Para Nabi Dan Bapa, Vol. 1
kembal1 ke kanaan
Setelah menyeberangi sungai Yarden, “tibalah Yakub di Sikhem yaitu sebuah kota di tanah Kanaan.” Kejadian 33:18. Dengan demikian doa Yakub di Baitel, bahwa Allah akan membawa dia kembali dengan selamat ke negerinya sendiri, telah dikabulkan. Untuk sementara ia bermukim di lembah Sikhem. Di tempat inilah Ibrahim, lebih seratus tahun sebelumnya, telah mendirikan kemahnya dan mendirikan mezbahnya yang pertama di tanah Perjanjian itu. Di sini Yakub “telah membeli sebidang tanah, tempat di mana didirikannya kemahnya, dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dengan seratus keping perak. Maka di situlah didirikannya sebuah mezbah dan dinamainya akan dia: Allah Israel itulah Allah yang Mahakuasa adanya.” Kejadian 33:19, 20. Seperti halnya Ibrahim, Yakub telah mendirikan di samping kemahnya sebuah mezbah untuk Tuhan, dan mengumpulkan anggota keluarganya untuk mengadakan upacara korban pagi dan petang. Di tempat ini pulalah ia telah menggali sebuah sumur ke tempat mana, tujuh belas abad kemudian, telah datang Anak dan Juruselamat Yakub, dan di dekat sumur inilah Ia telah beristirahat pada waktu tengah hari, dan menceritakan kepada pendengar-pendengarNya yang keheran-heranan tentang “mata air hidup yang memancar kepada hidup yang kekal.” Yohanes 4:14. PB1 207.1
Tinggalnya Yakub dan anak-anaknya di Sikhem telah diakhiri dengan kekejaman dan pertumpahan darah. Anak perempuannya telah dibawa kepada kehinaan dan kesusahan, dua anak lelakinya telah terlibat dalam peristiwa pembunuhan, seluruh negeri telah dirusak dan dibantai, sebagai pembalasan terhadap perbuatan jahat yang dilakukan oleh seorang pemuda yang ceroboh. Awai segala sesuatu yang telah mengakibatkan peristiwaperistiwa yang amat mengerikan itu adalah tindakan anak perempuan Yakub, yang “pergi hendak melihat anak-anak perempuan negeri itu,“ dengan demikian telah berani untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak bertuhan. Ia yang mencari kepelesiran di antara mereka yang tidak takut akan Allah sedang menempatkan dirinya pada tempat setan dan sedang mengundang pencobaan-pencobaan. PB1 207.2
Kekejaman-kekejaman yang disertai tipu daya Simeon dan Lewi, telah membangkitkan kemarahan; tetapi di dalam tindakan mereka terhadap orang-orang Sikhem, mereka telah berbuat satu dosa yang besar. Dengan hati-hati mereka telah menyembunyikan maksud-maksud mereka dari Yakub, dan kabar tentang pembalasan mereka itu telah menggentarkan hati Yakub. Dengan rasa sakit hati atas tipu daya serta kekejaman anak-anaknya itu, ia hanya berkata: “Bahwa kamu telah mengharu-birukan daku dan membusukkan namaku di antara segala orang yang mendiami negeri ini, yaitu di antara orang Kanani dan di antara orang Ferizi; maka kita ini orang yang sedikit jua bilangannya, jikalau dikerahkan mereka itu kawankawannya hendak melawan kita, tak dapat tiada dialahkannya daku dan dibinasakannya aku serta segala isi rumahkupun.” Tetapi kesedihan serta rasa muaknya terhadap tindakan mereka yang telah menumpahkan darah itu, telah dinyatakan dalam kata-kata di mana, lima puluh tahun kemudian, ia mengingatkan kembali peristiwa tersebut, sementara terbaring di atas tempat tidurnya di Mesir menunggu kematian: “Bahwa Simeon dan Lewi itu adik beradik adanya, maka pedangnya itu perkakas pembunuhan. Nyawaku tiada masuk bicara mereka itu dan hatiku tiada setuju dengan mufakat mereka itu. . . . Terkutuklah kiranya amarahnya, sebab garangnya dan amuknya, karena itu bengis adanya.” Kejadian 49:5-7. PB1 208.1
