Para Nabi Dan Bapa, Vol. 1
Laknat Atas Mesir
Pasal ini dialaskan atas Keluaran 5-10.
Harun, setelah menerima petunjuk dari malaikat-malaikat, berangkat untuk menemui saudaranya, yang telah lama berpisah dengannya; dan mereka bertemu di tengah-tengah padang pasir yang sunyi di dekat Horeb. Di sini mereka berunding bersama-sama, dan Musa menceritakan kepada Harun “segala firman Tuhan yang telah menyuruhkan dia, dan segala mujizat yang disuruh Tuhan perbuat.” Mereka berangkat bersama-sama ke Mesir, dan setibanya di tanah Gosyen mereka terus menghimpun pemimpin-pemimpin Israel. Harun mengulangi kepada mereka segala percakapan Tuhan dengan Musa, dan kemudian tanda-tanda yang telah diberikan Allah kepada Musa ditunjukkan di hadapan orang banyak. “Maka percayalah bangsa itu apabila didengarnya bahwa dikunjungi Tuhan akan bani Israel serta dilihat Tuhan akan sengsara mereka itu, maka mereka itupun menundukkan kepalanya lalu meminta doa.” PB1 266.1
Kepada Musa juga telah dipercayakan satu pekabaran bagi raja. Kedua bersaudara itu memasuki istana Firaun sebagai duta-duta dari Raja di atas segala raja, dan mereka berkata-kata di dalam namaNya: “Demikianlah firman Tuhan, Allah Israel: Berilah segala umatKu itu pergi, supaya dibuat oleh mereka itu suatu hari raya bagiku di padang Tiah.” PB1 266.2
“Siapakah Tuhan, yang patut aku menurut katanya serta membiarkan orang Israel pergi?” tanya raja itu: “Tiada aku tahu akan Tuhan itu dan lagi tiada aku memberi orang Israel itu pergi.” PB1 266.3
Jawab mereka, “Bahwa Allah orang Ibrani telah bertemu dengan patik, maka sebab itu beri apalah patik sekalian pergi barang tiga hari perjalanan jauhnya ke dalam padang Tiah dan mempersembahkan korban di sana kepada Tuhan, Allah patik, supaya jangan Ia datang atas patik dengan bala sampar atau dengan bala pedang.” PB1 266.4
Kabar-kabar tentang mereka dan perhatian yang telah mereka timbulkan di antara orang banyak telah sampai di telinga raja. Kemarahannya berkobar-kobar. “Hai Musa dan Harun! mengapa kamu menahankan bangsa ini daripada pekerjaannya? Pergilah kamu kepada tanggunganmu,” katanya. Sudah cukup kerajaan ini menderita kerugian dengan campur tangannya orang-orang asing ini. Dengan pemikiran ini ia menambahkan, “Bahwa bangsa itu sudah terlalu banyak dalam negeri ini, maka bolehkah kamu memperhentikan mereka itu daripada pekerjaannya?” PB1 267.1
Di dalam masa perbudakan mereka, orang-orang Israel sedikit banyak telah kehilangan pengetahuan akan hukum Allah, dan mereka telah menyimpang dari peraturan-peraturannya. Pada umumnya hari Sabat telah diabaikan, dan kebengisan mandor-mandor mereka itu kelihatannya tidak memungkinkan mereka memelihara hari itu. Tetapi Musa telah menunjukkan kepada bangsanya bahwa penurutan kepada Allah adalah merupakan syarat pertama bagi kelepasan mereka; dan usaha-usaha yang telah diadakan untuk memulihkan kembali pemeliharaan hari Sabat itu telah menarik perhatian orang-orang yang menjajah mereka. PB1 267.2
Raja dengan diliputi kemarahan menyangka bahwa orang-orang Israel bermaksud memberontak, dan mau membebaskan diri dari perhambaan. Ketidak-setiaan ini adalah merupakan akibat daripada kemalasan, raja mengusahakan agar jangan diberi kesempatan bagi mereka untuk mengadakan rencana-rencana yang membahayakan. Dan dengan segera ia mengadakan cara-cara untuk membuat pekerjaan mereka lebih ketat, dan menghancurkan semangat mereka untuk memperoleh kemerdekaan. Pada hari yang sama itu juga perintah-perintah dikeluarkan yang menyebabkan beban kerja mereka itu lebih berat dan lebih menekan. Bahan-bahan bangunan yang paling umum digunakan di negeri itu adalah batu-batu bata yang dikeringkan oleh sinar matahari; dinding-dinding bangunan yang paling megah terbuat dari bahan ini, dan kemudian dilapisi dengan batu-batu; dan untuk pembuatan bata ini diperlukan banyak sekali tenaga kerja. Jerami-jerami yang dipotong dan kemudian dicampur dengan tanah liat agar dapat mengikatnya dengan kuat, amat diperlukan untuk pekerjaan tersebut; sekarang raja memerintahkan agar supaya jerami-jerami tersebut jangan lagi disediakan; pekerja-pekerja itu harus pergi mencarinya sendiri, dan sementara itu jumlah batu bata yang sama harus dihasilkan. PB1 267.3
Perintah ini menimbulkan kesulitan yang besar di antara orang-orang Israel di seluruh negeri itu. Mandor-mandor orang Mesir itu mengangkat pengawas-pengawas dari orang Israel untuk mengawasi pekerjaan orang banyak, dan pengawas-pengawas ini bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang berada di bawah pimpinannya. Apabila tuntutan raja itu dijalankan dalam kekerasan, orang banyak itu berpencar-pencar ke seluruh negeri untuk mengumpulkan tunggui jerami gantinya jerami; tetapi mereka dapati bahwa mustahil untuk dapat menghasilkan jumlah yang sama seperti biasanya. Karena kegagalan ini pengawas-pengawas orang Ibrani itu dengan kejamnya telah disiksa. PB1 267.4
Pengawas-pengawas ini menyangka bahwa tekanan-tekanan terhadap diri mereka itu datang dari mandor-mandor, dan bukan dari raja itu sendiri; dan merekapun pergi menghadap raja dengan segala keluhan mereka. Pengaduan mereka itu dijawab oleh Firaun dengan satu kecaman: “Bahwa kamu berjalan dengan lekamu, bahkan, dengan lekamu, sebab itu sembahmu demikian: Lepaskan patik pergi, supaya patik membawa korban kepada Tuhan!” Mereka disuruh kembali kepada pekerjaan mereka, dengan satu pengumuman bahwa beban mereka sama sekali tidak akan dijadikan lebih ringan. Sekembalinya ke tempat kerja, mereka menemui Musa dan Harun, dan berseru-seru kepada mereka, “Bahwa ditilik Tuhan kiranya akan kamu dan dihukumnya, sebab telah kamu membusukkan nama kami di hadapan Firaun dan di hadapan segala pegawainya, seolah-olah kamu memberikan sebilah pedang pada tangannya akan membunuh kami.” PB1 268.1
