentang perbuatan-perbuatan ajaib yang telah diadakan Allah bagi umat-Nya, dan telah mengutus mereka mengadakan janji persahabatan dengan Israel. Bangsa Israel telah diamarkan untuk tidak mengadakan janji persahabatan dengan bangsa-bangsa penyembah berhala di negeri Kanaan, dan satu keragu-raguan terhadap kebenaran kata-kata orang asing itu timbul di dalam pikiran pemimpin-pemimpin Israel. “Barangkali kamu ini diam di tengah-tengah kami,” kata mereka. Menjawab kata-kata ini para utusan itu hanya berkata, “Kami ini hamba-hambamu.” Tetapi pada waktu Yosua secara langsung bertanya kepada mereka “Siapakah kamu ini dan dari manakah kamu datang?”. mereka mengulangi kembali ucapan mereka, dan menambahkannya, sebagai bukti dari kesungguh-sungguhan mereka, “Inilah roti kami, masih panas ketika kami bawa sebagai bekal dari rumah pada hari kami berangkat berjalan mendapatkan kamu, tetapi sekarang, lihatlah, telah kering an tinggal remah-remah belaka. Inilah kirbat-kirbat anggur, yang masih baru ketika kami mengisinya tetapi lihatlah, telah robek, dan inilah pakaian an kasut kami, semuanya telah buruk-buruk karena perjalanan yang sangat jauh itu.” SRNJ2 111.2
Segala keterangan ini berhasil. Bangsa Israel tidak meminta keputusan TUHAN. Maka Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka, bahwa ia akan membiarkan mereka hidup; dan para pemimpin umat itu bersumpah kepada mereka ” Dengan demikian mereka telah mengadakan satu perjanjian persahabatan. Tiga hari sesudah itu kebenarannya baru diketahui, “Terdengarlah oleh mereka, bahwa orang-orang itu tinggal dekat mereka, bahkan diam di tengah-tengah mereka .” Mengetahui bahwa adalah mustahil melawan bangsa Israel, orang-orang Gibeon telah menggunakan tipu daya untuk memelihara kehidupan mereka. SRNJ2 112.1
Besarlah kemarahan bangsa Israel apabila mereka mengetahui tipu daya yang telah diadakan terhadap mereka. Dan hal ini telah bertambah lagi apabila, setelah tiga hari perjalanan, mereka tiba d i kota-kota di negeri Gibeon; berdekatan dengan pusat negeri itu. “Lalu bersungutsungutlah segenap umat kepada para pemimpin,” tetapi mereka tidak mau membatalkan perjanjian persahabatan itu, sekalipun hal itu telah diadakan melalui tipu daya, oleh sebab mereka telah “bersumpah kepada mereka demi TUHAN, Allah Israel.” “Orang Israel tidak menewaskan mereka.” Bangsa Gibeon telah menjanjikan diri mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala, dan menerima perbaktian kepada Tuhan; dan dibiarkannya mereka hidup bukanlah satu pelanggaran terhadap perintah Allah untuk membinasakan bangsa Kanaan yang menyembah berhala itu. Oleh sebab itu bangsa Israel melalui sumpah mereka berjanji untuk tidak melakukan dosa. Dan sekalipun sumpah itu telah di- adakan melalui tipu daya, hal itu tidak boleh diabaikan. Tanggung jawab yang sudah diadakan melalui sumpah—jikalau itu tidak menuntut dia untuk berbuat sesuatu yang salah—harus dianggap suci. Tidak ada pertimbangan mencari untung, atau pembalasan, atau kepentingan diri yang dengan cara apa pun dapat mengubah berlakunya satu sumpah atau janji. “Orang yang dusta bibimya adalah kekejian bagi TUHAN.” Amsal 12:22. Ia yang “akan naik ke atas gunung TUHAN,” dan “berdiri di tempat-Nya yang kudus,” adalah “yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.” Mazmur 24:3; 15:4. SRNJ2 112.2
Bangsa Gibeon dibiarkan hidup, tetapi terikat sebagai hamba-hamba kepada Kemah Suci, untuk melaksanakan pekerjaan yang rendah. “Dan pada waktu itu Yosua menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah TUHAN, sampai sekarang, di tempat yang akan dipilih-Nya.” Syarat-syarat ini diterima dengan rasa syukur oleh mereka, menyadari bahwa mereka telah berbuat kesalahan, dan dengan gembira memperoleh hidup dengan syarat apa pun juga. “Maka sekarang, kami ini dalam tanganmu; perlakukanlah kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilakukan kepada kami,” kata mereka kepada Yosua. Selama berabad-abad keturunan mereka ikut dalam pelayanan dalam pekerjaan Kemah Suci. SRNJ2 113.1