Yakub merasa bahwa ada penyebab yang menjadikan dia merasa tertekan perasaan. Kekejaman dan tipu daya nyata sekali di dalam watak anak-anaknya. Di dalam tendanya ada dewa-dewa palsu, dan penyembahan berhala yang sedemikian jauh telah beroleh satu tempat berpijak sekalipun di dalam rumah tangganya. Haruskah Tuhan memperlakukan mereka sesuai dengan apa yang sepatutnya mereka terima, tidakkah Ia akan membiarkan mereka kepada pembalasan daripada bangsa-bangsa sekelilingnya? PB1 208.2
Sementara Yakub ditindih oleh kesulitan, Tuhan telah menyuruh dia untuk berangkat ke arah selatan yaitu ke Baitel. Pemikiran tentang tempat ini telah mengingatkan kepada Yakub bukan hanya akan khayalnya tentang malaikat-malaikat serta janji-janji rahmat Allah saja, tetapi juga sumpah yang telah diadakannya di sana, bahwa Tuhan itu akan menjadi Aliahnya, la bertekad bahwa sebelum pergi ke tempat yang suci ini, rumah tangganya harus dibebaskan dari noda-noda penyembahan berhala. Oleh sebab itu ia memerintahkan kepada semua orang yang ada di tendanya, “Buanglah segala berhala orang helat yang ada di antara kamu, dan sucikanlah dirimu dan tukarlah segala pakaianmu. Marilah kita berjalan mudik ke Baitel, karena aku hendak memperbuat sebuah mezbah di sana bagi Allah, yang telah mendengar akan suaraku pada masa kesukaranku dan yang menyertai akan daku pada jalan yang telah kujalani itu.” PB1 208.3
Dengan penuh emosi Yakub mengulangi kembali cerita tentang kunjungannya yang pertama ke Baitel, pada waktu ia meninggalkan rumah bapanya sebagai seorang pengembara yang kesunyian untuk menyelamatkan dirinya, dan bagaimana Tuhan telah kelihatan kepadanya di dalam khayal pada waktu malam. Sementara ia mengulangi kembali perbuatan Allah yang ajaib kepadanya, hatinya sendiri dilembutkan, anak-anaknya juga terjamah oleh kuasa yang menaklukkan hati mereka; ia telah menyediakan satu jalan yang sangat baik untuk menyediakan mereka untuk ikut serta dalam perbaktian kepada Allah bilamana mereka telah tiba di Baitel. “Maka diberikanlah oleh mereka itu kepada Yakub segala berhala orang helat yang didapatinya dan segala anting-anting yang ada pada telinganya, maka oleh Yakub disembunyikannya sekaliannya itu di dalam tanah di bawah pohon jati, yang di dekat negeri Sikhem.” PB1 209.1
Allah telah mendatangkan satu perasaan takut kepada penduduk negeri itu, sehingga mereka tidak berani mengadakan pembalasan terhadap pembantaian di Sikhem. Mereka tiba di Baitel tanpa mendapat gangguan apa-apa. Di tempat ini kembali Tuhan menampakkan Diri kepada Yakub dan memperbaharui kepadanya akan perjanjian-perjanjian itu. “Dan Yakub mendirikan mezbah di tempat mana Ia telah berkata-kata dengan dia, yaitu sebuah mezbah dari batu.” PB1 209.2
