Sejarah Para Nabi Jilid 2
Daud di Ziklag
Daud dan para pengikutnya tidak ambil bagian dalam peperangan antara Saul dengan orang Filistin, sekalipun mereka telah berbaris maju ke medan peperangan. Apabila kedua belah pihak telah bersiap sedia untuk berperang anak Isai itu mendapati dirinya berada dalam satu keadaan yang amat sulit. Sudah diharapkan bahwa ia akan berperang membantu orang Filistin. Jikalau ia dalam peperangan itu telah meninggalkan tempat yang telah ditentukan baginya lalu pergi meninggalkan medan perang itu, maka ia bukan saja mencap dirinya sebagai pengecut, tetapi juga sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih dan pengkhianat kepada Akhis, yang telah melindungi dia dan bernaung di bawahnya. Tindakan seperti itu akan menodai namanya, dan akan membuka dirinya terhadap kemarahan musuh yang lebih ditakuti daripada Saul. Namun demikian, ia tidak dapat sejenak pun bersepakat memerangi Israel. Andaikata ia berbuat hal ini, maka ia akan menjadi pengkhianat negaranya—musuh Allah dan umat-Nya. Hal ini akan menghalangi jalannya menuju ke takhta Israel untuk selama-lamanya; dan jikalau Saul terbunuh di dalam peperangan ini, maka kematiannya akan ditanggungkan kepada Daud. SRNJ2 348.1
Daud merasa bahwa ia telah kehilangan jalan. Jauh lebih baik baginya mencari perlindungan di dalam benteng-benteng Allah yang ada di gu- nung-gunung daripada di bawah lindungan musuh Tuhan dan umat-Nya. Tetapi Tuhan di dalam rahmat-Nya yang besar itu tidak menghukum kesalahan hamba-Nya itu dengan membiarkan dirinya sendirian di dalam kesusahan dan kecemasan; oleh karena sekalipun Daud, kehilangan pegangannya atas kuasa Ilahi, telah goyah dan berpaling dari jalan yang jujur, tekadnya masih tetap mau setia kepada Allah. Sementara Setan dan pengikut-pengikutnya sedang sibuk untuk membantu musuh Allah dan Israel untuk berperang dengan seorang raja yang telah meninggalkan Allah, malaikat-malaikat Tuhan sedang berusaha untuk membebaskan Daud dari bahaya ke dalam mana ia telah jatuh. Pesuruh-pesuruh surga telah menggerakkan hati penghulu-penghulu Filistin untuk menentang kehadiran Daud dan bala tentaranya bersama-sama engan tentara mereka di dalam peperangan yang akan diadakan itu. SRNJ2 348.2
“Apa gunanya orang-orang Ibrani ini?” teriak pemimpin-pemimpin Filistin itu, sambil mendesak Akhis. Akhis yang enggan untuk berpisah dari satu sekutu yang amat penting itu, menjawab, “Bukankah dia itu Daud, hamba Saul, raja Israel, yang sudah satu dua tahun bersama-sama dengan aku, tanpa kudapati sesuatupun kesalahan padanya seja saat ia membelot sampai hari ini?” SRNJ2 349.1
Tetapi dengan marahnya para pemimpin itu tetap bertahan da am tuntutan mereka: “Suruhlah orang itu pulang, supaya ia kembali ke tempat, yang kautunjukkan kepadanya, dan janganlah ia pergi berperang, bersama-sama dengan kita, supaya jangan ia menjadi lawan kita dalam peperangan. Sebab dengan apakah orang ini dapat menyukakan hati tuannya, kecuali dengan memberi kepala-kepala orang-orang ini? Bukankah dia ini Daud yang dinyanyikan orang secara berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Terbunuhnya pahlawan mereka, dan kemenangan Israel dalam peristiwa itu masih segar di dalam ingatan para pemimpin Filistin itu. Mereka tidak percaya bahwa Daud akan memerangi bangsanya sendiri; dan jikalau ia berada di tengah-tengah kancah peperangan itu, memihak kepada mereka, maka ia akan menjadi bahaya yang lebih besar daripada seluruh bala tentara Saul. SRNJ2 349.2