Wilayah orang Gibeon terdiri dari empat buah kota. Bangsa itu tidak berada di bawah pemerintahan seorang raja, melainkan diperintah oleh tua-tua, atau satu majelis. Gibeon, kota mereka yang paling penting, “kota yang besar, seperti salah satu kota kerajaan,” “dan semua orangnya adalah pahlawan.” Adalah merupakan satu bukti yang nyata tentang adanya kegentaran terhadap Israel yang telah memenuhi penduduk negeri Kanaan, sehingga penduduk dari kota yang seperti itu mau menggunakan cara yang amat hina itu asal saja mereka bisa dibiarkan hidup. SRNJ2 113.2
Tetapi sebenarnya akan lebih baik lagi bagi orang-orang Gibeon kalau saja mereka telah berlaku jujur terhadap bangsa Israel. Sementara penyerahan mereka kepada Tuhan telah menyelamatkan hidup mereka, tipu daya mereka telah mendatangkan kehinaan serta perhambaan terhadap diri mereka. Allah telah mengadakan satu ketentuan bahwa semua orang yang mau meninggalkan kekafiran, dan menggabungkan di- rinya dengan Israel. akan memperoleh berkat-berkat dari perjanjian itu. Mereka termasuk kepada golongan, “orang asing yang berada di tengahtengah kamu,” dan dengan beberapa pengecualian golongan ini harus ambil bagian yang sama terhadap segala kesempatan dan keuntungankeuntungan bersama dengan Israel. Perintah Tuhan adala: SRNJ2 113.3
“Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri.” Imamat 19:33, 34. Mengenai Paskah dan persembahan korban, telah diperintahkan, “Mengenai jemaah itu, haruslah ada satu ketetapan bagi kamu dan bagi orang asing yang tinggal padamu; itulah suatu ketetapan,... kamu dan orang asing haruslah sama di hadapan TUHAN.” Bilangan 15:15. SRNJ2 114.1
Demikianlah sebenarnya kedudukan atas mana orang Gibeon dapat diterima, jikalau bukan karena tipu daya yang telah mereka lakukan. Bukanlah satu kehinaan yang kecil kepada warga negara “dari satu kota kerajaan,” “semua orangnya pahlawan,” untuk dijadikan sebagai pembelah kayu dan penimba air sepanjang generasi mereka. Tetapi mereka telah menggunakan jubah kemiskinan dengan maksud menipu, dan itu pun telah dilekatkan kepada mereka sebagai satu tanda perhambaan untuk selama-lamanya. Dengan demikian sepanjang generasi mereka keadaan perhambaan mereka akan menyaksikan kebencian Allah terhadap dusta. SRNJ2 114.2
Penyerahan Gibeon terhadap bangsa Israel telah menimbulkan rasa kecewa di kalangan raja-raja Kanaan. Dengan segera langkah-langkah diambil untuk membalas mereka yang telah berdamai dengan penyerangpenyerang itu. Dibawah pimpinan Adoni Zedek, raja Yerusalem, lima dari antara raja-raja Amori telah bersekongkol melawan Gibeon. Gerakan mereka sangat cepat. Orang Gibeon tidak bersedia bertahan, dan mereka pun telah mengirimkan satu kabar kepada Yosua di Gilgal: “Jangan menarik tanganmu dari pada hamba-hambamu ini. Datanglah dengan segera kepada kami, lepaskanlah kami dan bantulah kami, sebab semua raja orang Amori, yang diam di pegunungan, telah bergabung melawan kami”. Bahaya itu mengancam bukan hanya orang Gibeon saja tetapi juga Israel. Kota ini menguasai jalan-jalan yang menuju ke bahagian tengah dan selatan Palestina, dan ini harus direbut jikalau mau menaklukkan kota itu. SRNJ2 114.3
Dengan segera Yosua bersiap sedia menolong orang Gibeon. Penduduk kota yang telah dikepung itu merasa takut bahwa ia akan menolak permintaan mereka, oleh sebab tipu daya yang pernah mereka lakukan, tetapi oleh sebab mereka telah menyerahkan diri kepada penguasaan Israel, dan telah menerima perbaktian kepada Allah, ia merasa dirinya berada di bawah tanggung jawab untuk melindungi mereka. Kali ini ia tidak bertindak tanpa nasihat Ilahi, dan Tuhan mendorong dia dalam usaha ini. “Janganlah takut kepada mereka,” adalah pekabaran Ilahi; “sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorang pun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau.” “Lalu Yosua bergerak maju dari Gilgal, dia dan seluruh tentara yang bersama-sama dengan dia, semuanya pahlawan yang gagah perkasa.” SRNJ2 115.1
Dengan mengadakan perjalanan sepanjang malam ia telah berhasil membawa tentaranya ke hadapan Gibeon keesokan harinya. Sebelum penghulu-penghulu yang bersekutu itu sempat mengerahkan tentara mereka untuk menyerang kota itu Yosua telah berhadapan dengan mereka. Penyerangan itu telah mengakibatkan kehancuran total atas penyerang-penyerang itu. Bala tentara yang besar itu melarikan diri dari hadapan Yosua dan terus berlari mendaki gunung terus sampai ke BetHoron; dan setelah tiba di puncaknya mereka turun dengan cepat ke lereng sebelahnya. Di tempat ini hujan batu yang dahsyat telah menimpa mereka. “TUHAN melempari mereka dengan batu-batu besar dari langit, . . . Yang mati kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang Israel dengan pedang.” SRNJ2 115.2