Di Baitel, Yakub telah berkabung atas kematian seorang yang sudah lama menjadi sebagai anggota keluarga bapanya yang amat dihormati—yaitu pengasuh Ribkah, Deborah, yang telah menemani majikannya dari Mesopotamia sampai ke tanah Kanaan. Kehadiran wanita tua ini bagi Yakub merupakan satu tali yang mengikat dirinya kepada masa kanak-kanaknya, dan terutama sekali kepada ibunya yang kasihnya terhadap dirinya amat dalam. Deborah dikuburkan dengan disertai kesedihan yang amat dalam sehingga pohon kayu jati di bawah mana ia dikuburkan, dinamai “Jati tangisan.” Hal itu tidak dibiarkan lalu begitu saja tanpa mendapat perhatian sehingga kenangan hidupnya yang penuh pelayanan yang setia, dan per-kabungan yang terjadi dalam rumah tangga ini telah dianggap layak untuk dicatat dalam firman Allah. PB1 209.3
Dari Baitel ke Hebron hanyalah dua hari perjalanan, tetapi perjalanan ini telah mendatangkan rasa duka yang dalam kepada Yakub dengan matinya Rakhel. Dua kali tujuh tahun pelayanan telah diberikan oleh Yakub demi untuknya, dan kasihnya itu telah menjadikan pekerjaannya itu terasa ringan. PB1 209.4
Betapa dalam dan teguhnya kasihnya itu, telah dinyatakan bilamana sesudah peristiwa itu, apabila Yakub terbaring menunggu kematian di Mesir, dan Yusuf datang untuk menjenguk bapanya, dan Yakub yang sudah tua itu, menoleh kembali kepada hidupnya di masa yang silam, telah berkata: “Adapun tatkala aku datang dari Padan matilah Rakhel pada sisiku di tanah Kanaan pada jalan, hingga sekerat jalan lagi jauhnya sampai keEferata,maka kukuburkanlah ia di sana pada jalan ke Eferata, yaitu Bethlehem.” Di dalam sejarah hidupnya yang lama dan penuh dengan kesusahan itu sehubungan dengan keluarganya, hanya peristiwa tentang kematian Rakhel inilah yang diingatnya. Sebelum kematiannya, Rakhel telah melahirkan anaknya yang kedua. Di saat-saat kematian merenggut hidupnya, ia telah menamai anaknya itu Bin-oni, “Anak kesedihanku.” Tetapi bapanya menamai dia Benyamin, “anak tangan kananku,” atau “kekuatanku”. Rakhel telah dikuburkan di tempat di mana ia telah mati, dan satu tanda peringatan telah didirikan di tempat itu untuk mengabadikan kenangan tentang dirinya. PB1 210.1
Dalam perjalanannya ke Eferata, perbuatan jahat lainnya telah menodai keluarga Yakub, yang telah menyebabkan Ruben, anak sulungnya, telah kehilangan kesempatan-kesempatan serta kehormatan-kehormatan daripada hak kesulungannya. PB1 210.2
Akhirnya Yakub telah tiba di ujung perjalanannya, “kepada Ishak, bapanya, di Mamre . . . yaitu Hebron, tempat Ibrahim dan Ishak menumpang seperti orang dagang adanya.” Di tempat ini ia telah bermukim selama tahun-tahun terakhir dari kehidupan bapanya. Kepada Ishak, yang lemah dan buta itu, perhatian yang sangat baik daripada anaknya yang pernah lama hilang daripadanya itu, merupakan satu penghiburan selama tahun-tahun yang sunyi dan penuh dengan duka itu. PB1 210.3
Yakub dan Esau bertemu di samping tempat tidur bapanya menjelang saat-saat kematiannya. Dulu kakaknya ini pernah menunggu-nunggu peristiwa itu sebagai satu kesempatan untuk membalas dendam, tetapi sudah sejak lama perasaannya itu berubah. Dan Yakub, merasa puas dengan berkatberkat rohani daripada hak kesulungan itu, telah menyerahkan kepada kakaknya pusaka kekayaan bapanya—satu-satunya warisan yang dicari dan bernilai kepada Esau. Mereka tidak lagi bermusuhan oleh karena cemburu atau dengki, namun demikian mereka telah berpisah, Esau telah berpindah ke gunung Seir. Allah, yang berkelimpahan dalam berkat, telah memberikan kepada Yakub kekayaan