Apabila Musa mendengarkan kecaman-kecaman ini, ia sungguh-sungguh merasa susah hati. Penderitaan orang banyak semakin bertambah-tambah. Di mana-mana di seluruh negeri itu satu teriakan putus asa tercetus dari orang-orang tua dan muda, dan mereka semua bersatu dalam menuduh Musa sebagai penyebab perubahan yang kejam sehubungan dengan keadaan mereka itu. Di dalam kegetiran jiwanya itu, Musa datang menghampiri Allah sambil berseru, “Ya Tuhan, mengapa maka Tuhan mendatangkan jahat atas bangsa ini? Mengapa juga Tuhan menyuruhkan hamba? Karena semenjak hamba masuk ke dalam serta menghadap Firaun akan menyampaikan kepadanya firmanmu, dilakukannya jahat atas bangsa ini, maka umatmu sekali-kali tiada Tuhan lepaskan.” Tuhan menjawab, “Sekarang engkau boleh melihat barang yang hendak kulakukan atas Firaun, karena oleh tangan yang kuasa dilepaskannya kelak mereka itu pergi: bahkan oleh tangan yang kuasa kelak dihalaukannya mereka itu dari dalam negeri.” Sekali lagi kepadanya ditunjukkan perjanjian Allah yang diadakan dengan leluhurnya, dan kepadanya diberikan jaminan bahwa janji itu akan digenapkan. PB1 268.2
Selama masa perbudakan Israel di Mesir, di antara orang-orang Israel itu ada beberapa orang yang tetap bertaut kepada penyembahan akan Allah. Mereka ini merasa susah apabila mereka melihat setiap hari anak-anak mereka menyaksikan kekejian orang-orang kapir, bahkan ikut-ikutan menyembah kepada dewa-dewa palsu mereka itu. Di dalam kesusahan itu mereka berseru kepada Tuhan, dan meminta kelepasan dari penjajahan Mesir agar mereka dibebaskan dari pengaruh-pengaruh jahat daripada penyembahan berhala. Mereka tidak menyembunyikan iman mereka melainkan menyatakan kepada orang-orang Mesir bahwa tujuan perbaktian mereka itu adalah Khalik langit dan bumi, satu-satunya Allah yang hidup dan benar. Mereka mengulangi kembali bukti-bukti akan adanya serta kuasa Allah, dari masa penciptaan dunia sampai kepada masa Yakub. Dengan demikian orang-orang Mesir mempunyai kesempatan untuk mengenal agama orang Ibrani; tetapi sambil menolak diberi petunjuk-petunjuk oleh budak-budak itu, mereka berusaha memperdayakan penyembah-penyembah Allah itu dengan janji akan diberi upah, dan apabila cara seperti itu tidak berhasil, mereka mencobanya dengan tindakan-tindakan kejam serta ancaman-ancaman. PB1 268.3
Pemimpin-pemimpin Israel berusaha menguatkan iman saudara-saudara mereka yang telah mulai pudar itu dengan mengulangi kembali janji-janji yang telah diadakan kepada leluhur mereka, dan juga kata-kata nubuat dari Yusuf sebelum kematiannya, yang meramalkan tentang kelepasan mereka dari Mesir. Beberapa dari antara mereka mau mendengarkannya dan percaya. Yang lain, dengan melihat keadaan yang mengelilingi mereka, tidak mau menerima pengharapan tersebut. Orang-orang Mesir, setelah mendengar apa yang sedang sibuk dibicarakan di antara budak-budak itu, mengolok-olok pengharapan mereka itu, dan dengan cemoohan menyangkal kuasa Allah mereka. Mereka menunjuk kepada keadaan orang Israel sebagai satu bangsa yang terdiri dari budak-budak, dan sambil mengejek mereka berkata, “Jikalau Aliahmu itu adil dan berkemurahan dan mempunyai kuasa lebih daripada dewa-dewa Mesir, mengapa Ia tidak menjadikan engkau satu bangsa yang merdeka?” Mereka mengalihkan perhatian orang Israel kepada keadaan mereka. Mereka menyembah ilah-ilah, yang disebut orang Israel sebagai dewa-dewa palsu, tetapi mereka adalah satu bangsa yang kaya dan berkuasa. Mereka menyatakan bahwa dewa-dewa itu telah memberkati mereka dengan kemakmuran, dan telah memberikan kepada mereka orang-orang Israel sebagai hamba-hamba, dan mereka merasa bangga atas kuasa mereka untuk menjajah dan membinasakan penyembahpenyembah Allah. Firaun sendiri membanggakan bahwa Allah orang Ibrani itu tidak akan dapat melepaskan mereka dari tangannya. PB1 270.1
Kata-kata seperti ini telah menghancurkan harapan banyak orang Israel. Nampaknya keadaan mereka itu adalah tepat seperti apa yang dikatakan oleh orang Mesir. Benarlah bahwa mereka adalah budak-budak, dan harus menanggung apa saja yang mau ditanggungkan mandor-mandor mereka yang kejam itu. Anak-anak mereka telah dikejar-kejar dan dibunuh, dan kehidupan mereka sendiri merupakan satu beban. Tetapi mereka ini berbakti kepada Allah yang ada di sorga. Jikalau Allah itu benar-benar melebihi segala dewa-dewa, tentu Ia tidak akan membiarkan mereka berada di dalam perbudakan kepada penyembah-penyembah berhala itu. Tetapi mereka yang setia kepada Allah mengerti bahwa olehkarena penyelewengan Israel dari Allah—oleh sebab kecenderungan yang ada pada mereka untuk kawin dengan orang kapir, dan dengan demikian terbawa-bawa kepada penyembahan berhala—bahwa Allah telah membiarkan mereka menjadi budak-budak; dan mereka mencoba untuk meyakinkan saudara-saudara mereka bahwa segera Ia akan menghancurkan belenggu penjajah itu. PB1 270.2