Dengan demikian Akhis terpaksa menyerah, dan dipanggilnya Daud sambil berkata kepadanya, “Demi Tuhan yang hidup, engkau ini orang jujur dan aku memandang baik Jika engkau keluar masuk bersama-sama dengan aku dalam tentara, sebab aku tidak mendapati sesuatu kejahatan padamu, sejak saat engkau datang kepadaku sampai hari ini; tetapi engkau ini tidak disukai oleh raja-raja kota. Sebab itu, pulanglah, pergilah dengan selamat dan jangan lakukan apa yang jahat di mata raja-raja kota orang Filistin itu.” SRNJ2 349.3
Daud, merasa takut mengkhianati perasaannya yang sebenarnya, ia berkata kepadanya, “Apa yang telah kuperbuat? Dan kesalahan apa yang kaudapati pada hambamu ini, sejak saat aku menjadi hamba kepadamu, sampai hari ini, sehingga aku tidak boleh ikut pergi berperang melawan musuh tuanku raja?” SRNJ2 350.1
Jawab Akhis tentunya telah membangkitkan rasa malu dan penyesalan di dalam hati Daud, apabila ia memikirkan betapa tidak pantasnya seorang hamba Allah menggunakan tipu daya. “Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah,” kata raja itu, “Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama dengan kita. Jadi, bangunlah pagi-pagi beserta orang-orang tuanmu ini yang datang bersama-sama dengan engkau; bangunlah kamu pagi-pagi, segera sesudah hari cukup terang bagimu, dan pergilah.” Dengan demikian jerat yang ke dalamnya Daud terjebak telah dihancurkan, dan ia pun bebaslah. SRNJ2 350.2
Setelah tiga hari perjalanan Daud dan para pengikutnya yang terdiri dari enam ratus orang itu tiba di Ziklag, rumah mereka di negeri Filistin. Tetapi satu pemandangan yang penuh dengan kerusakan terlihat di hadapan mereka. Bangsa Amalek, dengan mengambil keuntungan atas tidak hadirnya Daud, dengan bala tentaranya, telah mengadakan pembalasan atas penyerangan Daud ke daerah mereka. Mereka telah membuat satu kejutan terhadap kota itu sementara kota itu dibiarkan tanpa penjaga, dan setelah merampok dan membakarnya, lalu pergi meninggalkan kota itu, dengan membawa semua kaum wanita dan anakanak sebagai tawanan, dan juga barang rampasan. SRNJ2 350.3
Dengan dipenuhi oleh kegentaran dan rasa heran, Daud dan pengikutnya itu sejenak lamanya memperhatikan dengan tenang atas puing-puing yang sudah hangus itu. Kemudian apabila suatu perasaan dahsyat yang menyedihkan memenuhi hati mereka menyaksikan kehancuran itu, “lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis.” SRNJ2 350.4
Sekali lagi di sini Daud telah mendapat pelajaran karena kurangnya iman yang telah menuntun dia untuk menempatkan dirinya di antara orang Filistin. la mempunyai kesempatan untuk menyadari berapa besar keselamatan yang ia dapat peroleh di antara musuh Allah dan umatNya. Para pengikut Daud menunjuk kepadanya sebagai penyebab terjadinya malapetaka itu. Ia telah membangkitkan pembalasan orang Amalek oleh serangannya terhadap mereka; namun demikian, merasa aman di tengah-tengah musuhnya, ia telah membiarkan kota itu tanpa penjaga. Dengan digelorakan amarah dan duka, tentaranya sekarang siap untuk melakukan segala sesuatu, dan mereka bahkan telah mengancam akan melempari pemimpinnya itu dengan batu. SRNJ2 351.1