duniawi sebagai tambahan kepada kebajikan yang lebih luhur yang telah dicarinya. Harta benda kedua ber-saudara ini “terlalu banyak, sehingga tiada dapat mereka itu tinggal bersama-sama, dan tanah tempat mereka itu menumpang seperti orang dagang itu tiada dapat menampung mereka itu oleh sebab banyak binatang- binatangnya.” Perpisahan ini sesuai dengan maksud ilahi sehubungan dengan Yakub. Olehkarena kedua bersaudara ini amat berbeda sehubungan dengan iman keagamaan mereka, maka lebih baiklah bagi mereka hidup terpisah. PB1 210.4
Esau dan Yakub telah sama-sama dididik dalam pengetahuan akan Allah, dan kedua-duanya bebas untuk berjalan sesuai dengan hukum-hukumNya, dan untuk diperkenankan oleh Tuhan; tetapi tidak dua-duanya dari mereka itu telah memilih untuk berbuat hal tersebut. Kedua bersaudara ini telah mengikuti dua jalan yang berbeda, dan jalan mereka tempuh itu akan terus terpisah lebih jauh. PB1 211.1
Tidak ada pilihan yang sewenang-wenang di pihak Allah, oleh mana Esau telah ditutup dari berkat-berkat keselamatan. Pemberian-pemberian daripada anugerahNya melalui Kristus adalah bebas untuk semua orang. Tidak ada pilih kasih di pihak Tuhan kecuali pilihan diri sendiri oleh mana seorang bisa jadi binasa. Allah telah menetapkan dalam sabdaNya syaratsyarat oleh mana setiap jiwa akan dipilih kepada hidup kekal—yaitu penurutan kepada hukum-hukumNya, melalui iman di dalam Kristus. Allah telah memilih satu tabiat yang selaras dengan hukumNya, dan seseorang yang sesuai dengan ukuran daripada tuntutanNya itu akan mendapat izin masuk ke dalam kerajaan kemuliaan itu. Kristus sendiri telah berkata, “Barang siapa yang percaya akan Anak itu, ia beroleh hidup yang kekal; tetapi barang siapa yang mendurhaka kepada Anak itu, iapun tiada akan nampak hidup yang kekal, melainkan murka Allah akan tinggal di atasnya.” Yohanes 3:36. “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru Aku, Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga; hanyalah orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di dalam sorga.” Matius 7:21. Dan di dalam buku Wahyu ia menyatakan, “Berbahagialah segala orang yang menurut hukumhukumNya, sehingga mereka berhak menghampiri pohon hayat itu, dan masuk ke dalam negeri itu daripada pintu gerbangnya.” Wahyu 22:14. Sehubungan dengan keselamatan yang terakhir daripada umat manusia, inilah satu-satunya pilihan yang dikemukakan di dalam firman Allah. PB1 211.2
Setiap jiwa dipilih yaitu yang mengusahakan keselamatannya dengan rasa takut dan gemetar. la yang dipilih yaitu yang akan memakai senjata, dan mengadakan peperangan iman dengan sebaik-baiknya. Ia yang dipilih yaitu yang berjaga-jaga dalam doa, yang menyelidiki Alkitab dan lari dari pencobaan. Ia yang dipilih, yaitu yang akan memegang terus akan iman itu, dan yang menurut kepada setiap kata yang keluar dari mulut Allah. Persediaan-persediaan dari penebusan itu adalah bebas untuk semua orang; hasil-hasil daripada penebusan itu akan dinikmati oleh mereka yang hidup sesuai dengan syarat-syaratnya. PB1 211.3