Orang-orang Ibrani itu telah mengharapkan akan memperoleh kebebasan tanpa melalui ujian iman ataupun kesukaran serta penderitaan. Tetapi mereka belum bersedia untuk kelepasan itu. Mereka mempunyai iman yang kecil akan Allah, dan tidak mau dengan sabar menahan penderitaan sampai kepada saat bilamana Allah melihat sudah sepatutnya diadakan sesuatu tindakan bagi mereka. Banyak yang merasa puas untuk tetap tinggal dalam perbudakan gantinya menghadapi kesulitan-kesulitan yang ber-hubungan dengan dipindahkannya mereka ke satu negeri yang asing; dan kebiasaan-kebiasaan beberapa orang telah menjadi sama seperti orangorang Mesir sehingga mereka lebih suka menetap di Mesir. Oleh sebab itu Tuhan tidak melepaskan mereka oleh kenyataan yang pertama dari kekuasaanNya di hadapan Firaun. Ia mengendalikan peristiwa-peristiwa yang berlaku agar menjadi lebih sempurna untuk mengembangkan roh tirani daripada raja Mesir itu, dan juga untuk menyatakan diriNya kepada umatNya. Dengan melihat akan keadilanNya, kuasaNya dan kasihNya, mereka akan memilih untuk meninggalkan Mesir dan menyerahkan diri mereka kepada pelayananNya. Tugas Musa tidak akan menjadi sesulit itu andaikata tidak banyak dari antara orang Israel yang telah menjadi begitu jahat sehingga mereka tidak mau meninggalkan Mesir. PB1 271.1
Tuhan memerintahkan Musa supaya kembali lagi kepada orang banyak dan mengulangi janji kelepasan itu, dengan satu jaminan yang baru akan pertolongan ilahi. Ia pergi sebagaimana telah diperintahkan; tetapi mereka tidak mau mendengar. Kata Alkitab, “Tiada mereka itu mendengar akan Musa dari sebab kepicikan hatinya dan dari sebab perhambaan yang berat itu.” Sekali lagi perintah ilahi datang kepada Musa, “Pergilah engkau, berkatalah kepada Firaun, raja Mesir itu supaya diberinya bani Israel itu keluar dari dalam negerinya.” Dalam kekecewaan ia menjawab, “Bahwa sesungguhnya bani Israel tiada mendengar akan hambamu ini, masakan Firaun mendengar akan sembah hamba, seorang yang tiada petah lidahnya.” Ia diperintahkan untuk membawa Harun bersama dengan dia, dan pergi menghadap Firaun dan kembali menuntut “agar dibiarkannya bani Israel itu keluar dari dalam negerinya.” - PB1 271.2
Kepadanya diberitahukan bahwa raja itu tidak akan menyerah hingga Allah harus mendatangkan hukuman ke atas Mesir, dan membawa Israel keluar dengan pernyataan kekuasaanNya. Sebelum dijatuhkannya setiap kutuk, Musa harus menerangkan tentang sifat-sifat dan akibatnya agar raja itu dapat menyelamatkan dirinya daripada kutuk tersebut jika ia mau. Setiap pehukuman yang ditolak akan diikuti oleh hukuman yang lebih dahsyat lagi, sampai hatinya yang congkak itu akan direndahkan, dan ia mau mengakui Khalik langit dan bumi sebagai Allah yang hidup dan benar. Tuhan ingin memberikan kepada orang Mesir satu kesempatan untuk melihat betapa sia-sianya hikmat orang-orang kuat dari bangsa mereka itu, betapa lemahnya kekuasaan dewa-dewa mereka itu, bilamana dihadapkan dengan perintah Allah. Ia akan menghukum orang Mesir olehkarena penyembahan berhala mereka, dan membungkamkan kesombongan mereka yang mengaku telah menerima berkat-berkat dari dewa-dewa mereka yang tidak bernyawa itu. Allah akan mempermuliakan namaNya sendiri agar bangsa-bangsa lain dapat mendengar tentang kuasaNya, dan merasa gentar akan perbuatan-perbuatanNya yang hebat itu, dan agar umatNya dapat dipimpin kembali dari penyembahan berhala mereka dan berbakti kepada Allah dengan benar. PB1 272.1
Kembali Musa dan Harun memasuki ruangan yang megah, ruangan istana raja Mesir. Di sana, dikelilingi oleh tiang-tiang yang tinggi dan perhiasanperhiasan yang gemerlapan, oleh lukisan-lukisan yang mahal dan patungpatung ukiran dewa kapir, di hadapan raja kerajaan yang paling berkuasa yang ada pada zaman itu, berdirilah kedua wakil bangsa yang terjajah itu untuk mengulangi perintah dari Allah bagi kelepasan orang Israel. Raja menuntut diadakannya mujizat sebagai bukti bahwa tugas mereka itu berasal dari Tuhan. Musa dan Harun telah diberi petunjuk bagaimana untuk bertindak seandainya tuntutan seperti itu diadakan, dan sekarang Harun mengambil tongkat itu dan melemparkannya di hadapan Firaun. Tongkat itu menjadi seekor ular. Raja kemudian memanggil “tukang sihir dan orang-orang bijaksana,” yang ada di istananya, yang kemudian “melemparkan tongkatnya masing-masing dan tongkat-tongkat itupun menjadi ular; tetapi tongkat Harun telah menelan tongkat-tongkat mereka itu.” Kemudian raja, lebih nekad daripada sebelumnya, mengumumkan bahwa tukang-tukang sihirnya itu mempunyai kuasa yang setaraf dengan Musa dan Harun; ia menuduh hamba-hamba Allah itu sebagai penipu-penipu, dan ia merasa diri aman dalam menolak tuntutan-tuntutan mereka itu. Namun demikian, sementara ia menghinakan pekabaran mereka itu, ia telah dikendalikan oleh kuasa ilahi agar tidak menyakiti mereka. PB1 272.2
Tangan Aliahlah, dan bukan pengaruh atau kuasa kemanusiaan yang dimiliki oleh Musa dan Harun, yang telah mengadakan mujizat-mujizat yang mereka tunjukkan di hadapan Firaun. Tanda-tanda dan keajaibankeajaiban itu dimaksudkan untuk meyakinkan Firaun bahwa “AKU ADA” yang agung itu telah mengirimkan Musa, dan bahwa adalah tugas raja untuk mengizinkan Israel pergi, agar mereka dapat melayani Allah yang hidup. Tukang-tukang sihir itu juga menunjukkan tanda-tanda serta keajaiban-keajaiban; karena mereka melakukannya bukan hanya oleh keahlian mereka sendiri, tetapi oleh kuasa dewa mereka yaitu setan yang membantu mereka dalam memalsukan pekerjaan Allah. PB1 273.1
