Kebahagiaan Sejati

3/14

Bab 2—Keperluan Orang Berdosa

PADA MULANYA manusia dikaruniai kuasa berpikir yang mulia dan seimbang. Manusia itu sempurna tubuhnya, selaras dengan kehendak Allah. Pikiran- pikirannya bersih, maksud-maksudnya pun suci. Tetapi karena durhaka, kuasanya berubah, lalu rasa mementingkan diri-sendiri mengambil-alih tempat kasih itu. Keadaannya menjadi amat lemah karena pelanggaran itu sehingga membuat dia tidak mungkin, dengan kekuatannya sendiri, melawan kuasa kejahatan itu. Dia telah ditawan Setan dan akan tetap dikuasainya kalau Tuhan Allah tidak turut campur-tangan secara khusus. Maksud penggoda ialah menghalang-halangi rencana ilahi di dalam penciptaan manusia itu, lalu memenuhi bumi ini dengan bencana yang memilukan. Dan dia akan menunjukkan bahwa semuanya ini terjadi sebagai akibat daripada pekerjaan Tuhan Allah dalam menjadikan manusia itu. KS 11.1

2 Dalam keadaan manusia tanpa dosa, dia dapat mengadakan hubungan yang menyenangkan dengan Allah yang “di dalam Dia itu ada segala perhimpunan hikmat dan marifat terlindung.” Kolose 2:3. Tetapi sejak manusia jatuh ke dalam dosa, tiada lagi dia dapat menikmati kesenangan hubungan yang ku dus itu, bahkan dia mencoba menyembunyikan dirinya dari hadapan hadirat Tuhan Allah. Demikianlah selalu keadaan hati yang masih belum dibaharui. Ia tidak sesuai dengan Allah dan tidak akan mendapat kesenangan dalam hubungan dengan Dia. Orang yang berdosa tidak senang di hadapan Allah, dia akan takut dan mengundurkan diri dari pergaulan dengan mahluk-mahluk yang suci. Sekiranya dia diperkenankan memasuki surga, hal itu tidak akan menggembirakannya. Kasih yang tidak mementingkan diri sendiri yang bertahta di surga setiap hati menyambut hati-kasih Allah yang Tiada Batasnya — tidak akan mendapat sambutan di dalam jiwanya. Pikiran-pikirannya, yang memikat hati- nya, motif-motif yang terdapat padanya, berlawanan dengan orang-orang yang tiada berdosa yang tinggal di sana. Dia akan menjadi satu bunyi sumbang dalam irama surga. Baginya surga adalah tempat penuh siksa; dia lebih suka lenyap dari Tuhan yang menjadi terang itu, dan menjadi pusat dari segala kegembiraan. Bukannya Tuhan yang sewenang-wenang memerintahkan supaya orang jahat itu enyah dari surga, mereka sendirilah yang telah mengatupkannya dengan ketidak-layakan mereka menghadapi pergaulan yang terdapat di- sana. Bagi mereka kemuliaan Allah akan menjadi satu bara api yang menyala- nyala. Mereka menyambut kebinasaan supaya mereka dapat terlindung dari wajah Yesus Kristus yang telah mati untuk menebus mereka. KS 11.2

3 Mustahil, dengan diri kita sendiri, melarikan diri dari lubang dosa yang di dalamnya kita tenggelam. Hati kita jahat, kita tidak dapat mengubah- nya. “Siapa gerangan dapat menerbitkan yang suci daripada yang najis? Se- orangpun tidak.” “Karena pikiran tabiat duniawi itulah maut; tetapi pikiran rohani itulah hidup lagi sentosa.” Ayub 14:4; Rum 8:7. Pendidikan, kebudayaan, penguasaan kehendak, usaha manusia, dan semuanya mempunyai kegu-naannya masing-masing, tetapi di sini itu semua tidak berdaya sama sekali. Semua yang disebutkan di atas mungkin saja menghasilkan tabiat yang amat baik secara lahiriah, namun tiada dapat mengubah hati; tiada dapat membersihkan sumber kehidupan batin itu. Haruslah ada di dalamnya satu kuasa yang bekerja dari dalam, satu kehidupan baru dari atas, sebelum manusia dapat diubah- kan dari dosa kepada kekudusan. Kuasa itu, ialah kuasa Kristus. Hanya anuge- rahNya saja yang dapat menghidupkan segala kuasa jiwa yang tiada berdaya itu, menariknya kepada Allah, kepada kekudusan. KS 12.1