Esau telah meremehkan berkat-berkat perjanjian itu. Ia telah menghargai perkara-perkara yang fana lebih daripada perkara-perkara yang rohani, dan ia telah menerima apa yang dikehendakinya. Adalah oleh pilihannya yang sengaja bahwa ia telah dipisahkan dari umat Allah. Yakub telah memilih warisan daripada iman. Ia telah mengusahakannya melalui tipu daya dan kepalsuan; tetapi Allah telah mengizinkan dosanya itu melaksanakan hukumannya. Namun demikian sepanjang pengalaman-pengaiaman pahitnya pada tahun-tahun terakhir dari hidupnya itu, Yakub tidak pernah menyimpang dari maksudnya atau meninggalkan pilihannya. Ia telah belajar bahwa dengan mengandalkan akal dan tipu daya manusia untuk memperoleh berkat-berkat itu, ia telah berperang melawan Allah. Semenjak malam pergumulan di tepi sungai Yabok, Yakub telah muncul sebagai seorang manusia yang berbeda. Percaya kepada diri sendiri telah dibuangkannya. Oleh sebab itu sifat licik pada masa mudanya tidak lagi kelihatan dalam dirinya. Gantinya tipu daya, kehidupannya ditandai oleh kesederhanaan dan kebenaran. Ia telah mendapat pelajaran tentang bergantung ke Tangan Yang Mahakuasa, dan di tengah-tengah ujian serta kesukaran ia berserah kepada kehendak Allah. Unsur-unsur daripada tabiatnya yang keji itu telah musnah di dalam dapur api, emas murni telah diolah, hingga iman Ibrahim dan Ishak itu nyata jelas di dalam diri Yakub. PB1 211.4
Dosa Yakub dan rentetan peristiwa-peristiwa yang mengikutinya, telah menimbulkan satu pengaruh yang jahat—satu pengaruh yang menyatakan buah-buahnya yang pahit di dalam sifat dan hidup anak-anaknya. Apabila anak-anaknya itu menjadi dewasa, mereka memperkembangkan sifat-sifatnya yang salah. Akibat-akibat daripada poligami nyata di dalam rumah tangga mereka. Kejahatan yang mengerikan itu cenderung untuk mengeringkan mata air kasih, dan pengaruh-pengaruhnya melemahkan ikatan-ikatan yang paling suci. Kecemburuan dari beberapa ibu telah menggetirkan hubungan kekeluargaan, anak-anak telah bertumbuh dalam sikap pelawan, dan tidak tahan dengan pengawasan dan kehidupan bapa-bapa, telah digelapkan oleh kecemasan dan duka. PB1 212.1
Namun demikian, ada seorang yang sifatnya berbeda—anak sulung Rakhel, Yusuf, yang ketampanan wajahnya itu seolah-olah merupakan pantulan daripada keindahan pikiran dan hatinya. Suci, giat serta periang, anak ini memberikan bukti akan adanya kesungguh-sungguhan serta keteguhan moral. Ia memperhatikan petunjuk-petunjuk bapanya dan senang untuk menurut Allah. Sifat-sifat yang di kemudian hari membedakan dia di Mesir—kelemah-lembutan, ketulusan dan kejujuran—sudah terlihat jelas di dalam hidupnya setiap hari. Olehkarena ibunya sudah mati, kasihnya berpegang lebih erat kepada bapanya, dan hati Yakub terikat kepada anak ini, yang dilahirkan pada masa tuanya. la “mengasihi Yusuf lebih daripada anak-anaknya yang lain.” PB1 212.2
Tetapi kasih inipun menjadi penyebab kesulitan dan duka. Dengan tidak bijaksana Yakub telah menunjukkan pilih kasih terhadap Yusuf, dan hal ini telah membangkitkan cemburu di hati anak-anaknya yang lain. Apabila Yusuf menyaksikan tingkah laku yang jahat daripada saudara-saudaranya itu, ia merasa susah sekali; ia memberanikan diri untuk dengan lemah lembut menegur mereka, tetapi ini hanya membangkitkan kemarahan serta kebencian mereka. Ia tidak tahan melihat mereka berbuat dosa terhadap Allah, dan ia menghadapkan persoalan ini kepada bapanya, dengan pengharapan bahwa wewenangnya akan dapat menuntun mereka kepada satu pembaharuan. PB1 213.1