Ahli-ahli sihir itu sebenarnya tidak mengubahkan tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi oleh sihir, dibantu oleh sipenipu yang besar itu, mereka sanggup untuk menjadikan hal itu kelihatannya demikian. Adalah di luar kekuasaan setan untuk mengubahkan tongkat menjadi ular yang hidup. Penghulu kejahatan itu, sekalipun memiliki segala hikmat dan kekuasaan seorang malaikat yang berdosa, tidaklah mempunyai kuasa untuk menciptakan atau memberi kehidupan; hal ini merupakan hak mutlak Allah sendiri. Tetapi segala sesuatu yang berada di bawah kekuasaan setan untuk melakukannya, ia telah lakukan; ia membuat yang palsu. Bagi penglihatan manusia, tongkat-tongkat itu telah diubah menjadi ular. Demikianlah apa yang telah dipercayai oleh Firaun dan orang-orang seistananya. Dari apa yang kelihatan di luar tidak ada sesuatu yang membedakan tongkattongkat itu dari ular-ular yang telah dijadikan oleh Musa. Sekalipun Tuhan sudah berbuat sedemikian rupa sehingga ular yang benar telah menelan ular yang palsu itu, hal ini dianggap oleh Firaun bukan sebagai satu hasil kerja kuasa Allah, melainkan satu akibat dari sejenis sihir yang lebih unggul daripada sihir yang diperbuat oleh hamba-hambanya itu. PB1 273.2
Firaun ingin membenarkan kekerasan hatinya dalam menolak perintah ilahi, dan oleh sebab itu ia berusaha mencari dalih untuk mengabaikan mujizat-mujizat yang telah diadakan Allah melalui Musa. Setan telah memberikan kepadanya apa yang ia inginkan. Oleh pekerjaan yang telah diadakannya melalui ahli-ahli sihir itu, ia telah melakukannya sedemikian rupa sehingga kelihatannya kepada orang-orang Mesir bahwa Musa dan Harun hanyalah petenung-petenung dan ahli-ahli sihir, dan bahwa pekabaran yang mereka sampaikan itu tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang datang dari satu oknum yang lebih tinggi. Dengan demikian pemalsuan setan itu telah mencapai tujuannya, yaitu menguatkan orang-orang Mesir dalam agama mereka, dan menyebabkan Firaun mengeraskan hatinya terhadap bukti yang meyakinkan itu. Setan juga mengharapkan untuk dapat menggoyahkan iman Musa dan Harun, sehubungan dengan tugas mereka yang berasal dari Tuhan, agar alat-alat yang digunakannya itu bisa berhasil. Ia tidak mau orang-orang Israel itu dibebaskan dari perbudakan untuk melayani Allah yang hidup. PB1 273.3
Tetapi penghulu kejahatan itu mempunyai satu maksud yang lebih besar lagi dalam menyatakan tanda-tanda ajaibnya melalui ahli-ahli sihir itu. Ia mengetahui dengan baik bahwa Musa, di dalam menghancurkan belenggu penjajahan yang mengikat Israel itu, melambangkan Kristus yang akan menghancurkan pemerintahan dosa terhadap umat manusia. Ia tahu bahwa bilamana Kristus datang, mujizat-mujizat yang besar akan diadakan sebagai satu bukti kepada dunia ini, bahwa Allah telah mengutus Dia. Setan gemetar melihat kuasaNya itu. Oleh memalsukan pekerjaan Allah melalui Musa itu, ia mengharapkan bukan hanya agar dapat menghalangi kelepasan Israel tetapi juga untuk memberikan satu pengaruh sepanjang abad-abad mendatang untuk menghancurkan iman dalam mujizat-mujizat Kristus. Setan senantiasa berusaha memalsukan pekerjaan Kristus, dan untuk menguatkan kekuasaan dan tuntutan-tuntutannya. Ia menuntun manusia untuk menganggap mujizat-mujizat Kristus itu hanyalah sebagai hasil daripada keahlian dan kuasa manusia. Dengan demikian dalam pikiran banyak orang ia telah merusakkan iman di dalam Kristus sebagai Anak Allah, dan memimpin mereka untuk menolak tawaran rahmat melalui rencana penebusan. PB1 274.1
Keesokan harinya Musa dan Harun diperintahkan untuk pergi ke tepi sungai, ke tempat yang biasa dikunjungi raja. Kelimpahan air sungai Nil yang menjadi sumber makanan dan kekayaan Mesir, menyebabkan sungai itu disembah sebagai satu ilah dan setiap hari raja pergi ke sana untuk memujanya. Di tempat ini kembali kedua bersaudara itu mengulangi pekabaran itu kepadanya, dan kemudian mereka mengangkat tongkat itu ke atas dan memukulkannya ke atas air. Air sungai itu berubah menjadi darah, ikan-ikan mati dan sungai itu mengeluarkan bau busuk. Air yang ada di rumah-rumah, persediaan air yang ada di dalam bejana-bejana, semuanya berubah menjadi darah. Tetapi “segala tukang sihir Mesir berbuat demikian juga dengan mantranya,” dan “Firaun berpaling dan pulanglah ke istananya, tiada menaruh perhatian akan hal ini.” Tujuh hari lamanya kutuk ini berlangsung tetapi tidak mendatangkan pengaruh apa-apa. Sekali lagi tongkat itu diulurkan ke atas air dan katak keluar dari dalam sungai itu serta memenuhi seluruh negeri itu. Mereka memenuhi rumah-rumah, memasuki kamar-kamar tidur bahkan tempat membakar dan memasak kue. Katak dianggap suci oleh orang-orang Mesir, dan mereka tidak mau membinasakannya; tetapi sekarang khewan kotor itu tidak dapat dibiarkan lagi. Mereka memenuhi istana Firaun, dan raja merasa tidak sabar dan meminta supaya kodok-kodok itu dimusnahkan saja. Ahli-ahli sihir itu kelihatannya dapat menjadikan kodok tetapi tidak dapat memusnahkannya. Melihat hal ini Firaun merasa seperti direndahkan. Ia memanggil Musa dan Harun dan berkata: “Pintalah doa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, supaya dihalaukannya katak ini dari padaku dan daripada rakyatku, maka aku akan melepaskan bangsa itu pergi akan membawa korban kepada Tuhan.” Setelah mengingatkan kembali kepada raja atas kecongkakannya yang dulu itu, mereka meminta agar dia menetapkan satu waktu kapan mereka harus berdoa untuk mengusir kutuk itu. Ia menetapkan hari yang berikutnya, dan dengan diam-diam mengharapkan bahwa di antara waktu itu kodok-kodok itu akan lenyap dengan sendirinya. Sehingga dengan demikian melepaskan dia dari perasaan yang tertekan karena harus menyerah kepada Allah orang Israel. Namun demikian, kutuk itu berlangsung terus sampai kepada waktu yang telah ditetapkan bilamana di seluruh negeri Mesir kodok-kodok itu mati, tetapi bangkai-bangkainya yang membusuk itu tetap tinggal serta mengotori udara. PB1 274.2