Daud merasa seolah-olah telah terpisah dari segala pertolongan manusia. Segala sesuatu yang ia anggap berharga di atas dunia ini telah disapubersih dari padanya. Saul telah mengusir dia dari dalam negerinya; orang Filistin telah mengusir dia dari perkemahan; bangsa Amalek telah menghancurkan kotanya, istri-istri dan anak-anaknya telah dijadikan tawanan; dan sahabat-sahabatnya sendiri telah menentang dia, dan mengancam akan membunuhnya. Dalam suasana yang amat sulit ini Daud, gantinya membiarkan pikirannya memikir-mikirkan keadaan sekeliling yang amat menekan itu, telah meminta dengan sungguh-sungguh pertolongan dari Tuhan. Ia “menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Aliahnya.” Ia merenung-renungkan kembali peristiwa-peristiwa yang lalu dalam hidupnya. Kapankah pernah Tuhan meninggalkan dia? Jiwanya disegarkan bilamana ia mengenang kembali bukti-bukti kebaikan Allah. Para pengikut Daud, oleh rasa tidak puas dan tidak sabar mereka, telah menjadikan penderitaan mereka berlipat ganda; tetapi hamba Allah ini, sekalipun mempunyai alasan yang lebih besar untuk menjadi gusar, telah berusaha menguatkan dirinya. “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mazmur 56:4), adalah bahasa jiwanya. Sekalipun ia sendiri tidak dapat melihat jalan keluar dari kesulitan itu, Allah dapat melihatnya, dan akan mengajar dia tentang apa yang harus diperbuatnya. SRNJ2 351.2
Setelah memanggil imam Abyatar, anak Ahimelekh, “Kemudian bertanyalah Daud kepada Tuhan, katanya: Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Jawab-Nya adalah, “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.” I Samuel 30:8. SRNJ2 352.1
Setelah mendengar kata-kata ini kesedihan dan kesusahan pun hilanglah. Daud dan tentaranya dengan segera mulai mengejar musuh mereka yang sedang melarikan diri. Begitu cepat gerak maju mereka, sehingga pada waktu mereka tiba di anak Sungai Besor, yang bermuara di Laut Tengah dekat dengan Gaza, dua ratus orang dari antara bala tentara mereka terpaksa harus tinggal di belakang karena keletihan. Tetapi Daud bersama dengan keempat ratus yang lainnya maju terus tanpa halangan apa-apa. SRNJ2 352.2
Dengan maju terus, mereka mendapati seorang budak Mesir yang tampaknya hampir mati karena lelah dan lapar. Setelah mendapat makanan dan minuman, ia segar kembali, dan mereka diberitahu bahwa ia telah ditinggalkan untuk mati oleh majikannya yang kejam, seorang Amalek dari antara bala tentara yang telah mengadakan penyerangan itu. Ia telah menceritakan segala sesuatu tentang penyerangan dan perampokan itu; dan kemudian, setelah menuntut satu perjanjian bahwa dia tidak akan dibunuh ataupun diserahkan kembali kepada majikannya, ia setuju memimpin tentara Daud pergi ke perkemahan musuh itu. SRNJ2 352.3
Apabila mereka mendekati perkemahan itu satu suasana pesta yang meriah tampak kepada mereka. Bala tentara yang menang itu sedang mengadakan pesta kemenangannya. “Tampaklah orang itu berpencarpencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum dan mengadakan perayaan karena jarahan yang besar, yang telah dirampas mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorang pun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta.” Firman Allah telah digenapi. “Daud melepaskan semua yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua istrinya dapat dilepaskan Daud. Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali.” SRNJ2 352.4
Pada waktu Daud menyerang daerah bangsa Amalek itu, ia telah membunuh semua orang yang jatuh ke tangannya dengan pedang. Jikalau bukan karena campur tangan Allah maka orang Amalek itu akan membalasnya dengan membunuh semua orang di Ziklag. Mereka memu-tuskan untuk membiarkan para tawanan itu hidup, dengan tujuan untuk lebih menyemarakkan kemenangan mereka dengan membawa sejumlah besar tawanan, dan kemudian menjualnya sebagai budak-budak. Dengan demikian, dengan tidak disadari, mereka telah menggenapi maksud Tuhan, dengan tidak menyakiti para tawanan itu, untuk dikembalikan kepada suami dan bapa-bapa mereka. SRNJ2 353.1