Dengan hati-hati Yakub berusaha mencegah timbulnya kemarahan mereka olehkarena kekasaran atau kekerasan. Dengan penuh emosi ia menyatakan simpatinya kepada anak-anaknya, dan membujuk mereka agar menunjukkan sikap hormat terhadap rambutnya yang sudah memutih itu, dan jangan mempermalukan namanya, dan di atas segalanya agar jangan menghinakan Tunan oleh pelanggaran terhadap peraturan-peraturanNya. Mereka malu olehkarena kejahatan mereka telah diketahui; anak-anak muda itu kelihatannya telah bertobat, tetapi mereka hanya menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya, yang telah menjadi lebih benci lagi olehkarena sudah ketahuan. PB1 213.2
Pemberian bapanya yang tidak bijaksana kepada Yusuf, yaitu sebuah jubah yang mahal yang biasa dipakai oleh orang-orang tertentu saja, bagi mereka merupakan satu bukti yang lain akan sikap pilih kasihnya, dan telah membangkitkan satu kecurigaan bahwa ia telah sengaja melewatkan begitu saja akan anak-anaknya yang lebih tua, untuk memberikan hak kesulungan kepada anak Rakhel itu. Rasa dengki mereka menjadi lebih dalam lagi apabila anak ini pada suatu hari menceritakan kepada mereka tentang satu mimpi yang telah dialaminya. Ia berkata, “Bahwa adalah kita di ladang tengah mengikat gandum bergemal-gemal, maka sesungguhnya gemalku itu berbangkitlah lalu berdiri, maka gemal-gemal kamupun datanglah berkeliling serta menundukkan dirinya kepada gemalku.” PB1 213.3
“Masakan engkau menjadi raja kami, masakan engkau memerintahkan kami?” kata saudara-saudaranya dengan nada marah dan iri hati. PB1 213.4
Tidak lama setelah itu ia mendapat salu mimpi yang lain, yang bersamaan sifatnya, yang kemudian ia ceritakan: “Bahwa matahari dan bulan dan sebelas buah bintang telah menundukkan dirinya kepadaku.” Mimpi ini dengan cepat ditafsirkan seperti mimpi yang pertama itu. Bapanya yang hadir di tempat itu, memberikan tempelakannya: “Apakah macam mimpi yang telah kau mimpikan itu? Masakan kami sekalian, yaitu aku serta ibumu dan segala saudaramu, akan datang menundukkan diri kami kepadamu sampai ke bumi?” Sekalipun kata-katanya yang kedengarannya keras itu, Yakub percaya bahwa Tuhan sedang menyatakan masa depan kepada Yusuf. PB1 213.5
Apabila anak itu berdiri di hadapan saudara-saudaranya, wajahnya yang tampan itu bercahaya oleh Roh llham, mereka tidak dapat menahan rasa kagum mereka; tetapi mereka tidak mau meninggalkan jalan-jalan mereka yang jahat, dan mereka membenci kesucian yang telah menempelak dosa-dosa mereka. Roh yang sama yang telah menguasai Kain berkobarkobar di dalam hati mereka. PB1 214.1
Saudara-saudaranya itu mempunyai tugas untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, untuk mencari padang rumput bagi kawanan domba mereka, dan sering mereka bersama-sama meninggalkan rumah untuk berbulan-bulan lamanya. Setelah peristiwa-peristiwa yang baru saja diceritakan tadi, mereka pergi ke tempat yang telah dibeli oleh bapanya di Sikhem. Beberapa waktu berlalu tanpa kabar dari mereka, dan bapa mulai merasa khawatir akan keselamatan mereka, disebabkan olehkarena perbuatan mereka yang kejam dulu terhadap orang-orang Sikhem. Oleh sebab itu ia telah menyuruh Yusuf untuk mencari mereka dan mengirimkan kabar tentang keselamatan mereka. Kalau saja Yakub telah mengetahui perasaan yang sebenarnya daripada anak-anaknya itu terhadap Yusuf, maka ia tidak akan mempercayakan dia seorang diri bersama dengan mereka; tetapi hal ini telah disembunyikan oleh mereka dengan hati-hati. PB1 214.2