Tuhan sebenarnya dapat menjadikan kodok-kodok itu kembali kepada tanah dalam sekejap; tetapi Ia tidak melakukan hal ini karena jangan-jangan setelah kodok itu tidak ada lagi, maka raja dan orang banyak akan menyatakan bahwa itu adalah sebagai akibat daripada mentera-mentera atau jampi-jampi seperti pekerjaan ahli-ahli sihir itu. Kodok-kodok itu mati dan kemudian bangkainya dikumpulkan bertumpuk-tumpuk. Sekarang raja dan orang Mesir melihat bukti yang tidak dapat dibantah oleh filsafatfilsafat mereka yang sia-sia itu, bahwa pekerjaan ini bukan jadi olehkarena sihir, melainkan satu hukuman dari Allah yang di sorga. PB1 275.1
“Apabila dilihat Firaun adalah reda sedikit, maka dikeraskannya hatinya.” Oleh perintah Allah Harun mengangkat tangannya, dan lebu tanah itu berubah menjadi tuma di seluruh negeri Mesir. Firaun memanggil para ahli sihirnya serta memerintahkan agar mereka memperbuat hal yang sama tetapi mereka tidak dapat. Dengan demikian terbuktilah bahwa pekerjaan Allah lebih unggul daripada perbuatan setan. Ahli-ahli sihir itupun mengakui, “Ini adalah dari Allah.” Tetapi tetap hati raja itu tidak terubahkan. PB1 275.2
Bujukan dan amaran tidak berhasil, dan satu hukuman yang lainpun diturunkan. Saat terjadinya telah diramalkan lebih dulu, agar hal itu jangan dikatakan terjadi karena kebetulan saja. Tabuhan memenuhi rumah-rumah dan seluruh negeri Mesir, “sehingga rusaklah negeri itu olehkarena banyaknya tabuhan itu.” Tabuhan ini besar-besar dan berbisa, dan sengatnya amat menyakitkan baik kepada manusia dan juga kepada khewan-khewan. Dan sebagaimana telah diramalkan hukuman ini tidak berlaku di tanah Gosyen. PB1 275.3
Sekarang Firaun menawarkan izin bagi Israel untuk berbakti dan memberikan persembahan di Mesir tetapi menolak tawaran dengan syarat tersebut. “Tiada patut kami berbuat demikian,” kata Musa; “bolehkah kami mengorbankan kepada Tuhan, Allah kami, akan barang yang kebencian orang Mesir di hadapan matanya? Bahwa sesungguhnya jikalau kiranya kami mengorbankan barang yang kebencian orang Mesir di hadapan matanya, bukankah mereka itu kelak akan melontari kami dengan batu?” Binatangbinatang yang harus dikorbankan oleh orang-orang Ibrani itu adalah binatang-binatang yang termasuk kepada golongan yang dianggap suci oleh orang-orang Mesir; dan begitu besar rasa hormat mereka terhadap binatangbinatang itu sehingga bila ada seseorang membunuhnya, sekalipun dengan tidak sengaja, dianggap sebagai tindakan kejahatan yang harus dihukum mati. Adalah mustahil bagi orang-orang Ibrani itu untuk mengadakan perbaktian di Mesir tanpa menyinggung perasaan majikan-majikannya itu. Sekali lagi Musa meminta agar mereka diizinkan pergi sejauh tiga hari perjalanan ke dalam padang belantara. Raja menyetujui dan meminta agar hamba-hamba Allah itu berdoa agar kutuk-kutuk itu dapat diangkat dari dalam negerinya. Mereka berjanji akan melaksanakannya tetapi mengamarkan kepadanya agar jangan mendustai mereka. Kutuk itu diangkat tetapi hati raja telah menjadi keras oleh pemberontakan yang terus-menerus, dan ia tetap menolak untuk menyerah. PB1 276.1
Satu kutuk yang lebih hebat diturunkan—bala sampar ke atas ternak orang Mesir yang ada di padang. Baik binatang-binatang yang dianggap suci dan juga ternak biasa—sapi, lembu, domba, kuda, unta dan keledai—semuanya dibinasakan. Dengan jelas sudah dinyatakan bahwa binatang-binatang kepunyaan orang Ibrani terpelihara dari bala sampar tersebut; dan Firaun dengan mengutus pesuruh-pesuruhnya untuk mendatangi rumah-rumah orang Israel, dapat menyadari kebenaran pernyataan Musa itu. “Dari antara ternak orang Israel satupun tidak ada yang mati.” Tetapi raja tetap berkeras hati. PB1 276.2
Kemudian Musa diperintahkan untuk mengambil abu dari dapur api dan “menghamburkannya ke atas di hadapan Firaun.” Tindakan ini mempunyai arti yang dalam. Empat ratus tahun sebelumnya, Allah telah menunjukkan kepada Ibrahim tentang penjajahan yang kemudian akan terjadi terhadap diri umatNya, dengan memakai lambang satu dapur api yang berasap dan sebuah lampu yang menyala. Ia telah menyatakan bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman ke atas penjajah-penjajah mereka itu, dan akan membebaskan orang-orang yang tertawan dengan membawa harta yang banyak. Di negeri Mesir, Israel sudah lama menderita di dalam dapur api penganiayaan. Tindakan Musa ini merupakan satu jaminan kepada mereka bahwa Allah mengingat perjanjianNya, dan bahwa saat kelepasan mereka telah tiba. PB1 276.3