Sementara bangsa Amori meneruskan pelarian mereka, dengan maksud mencari perlindungan di bawah gunung batu, Yosua, yang melihatnya dari lereng gunung itu, mengetahui bahwa hari itu sudah terlalu singkat untuk dapat melaksanakan pekerjaannya. Jikalau tidak dihancurkan seluruhnya, musuh mereka itu akan berkumpul kembali, dan memperbarui penyerangan mereka. “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN; . . . ia berkata di hadapan orang Israel: Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! Maka berhentilah matahari dan bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya.... Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh.” SRNJ2 115.3
Sebelum senja datang, janji Allah kepada Yosua telah digenapi. Seluruh bala tentara musuh telah diberikan ke tangannya. Peristiwa yang terjadi pada hari itu berkesan lama di dalam ingatan bangsa Israel, “Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.” “Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panahMu yang melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat. Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa. Engkau berjalan maju untuk menyela-matkan umat-Mu, untuk menyelamatkan orang yang Kauurapi. Engkau meremukkan bagian atas rumah orang-orang fasik dan Kaubuka dasarnya sampai batu yang penghabisan.” Habakuk 3:11-13. SRNJ2 116.1
Roh Allah telah mengilhami doa Yosua, agar supaya bukti dapat lagi diberikan tentang kuasa Allah Israel. Oleh sebab itu, permohonan itu tidaklah menunjukkan adanya ketakaburan di pihak pemimpin besar itu. Yosua telah menerima janji bahwa Allah pasti akan menghancurkan musuh-musuh Israel ini, namun demikian ia telah berusaha dengan sungguh-sungguh seolah-olah sukses bergantung hanya kepada bala tentara Israel saja. Ia telah berbuat segala sesuatu menurut kemampuan tenaga manusia, dan kemudian ia berseru dengan iman untuk meminta pertolongan Ilahi. Rahasia sukses adalah gabungan kuasa Ilahi dengan usaha manusia. Mereka yang memperoleh hasil yang terbesar adalah orang-orang yang bergantung sepenuhnya kepada Lengan Yang Mahakuasa. Orang yang telah memerintahkan, “Matahari berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!” adalah orang yang selama berjam-jam tersungkur di atas bumi dalam doa di perkemahan di Gilgal. Orang yang suka berdoa adalah orang yang berkuasa. SRNJ2 116.2
Mukjizat yang hebat ini menyaksikan bahwa benda ciptaan itu ber- ada di bawah pengendalian Khalik itu. Setan berusaha menyembunyikan dari manusia campur tangan Ilahi di dalam dunia benda—untuk menyembunyikan dari pandangan mata manusia pekerjaan Tuhan yang tidak mengenal lelah itu. Di dalam mukjizat ini semua orang yang meninggikan alam di atas Aliahnya alam telah ditempelak. SRNJ2 116.3
Atas kehendak-Nya sendiri Allah telah memerintahkan kekuatan alamiah untuk menghancurkan kekuatan musuh-musuh-Nya, “api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan Firman-Nya.” Mazmur 148:8. Pada waktu bangsa kafir Amori itu telah bertekad melawan maksud-maksud Allah, la telah campur tangan, dengan melontarkan “batu-batu besar dari langit” ke atas musuh-musuh Israel. Kepada kita telah diberitahukan tentang satu peperangan yang lebih besar yang akan terjadi di babak terakhir sejarah dunia ini, apabila “TUHAN telah membuka tempat perlengkapan-Nya dan mengeluarkan senjatasenjata geram-Nya.” Yeremia 50:25. “Apakah engkau,” tanya-Nya, “telah masuk sampai ke perbendaharaan salju, atau melihat perbendaharaan hujan batu, yang Kusimpan untuk masa kesesakan, untuk waktu pertempuran dan peperangan?” Ayub 38:22, 23. SRNJ2 117.1
Penulis buku Wahyu menggambarkan kehancuran yang akan terjadi apabila “dari dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu” mengumumkan, “Sudah terlaksana.” Ia berkata, “Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia.” Wahyu 16:17,21. SRNJ2 117.2