Segala kuasa yang ada di dunia ini berada di bawah pengendalian satu Oknum yang tidak terbatas. Kepada raja yang paling berkuasa, kepada penjajah yang paling kejam, Ia berkata, “Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat.” Ayub 38:11. Kuasa Allah senantiasa dijalankan untuk melawan kaki tangan kejahatan; Ia selalu berjalan di antara manusia, bukan untuk membinasakan mereka, tetapi untuk memperbaiki dan memelihara mereka. SRNJ2 353.2
Dengan kesukaan yang amat besar si pemenang itu telah pulang menuju ke rumah. Setibanya di tempat di mana teman-teman mereka itu telah tertinggal di belakang, mereka yang bersifat mementingkan diri dan sukar dikendalikan dari antara keempat ratus orang tentara itu menganjurkan agar orang-orang yang tidak ambil bagian dalam peperangan itu tidak perlu mendapat bagian dari barang rampasan; bahwa cukuplah bagi mereka itu memperoleh kembali istri dan anak-anak mereka sendiri. Tetapi Daud tidak menyetujui cara pengaturan seperti ini. “Janganlah kamu, saudara-saudaraku,” katanya “berbuat demikian, dengan apa yang diberikan Tuhan kepada kita. . . . Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama.” Dengan demikian persoalan itu telah diselesaikan, dan setelah itu telah menjadi satu peraturan di antara orang Israel bahwa semua orang yang ada hubungannya dengan satu peperangan harus mendapat bagian dari barang rampasan yang sama banyaknya dengan mereka yang memang benar-benar terlibat langsung dalam peperangan. SRNJ2 353.3
Disamping telah berhasil merebut kembali segala sesuatu yang telah dibawa dari Ziklag, Daud dan pengikutnya telah merampas sejumlah besar kawanan kambing domba kepunyaan bangsa Amalek. Semuanya ini disebut “jarahan Daud”, dan setibanya kembali di Ziklag, ia telah mengirimkan dari antara barang jarahannya itu hadiah kepada tua-tua suku bangsanya sendiri yaitu Yehuda. Di dalam pembagian ini semua orang yang telah bersahabat dan telah menjadi pengikutnya bersama dengan dia pada waktu berada di atas gunung-gunung telah diingatnya, pada waktu ia telah dipaksa untuk melarikan diri dari satu tempat ke tempat yang lainnya untuk menyelamatkan diri. Kebaikan dan simpati mereka, yang amat berharga kepada buronan itu, dengan demikian telah dibalas. SRNJ2 354.1
Itu adalah hari yang ketiga sejak Daud dan tentaranya kembali ke Ziklag. Sementara mereka bekerja memperbaiki rumah-rumah mereka yang sudah rusak itu, dengan hati yang cemas mereka menunggu-nunggu berita tentang peperangan yang mereka tahu telah diadakan antara Israel dan Filistin. Tiba-tiba seorang pesuruh memasuki kota, “dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala.” Dengan segera ia dibawa menghadap Daud, di hadapannya ia telah sujud dengan sikap hormat, sambil mengakui Daud sebagai seorang pemimpin yang berkuasa, yang kepadanya ia ingin meminta belas kasihan. Dengan penuh kerinduan Daud bertanya-tanya tentang bagaimana peperangan itu telah berlangsung. Ia melaporkan tentang kematian dan kekalahan Saul, serta kematian Yonatan. Tetapi ia telah membesar-besarkan kenyataan yang sederhana itu. Merasa bahwa Daud tentunya menyimpan rasa permusuhan terhadap si penganiayanya yang tidak mengenal belas kasihan itu, orang asing ini berharap akan mendapat kehormatan bagi dirinya dengan mengatakan bahwa dia adalah orang yang