Apabila abu itu dihamburkan ke atas, benda-benda kecil itu memenuhi segenap negeri Mesir dan apapun yang terkena olehnya, menderita penyakit puru “yang berpecah-pecah dan menjadi bisul pada manusia dan binatang.” Imam-imam dan ahli-ahli sihir hingga saat itu telah memberi dorongan kepada Firaun supaya tetap berkeras, tetapi sekarang satu hukuman telah diturunkan, yang kena kepada diri mereka. Terpukul oleh bala yang menyakitkan itu, kuasa yang mereka banggakan itu hanya membuat mereka menjadi bahan ejekan, dan mereka tidak lagi dapat melawan Allah orang Israel. Segenap bangsa itu sekarang menyadari betapa bodohnya untuk berharap kepada ahli-ahli sihir itu, dimana ternyata sekarang bahwa mereka tidak sanggup melindungi sekalipun diri mereka sendiri. PB1 277.1
“Hati Firaun tetap semakin keras. Dan sekarang Tuhan mengirimkan satu kabar kepadanya, berkata, ‘Karena sekali ini juga boleh Aku mendatangkan segala balaku sampai ke dalam hatimu dan atas segala pegawaimu dan segala rakyatmu, supaya diketahui olehmu, bahwa tiada samaku di atas seluruh muka bumi. . . .’ Bahwa sesungguhnya inilah sebabnya maka engkau telah kujadikan, supaya Aku memperlihatkan kepadamu kuasaKu.” Ini bukanlah berarti bahwa Allah telah menjadikan Firaun untuk maksud ini, melainkan pimpinanNya telah mengendalikan peristiwa-peristiwa untuk menempatkan dia pada takhtanya pada saat yang telah ditetapkan untuk kelepasan Israel. Sekalipun penguasa kejam yang congkak ini, oleh kejahatannya telah menolak rahmat Allah, tetapi ia dibiarkan hidup agar melalui kekerasan hatinya itu Allah dapat menyatakan perbuatan-perbuatan ajaibNya di negeri Mesir. Berlangsungnya peristiwa-peristiwa serta kejadiankejadian ini adalah oleh sebab pimpinan Allah. Ia dapat menempatkan di atas takhta itu seorang raja yang lebih murah hati, yang tidak akan berani melawan kenyataan yang hebat dari kuasa ilahi. Tetapi di dalam hal ini maksud Allah tidak akan dapat dilaksanakan. UmatNya diizinkan untuk mengalami penindasan yang kejam dari orang Mesir agar mereka jangan tertipu oleh pengaruh-pengaruh penyembahan berhala yang keji itu. Di dalam perlakuanNya terhadap Firaun, Tuhan menyatakan kebencianNya terhadap penyembahan berhala, dan juga sikapNya untuk menghukum orang-orang yang menindas serta menjajah. PB1 277.2
Tentang Firaun, Tuhan telah menyatakan, “Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga tiada diberinya bangsa itu pergi.” Dalam hal ini bukanlah berarti bahwa ada kuasa gaib yang dipakai untuk mengeraskan hati raja. Allah telah memberikan kepada Firaun bukti yang paling nyata tentang kuasa ilahi, tetapi raja itu dengan hati yang keras menolak untuk memberikan perhatian terhadap terang itu. Setiap pernyataan kuasa ilahi yang ditolak olehnya menjadikan dirinya lebih nekad di dalam pemberontakannya. Benih-benih pemberontakan yang ditaburkannya pada waktu ia menolak mujizat yang pertama kini akibat-akibatnya harus dituai. Apabila ia terusmenerus memberanikan diri dalam tindakan-tindakannya yang semakin membangkang, hatinya menjadi semakin keras sampai kepada saat dimana ia harus memandang kepada wajah anak sulungnya yang mati. PB1 277.3
Allah berbicara kepada manusia melalui hamba-hambaNya, memberikan amaran-amaran dan menempelak dosa-dosa. Ia memberikan kepada setiap orang satu kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya sebelum mereka menjadi tidak terubahkan dalam tabiat; tetapi jikalau seseorang menolak untuk diperbaiki, kuasa ilahi tidak akan campur tangan untuk menghalangi kecenderungan daripada tindakannya. Ia akan mendapati bahwa lebih mudah baginya untuk mengulangi tindakan yang sama. Ia sedang mengeraskan hatinya terhadap pengaruh Roh Suci. Penolakan yang lebih jauh terhadap terang akan menempatkan dirinya dalam satu keadaan di mana satu pengaruh yang jauh lebih kuatpun tidak akan berhasil untuk memberikan kesan yang dalam. PB1 278.1
Ia yang satu kali menyerah kepada pencobaan akan lebih mudah lagi menyerah untuk kedua kalinya. Setiap ulangan dalam perbuatan dosa akan mengurangi kekuatannya untuk mengadakan perlawanan, membutakan matanya, dan melenyapkan keyakinan. Setiap benih pemanjaan diri yang ditaburkan akan menghasilkan buah-buahnya. Allah tidak akan mengadakan mujizat untuk mencegah penuaiannya. “Barang yang ditabur orang, itu juga akan dituainya.” Ia yang menyatakan kekerasan hatinya, sikap acuh tak acuh terhadap kebenaran ilahi sedang menuai hasil daripada apa yang sudah ditaburkannya sendiri. Dengan keadaan yang seperti itulah, di mana banyak orang bersikap masa bodoh terhadap kebenaran-kebenaran yang tadinya dapat menjamah jiwa mereka. Mereka telah menabur kelalaian dan penolakan terhadap kebenaran, dan demikianlah hasil yang mereka tuai. PB1 278.2
Mereka yang mencoba mendiamkan angan-angan hati yang bersalah dengan anggapan bahwa mereka dapat mengubah hidup mereka yang jahat kapan saja mereka mau, bahwa mereka dapat mempermainkan panggilan rahmat dan berharap bahwa mereka masih dapat diyakinkan, adalah sedang berada dalam sikap yang membahayakan dirinya. Mereka berpikir bahwa setelah menyatakan diri berpihak dengan sepenuhnya kepada sipemberontak yang besar itu, maka pada satu saat yang benar-benar sulit, bilamana bahaya mengancam dirinya, mereka dapat menukar pemimpin mereka. Tetapi hal ini tidak dapat dilakukan semudah itu. Pengalaman, pendidikan, kebiasaan dari satu hidup yang penuh dosa, telah membentuk tabiatnya begitu rupa sehingga mereka tidak dapat lagi menerima peta Yesus. Berbeda halnya seandainya terang kebenaran itu belum pernah dinyatakan kepada jalan hidup mereka. Rahmat akan campur tangan dan memberikan kepada mereka satu kesempatan untuk menerima panggilannya; tetapi lama setelah terang itu ditolak dan dicemoohkan, maka akhirnya terang itu akan diangkat daripadanya. PB1 278.3