Dengan hati yang gembira, Yusuf meninggalkan bapanya, baik bapanya yang tua itu, ataupun anaknya tidak pernah memimpikan apa yang akan terjadi sebelum mereka dapat bertemu lagi. Apabila, setelah perjalanannya yang jauh serta sunyi itu, Yusuf tiba di Sikhem, saudara-saudaranya dan kawanan dombanya tidak didapatinya. Setelah bertanya-tanya tentang mereka, ia disuruh pergi ke Dothan. Ia telah berjalan lebih dari lima puluh mil dan sekarang satu jarak tambahan sejauh lima belas mil terbentang di hadapannya, tetapi ia bergegas-gegas melanjutkan perjalanannya, sambil melupakan rasa lelahnya dengan pemikiran bahwa ia akan meringankan kekhawatiran bapanya, dan akan bertemu dengan saudara-saudaranya yang ia kasihi sekalipun mereka itu tidak menyukai dia. PB1 214.3
Saudara-saudaranya melihat dia datang; tetapi tidak ada pemikiran bahwa ia sudah menempuh jarak yang jauh untuk bertemu dengan mereka, bahwa ia sudah letih dan lapar, bahwa ia memerlukan keramah-tamahan mereka dan kasih persaudaraan, sehingga rasa dengki tetap ada di dalam hati mereka itu. Bilamana melihat jubahnya, tanda kasih daripada bapa mereka, hati mereka dipenuhi oleh rasa marah. “Lihat, tukang mimpi itu datang,“ teriak mereka sambil mengejek. Iri hati dan rasa dendam, yang sudah lama disimpan, sekarang menguasai mereka. Mereka berkata, “Sebab itu marilah sekarang, kita bunuh dia serta membuangkan dia ke dalam salah satu perigi ini, lalu hendak kita katakan kelak, bahwa ia telah dimakan oleh seekor binatang yang buas; kemudian boleh kita lihat apakah jadinya dengan mimpinya itu. PB1 214.4
Mereka pasti melaksanakan niatnya itu kalau saja bukan karena Ruben. la tidak berani melibatkan diri dalam pembunuhan terhadap saudaranya, dan ia mengusulkan agar Yusuf dibuang hidup-hidup ke dalam sumur dan membiarkan ia mati di sana; namun demikian, dengan diam-diam ia bermaksud untuk menyelamatkan dia dan mengembalikannya kepada bapanya. Setelah berhasil membujuk mereka semua untuk menyetujui usulnya itu, Ruben meninggalkan rombongan saudara-saudaranya itu, takut jangan-jangan ia tidak dapat mengendalikan perasaannya sehingga maksud yang sebenarnya akan ketahuan. PB1 215.1
Yusuf datang mendekati, tidak merasa curiga akan adanya bahaya dan merasa gembira karena tujuan pencahariannya yang lama itu sekarang telah diperoleh; tetapi gantinya disambut dengan salam hormat, ia telah digentarkan oleh pandangan yang penuh kemarahan dan rasa dendam saudara-saudaranya. Ia ditangkap, dan jubahnya ditanggalkan daripadanya. Cemoohan serta ancaman menyatakan adanya satu maksud yang membawa maut. Permohonannya tidak dihiraukan. Ia benar-benar berada di dalam kekuasaan orang-orang yang sudah menjadi gila. Sambil menyeret dia dengan kasar ke sebuah sumur yang dalam, mereka kemudian melemparkan dia ke dalam, dan setelah memastikan bahwa tidak ada kemungkinan baginya untuk melepaskan diri, mereka membiarkan dia di sana agar mati kelaparan sementara mereka “duduk dan makan roti.” PB1 215.2