telah membunuh Saul itu. Dengan disertai sikap yang congkak orang ini terus mencentakan bahwa pada waktu berlangsungnya peperangan itu, ia telah mendapati raja Israel itu terluka, dan tertekan oleh musuhnya, dan bahwa atas per- mintaannya sendiri pesuruh itu telah membunuhnya. Mahkota dari kepalanya dan gelang emas dari tangannya telah ia bawa kepada Daud. Dengan penuh keyakinan ia berharap bahwa kabar ini akan disambut dengan kegembiraan, dan bahwa satu upah yang besar akan diberikan kepadanya atas perbuatannya itu. SRNJ2 354.2
“Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang.” SRNJ2 355.1
Kekagetan yang pertama karena berita yang mengerikan itu berlalu, sekarang pikiran Daud tertuju kepada orang asing ini, dan kejahatan, yang menurut keterangannya sendiri telah ia lakukan. Pemimpin itu bertanya kepadanya, “Asalmu dari mana?” dan ia menjawab, “Aku ini anak perantau, orang Amalek. Kemudian berkatalah Daud kepadanya: Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi Tuhan?” Dua kali Daud telah berhasil menguasai Saul, tetapi pada waktu ia disuruh untuk membunuhnya, ia telah menolak mengangkat tangannya melawan dia yang telah diasingkan atas perintah Tuhan untuk memerintah orang Israel. Tetapi orang Amalek ini tidak merasa takut membanggakan bahwa ia telah membunuh raja Israel. Ia telah mendakwa dirinya sendiri atas kejahatan yang harus dihukum mati, dan dengan segera hukuman itu telah dilaksanakan. Daud berkata, “Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata. Aku telah membunuh orang yang diurapi Tuhan.” SRNJ2 355.2
Kedukaan Daud atas kematian Saul adalah sungguh-sungguh dan amat dalam, menunjukkan kemurahan hati dari satu sifat yang agung. Ia tidak bersuka-suka atas kebinasaan musuhnya itu. Halangan yang telah merintangi dia untuk mencapai takhta Israel sekarang telah disingkirkan, tetapi atas hal ini ia tidak gembira. Kematian telah meniadakan ingatan terhadap kejahatan dan kekejaman Saul, dan sekarang tidak ada satu pun di dalam sejarah hidupnya yang diingat kecuali sesuatu yang agung dan mulia. Nama Saul dihubungkan dengan nama Yonatan, yang persahabatannya begitu sejati dan tidak mementingkan diri. SRNJ2 355.3
Nyanyian, yang di dalamnya Daud telah mencetuskan perasaan hatinya telah menjadi satu harta bagi bangsanya, dan kepada umat Allah pada zaman mendatang! SRNJ2 356.1
“Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu!
Betapa gugur para pahlawan!
Janganlah kabarkan itu di Gad,
janganlah beritakan itu
di lorong-lorong Askelon, supaya jangan bersukacita
anak-anak perempuan orang-orang yang tidak bersunat!
Hai gununng-gunung di Gilboa!
jangan ada embun, jangan ada hujan di atas kamu,
hai padang-padang pembawa kematian!
Sebab di sanalah perisai para pahlawan dilumuri,
perisai Saul yang tidak diurapi dengan minyak....
Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah,
dalam hidup dan matinya tidak terpisah.
Mereka lebih cepat dari burung rajawali,
mereka lebih kuat dari singa.
Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul,
yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi,
yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu.
Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran!
Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.
Merasa susah aku karena engkau,
saudaraku Yonatan,
engkau sangat ramah kepadaku,
bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan.
Betapa gugur para pahlawan
dan musnah senjata-senjata perang!” 2 Samuel 1: 19-27.
SRNJ2 356.2