Ancaman yang berikutnya dinyatakan kepada Firaun adalah hujan rambun dengan disertai amaran, “Maka sekarangpun suruhlah kumpulkan segala binatangmu dan segala sesuatu yang padamu di padang, karena segala manusia dan segala binatang yang terdapat di luar dan yang tiada dikumpulkan ke dalam rumah, itu akan mati kelak apabila dihujani oleh rambun itu.” Hujan rambun bukanlah sesuatu yang sering terjadi di Mesir, dan hal seperti ini belum pernah dilihat oleh orang Mesir. Ini tersebar dengan cepat, dan semua orang yang percaya akan firman Tuhan telah mengumpulkan ternak mereka sementara mereka yang mencemoohkan amaran itu membiarkan ternaknya di padang. Dengan demikian di tengah-tengah hukuman, rahmat Allah telah dinyatakan, orang banyak diuji, dan nyatalah sekarang berapa banyak yang telah dituntun untuk takut kepada Allah oleh penyataan kuasaNya. PB1 279.1
Hujan rambun itupun turun seperti yang telah diramalkan—guntur dan rambun bercampur dengan api, “amat hebat, maka belum pernah ada yang menyamainya dalam segala negeri Mesir semenjak orang Mesir itu telah menjadi suatu bangsa adanya. Maka ditimpa oleh hujan rambun akan segala sesuatu yang di luar, baik manusia baik binatang, dan lagi ditimpa oleh hujan rambun akan segala tumbuh-tumbuhan dan dipatahkannya segala pokok yang di ladang.” Puing-puing dan kehancuran menandai jalan yang dilalui oleh malaikat-malaikat yang membawa kebinasaan itu. Tanah Gosyen saja yang terhindar dari kutuk ini. Dengan demikian ditunjukkanlah kepada orang Mesir bahwa bumi ini berada di bawah pengendalian Allah yang hidup, bahwa anasir-anasir di dalam alam ini mentaati suaraNya dan satu-satunya jalan untuk beroleh keselamatan adalah dengan menurut Dia. PB1 279.2
Segenap negeri Mesir gemetar di hadapan curahan pehukuman ilahi itu. Dengan segera Firaun memanggil kedua bersaudara itu dan berseru, “Bahwa pada sekali ini aku telah berdosa; sesungguhnya Tuhan adil adanya, tetapi aku serta dengan segala rakyatku orang durhaka juga. Mohonkanlah sangat kepada Tuhan dengan tiada berhenti, supaya jangan lagi ada bunyi guruh yang besar ini dan hujan rambun itu, maka aku akan melepaskan kamu pergi, tiada lagi kamu akan tinggal.” Dan jawabnya adalah, “Apabila aku sudah keluar dari dalam negeri, aku akan menadahkan kedua belah tanganku kepada Tuhan, maka bunyi guruh itupun akan berhenti dan hujan rambun akan tiada lagi, supaya diketahui olehmu, bahwa bumi itu milik Tuhan adanya. Tetapi kuketahui juga akan dikau dan akan segala pegawaimu, bahwa belum lagi kamu takut akan hadirat Tuhan Allah.” PB1 279.3
Musa mengetahui bahwa pertarungan itu belum berakhir. Pengakuan serta janji Firaun bukanlah merupakan akibat daripada adanya perubahan yang cepat di dalam hati dan pikirannya, melainkan tercetus dari mulutnya olehkarena rasa gentar dan penderitaan hebat yang dialaminya. Namun demikian, Musa berjanji akan mengabulkan permintaannya; karena ia tidak mau memberikan kepadanya kesempatan untuk lebih mengeraskan hatinya. Nabi itu berjalan terus, tanpa mempedulikan amukan dan topan itu, dan Firaun beserta dengan segenap rakyatnya menyaksikan akan adanya kuasa Allah untuk melindungi pesuruhNya itu. Apabila Musa tiba di luar kota itu, Musa “menadahkan tangannya kepada Tuhan, maka berhentilah bunyi guruh dan hujan rambun itu dan bumipun tiada lagi dihujani.” Tetapi segera setelah rasa takutnya itu hilang dari dalam hatinya saat itu juga raja kembali kepada sikapnya yang jahat itu. PB1 280.1
Kemudian Tuhan berkata kepada Musa, “Masuklah engkau menghadap Firaun, karena Aku telah mengeraskan hatinya dan hati segala pegawainyapun, supaya Aku mengadakan segala ajaibku ini di antaranya, dan supaya boleh diceritakan olehmu kepada anak cucu-cicitmu segala perkara yang telah kuadakan dalam Mesir, dan segala ajaibku yang telah Kujadikan di antaranya, supaya diketahui olehmu, bahwa Akulah Tuhan.” Tuhan menunjukkan kuasaNya, untuk meneguhkan iman orang Israel dalam Dia sebagai satu-satunya Allah yang benar dan hidup. Ia mau memberikan bukti yang nyata tentang perbedaan yang ditetapkan Allah antara mereka dengan orang-orang Mesir, dan akan menjadikan segala bangsa mengetahui bahwa orang-orang Ibrani, yang telah mereka nista dan jajah, berada di bawah lindungan Allah yang ada di sorga. PB1 280.2
Musa mengamarkan raja bahwa jikalau ia tetap berkeras, satu kutuk berupa belalang akan diturunkan, yang akan menutupi permukaan bumi dan membinasakan setiap tanaman yang masih tinggal; mereka akan memenuhi rumah-rumah, bahkan istana raja sendiri; dan bala seperti itu, katanya, “belum pernah dilihat oleh segala bapa kamu atau leluhurmu, daripada zaman mereka itu jadi dalam dunia sampai pada hari ini.” PB1 280.3
Penasihat-penasihat Firaun berdiri ternganga. Bangsa itu telah menderita kerugian besar dengan musnahnya ternak mereka. Banyak orang telah binasa sebagai akibat hujan rambun itu. Hutan-hutan rusak binasa, dan hasil ladang mereka hancur. Mereka dengan cepat telah kehilangan segala sesuatu yang telah diperoleh sebagai hasil kerja daripada orang-orang Ibrani. Segenap negeri terancam bahaya kelaparan. Penghulu-penghulu dan pegawaipegawai istana lainnya dengan marah mendesak serta menuntut kepada raja, “Berapa lama lagi orang ini menjadi seperti satu jerat kepada patik sekalian? Tuanku beri apalah orang itu pergi berbuat bakti kepada Tuhan, Aliahnya. Belumkah tuanku tahu bahwasanya negeri Mesir itu telah binasa?” PB1 280.4