Tetapi beberapa di antara mereka belum merasa senang; mereka tidak merasakan kepuasan seperti yang mereka harapkan dalam pembalasan mereka ini. Tidak lama setelah itu ada serombongan orang yang berjalan mendekati mereka. Itu adalah kafilah bangsa Ismail dari sungai Yarden, dalam perjalanan menuju ke Mesir dengan membawa rempah-rempah dan barang dagangan lainnya. Sekarang Yehuda menganjurkan untuk menjual saudara mereka itu kepada pedagang-pedagang kapir tersebut gantinya membiarkan dia mati. Sementara Yusuf disingkirkan dan tidak lagi akan menghalangi jalan mereka, mereka tetap bersih daripada darahnya; “karena,” katanya, “ialah adik kita dan sedaging sedarah dengan kita.” Atas usul ini, semuanya sepakat dan dengan cepat Yusuf ditarik ke luar dari sumur itu. PB1 215.3
Apabila ia melihat saudagar-saudagar itu, satu hal yang amat mengerikan terbayang dalam pikirannya. Menjadi seorang budak adalah satu nasib yang lebih ditakuti daripada kematian. Di dalam kegentarannya itu ia membujuk saudaranya satu demi satu tetapi sia-sia. Beberapa dari antara mereka tergerak oleh rasa belas kasihan tetapi perasaan takut diolok-olok telah membuat mereka tetap bungkam; semua merasa bahwa sekarang mereka telah pergi terlalu jauh untuk kembali. Jikalau Yusuf dilepaskan tentu dia akan mengadu kepada bapa mereka, yang tentunya tidak akan tinggal diam atas kekejaman mereka terhadap anak kesayangannya itu. Dengan mengeraskan hati terhadap bujukan, mereka telah menyerahkan dia ke dalam tangan pedagang-pedagang kapir itu. Kafilah berlalu dan segera menghilang dari pandangan. PB1 215.4
Ruben kembali ke sumur itu, tetapi Yusuf tidak ada lagi di sana. Dalam keadaan panik dan menyesali diri, ia telah merobek jubahnya dan pergi mencari saudara-saudaranya sambil berseru, “Budak itu tiada, maka aku ini, ke manakah aku hendak pergi?” Setelah mengetahui apa yang telah menjadi nasib Yusuf, dan sekarang mustahil untuk memperoleh dia kembali, Ruben terbujuk untuk bersepakat dengan saudara-saudaranya itu untuk menyembunyikan kesalahan mereka. Setelah menyembelih seekor anak kambing, mereka celupkan jubah Yusuf ke dalam darahnya, dan membawa jubah tersebut kepada bapa mereka, sambil menceritakan kepadanya bahwa mereka telah menemukannya di padang dan merasa khawatir jangan-jangan itu adalah jubah adik mereka. Mereka berkata, “Sekarang periksalah kalau-kalau ini jubah anakmu atau bukan.” Mereka telah menunggu-nunggu peristiwa ini dengan rasa gentar, tetapi mereka tidak bersedia untuk kesedihan yang menyayat hati, kedukaan yang dalam yang harus mereka saksikan. Yakub berkata, “Ia ini jubah anakku, niscaya ia dimakan oleh seekor binatang yang buas; tiada syak lagi Yusuf sudah dicarik-carik.” Anak-anaknya berusaha untuk menghibur dia tetapi sia-sia. Ia “mengoyakkan pakaiannya dan dipakainya kain kembali pada pinggangnya serta berkabunglah ia karena anaknya beberapa hari lamanya.” Berlalunya waktu seakan-akan tidak memberikan keringanan kepada kedukaannya itu, “Bahwa karena anakku ini aku berkabung sampai ke kubur,” katanya sambil menangis tersedu-sedu. Anak-anak muda itu merasa gentar atas apa yang telah mereka perbuat, tetapi karena takut akan amarah bapa mereka, mereka tetap menyembunyikan dalam hati mereka akan kesalahan yang bagi mereka sendiri merupakan kesalahan yang amat besar. PB1 216.1