Kembali Musa dan Harun dipanggil untuk menghadap raja, dan raja berkata kepada mereka, “Pergilah kamu, berbuat bakti kepada Tuhan, Aliahmu! Siapa-siapa gerangan yang hendak pergi itu?” PB1 281.1
Jawabnya adalah, “Bahwa semua kami juga hendak pergi, tua muda, serta dengan segala anak kami laki-laki dan perempuan dan kami membawa serta segala lembu kambing kami, karena adalah pada kami suatu hari raya bagi Tuhan.” PB1 281.2
Raja dipenuhi dengan rasa marah. Ia berseru, “Demikianlah biar Tuhan menyertai kamu, seperti aku memberi izin kamu pergi serta dengan segala anak-anakmu. Bahwa nyatalah sekarang niat kamu jahat adanya. Jangan demikian, melainkan kamu, orang laki-laki saja, pergilah sekarang berbuat bakti kepada Tuhan, karena demikianlah permintaanmu. Lalu dihalaukan oranglah akan mereka itu dari hadapan Firaun.” Firaun telah berusaha untuk membinasakan orang Israel dengan cara kerja keras tetapi sekarang ini ia berpura-pura mempunyai perhatian yang dalam terhadap kesejahteraan mereka, dan juga terhadap pemeliharaan anak-anak mereka yang masih kecil. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menahan semua orang perempuan dan anak-anak sebagai jaminan akan kembalinya kaum laki-laki. PB1 281.3
Sekarang Musa mengangkat tongkatnya ke atas negeri itu, dan angin timurpun bertiuplah dan mendatangkan belalang. “Terlalu amat banyak, maka dahulu belum pernah ada belalang yang demikian dan kemudian haripun tiada akan ada yang menyamainya.” Mereka memenuhi angkasa sehingga negeri itu menjadi gelap dan memusnahkan segala tanaman yang masih tinggal. Dengan segera Firaun memanggil nabi dan berkata, “Bahwa aku telah berdosa kepada Tuhan, Aliahmu, dan kepada kamupun. Maka sekarangpun ampunilah kiranya dosaku pada sekali ini, dan mintalah doa kepada Tuhan, Aliahmu, dengan sungguh-sungguh, supaya diundurkannya bala kematian ini daripadaku.” Mereka perbuat hal itu, dan angin barat yang bertiup dengan kuatnya menghembus belalang-belalang itu ke Laut Merah. Tetapi raja tetap berkeras dalam tekadnya itu. PB1 281.4
Orang Mesir sudah hampir putus asa. Kutuk-kutuk yang telah me- nimpa diri mereka itu kelihatannya melebihi daya tahan mereka, dan mereka dipenuhi oleh rasa takut akan masa depan. Bangsa itu menyembah Firaun sebagai seorang wakil dari dewa mereka, tetapi sekarang banyak dari antara mereka itu merasa yakin bahwa ia sedang melawan Seorang yang menjadikan segala kuasa alam ini sebagai pelayan-pelayan kehendakNya. Budak-budak Ibrani itu, yang terlindung dengan secara ajaib, lebih merasa yakin akan kelepasan mereka. Mandor mereka tidak lagi berani menindas mereka seperti waktu-waktu sebelumnya. Di seluruh negeri Mesir terdapat perasaan takut yang tersembunyi bahwa bangsa yang terjajah itu akan bangkit dan mengadakan balas dendam. Di mana-mana orang banyak dengan perasaan cemas bertanya-tanya, Apakah yang akan terjadi kemudian? PB1 281.5
Tiba-tiba kegelapan menyelubungi negeri itu, begitu pekat sehingga itu seolah-olah merupakan satu “kegelapan yang bisa dijamah.” Orang banyak bukan saja tidak mempunyai cahaya terang tetapi udara menjadi begitu sesak sehingga menyebabkan mereka sulit bernapas. “Seorangpun tidak dapat melihat seorang dan lagi seorangpun tidak bergerak daripada tempatnya dalam tiga hari itu, hanya pada segala bani Israel adalah terang dalam segala tempat kedudukannya.” Matahari dan bulan adalah benda-benda yang disembah oleh orang Mesir; di dalam kegelapan yang ganjil ini orang banyak bersama-sama dengan dewa mereka telah ditimpa oleh kuasa yang telah membela nasib budak-budak itu. Tetapi bagaimanapun menakutkannya kegelapan itu, pehukuman itu merupakan satu bukti tentang belas kasihan Allah serta rasa engganNya untuk membinasakan mereka. Ia mau memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk berpikir-pikir dan bertobat sebelum menjatuhkan ke atas diri mereka kutuk terakhir yang paling dahsyat. PB1 282.1
Akhirnya rasa takut memaksa Firaun meminta untuk dikasihani. Pada akhir hari yang ketiga daripada kegelapan itu, ia memanggil Musa untuk menghadap serta menyetujui kepergian orang Israel, asalkan kawanan kambing domba mereka dibiarkan tinggal di Mesir. “Seekor juga pun tidak akan kami tinggalkan,” kata orang Ibrani yang teguh pendiriannya itu. “Maka sebelum kami sampai di sana tiada kami ketahui akan barang yang patut kami persembahkan kepada Tuhan, Allah kami.” Kemarahan raja meledak tak terkendalikan lagi. Ia berteriak, “Nyahlah engkau dari hadapanku! Jaga baik-baik, jangan engkau memandang mukaku lagi, maka engkau akan mati dibunuh kelak.” PB1 282.2
Jawab Musa, “Benarlah katamu ini; sekali-kali janganlah lagi aku memandang mukamu!” PB1 282.3
“Nabi Musapun seorang yang termulia dalam negeri Mesir di hadapan segala pegawai Firaun dan di hadapan segala rakyat itu.” Musa disegani oleh orang-orang Mesir. Raja tidak berani mengusik dia karena orang banyak menganggap dia sebagai satu-satunya orang yang memiliki kuasa untuk menghentikan kutuk itu. Mereka menghendaki agar orang Israel diizinkan meninggalkan Mesir. Raja sendiri dan imam-imam itu yang menentang tuntutan Musa yang terakhir. PB1 282.4