4 Juruselamat berkata: “Jikalau seorang tiada diperanakkan pula,” kalau dia tidak menerima satu hati yang baru, kerinduan-kerinduan yang baru, maksud-maksud dan motif yang baru yang menuntun menuju kepada satu kehidupan baru, “tiada dapat ia melihat kerajaan Allah.” Yahya 3:3. Pikiran yang mengatakan bahwa satu-satunya yang perlu dipertumbuhkan ialah yang baik yang memang sudah ada di dalam diri manusia secara alamiah, adalah merupakan satu pikiran yang sesat dan amat berbahaya. “Tetapi orang duniawi tiada menerima barang yang daripada Roh Allah itu, karena perkara itu menjadi kebodohan kepadanya, dan tiada dapat mengenalnya, sebab perkara itu diselidik dengan peri rohani. ” 1 Korintus 2:14. “Jangan engkau heran, sebab sudah Kukatakan kepadamu: Bahwa wajib kamu diperanakkan pula.” Yahya 3:7. Tentang Kristus tertulis sebagai berikut, “Di dalamnya itu ada hidup, dan hidup itulah terang manusia” — satu-satunya nama yang dikaruniakan kepada manusia, yang di dalamnya kita selamat. ” Yahya 1:4; Kisah 4:12. KS 13.1

5 Tidak cukuplah hanya sekedar mengerti kelembutan kasih Allah, melihat sifat kemurahanNya, dan kelembutan seorang bapa. Tidak cukup hanya dengan mengenal hikmat dan keadilan hukumNya, melihat bahwa hukum itu didasarkan atas prinsip kasih yang abadi. Rasul Paulus melihat semuanya ini ketika dia berseru: “Maka aku mempersetujukan bahwa Torat itu baik ada- nya.” “Jadi, hukum Torat itu kudus, dan penyuruhan itupun kudus serta adil dan sempurna.” Bahkan ditambahkannya di dalam jeritan jiwa yang pedih dan dengan rasa putus-asa, “Aku ini di dalam keadaan tubuh, terjual kebawah dosa. ” Rum 7:16, 12, 14. Dia merindukan kesucian, kebenaran, kedalam mana dia sendiri tak berdaya memperolehnya, lalu berseru-seru: “Wah, aku orang yang celaka ini! Siapakah gerangan akan melepaskan aku keluar dari dalam tubuh maut ini?” Rum 7:24. Jeritan yang demikianlah yang keluar dari bibir orang- orang yang dibebani dosanya disegenap penjuru dunia, pada sepanjang abad. Untuk menjawab semuanya ini, hanya satu jawab, yakni: “Lihatlah Anak domba Allah, yang mengangkut dosa isi dunia.” Yahya 1:29. KS 14.1

6 Dengan banyak perumpamaan Roh Allah telah berusaha menggambarkan kebenaran ini, dan membuatnya demikian jelas kepada jiwa-jiwa yang sudah lama merindukan kebebasan dari kungkungan beban salah. Manakala setelah dosanya, jakni menipu Esau, Jakub melarikan diri dari rumah ayahnya, dia dibebani satu perasaan bersalah. Dalam keadaan seorang diri dan terbuang terpisah dari segala sesuatu yang membuat hidupnya berharga, satu pikiran yang paling dipikirkannya di dalam jiwanya, ialah rasa takut bahwa dosanya telah memisahkan dia dari Allah, bahwa Surga telah meninggalkan dia. Dalam keadaan dukacita yang dalam dia membaringkan tubuhnya beristirahat sebentar di atas tanah, disekitanya terdapat hanyalah bukit-bukit sepi, dan di atasnya, bintang-bintang menyinari langit. Ketika dia tertidur lelap, sebaris cahaya mengambang dalam khayalnya; dan lihatlah, dari lembah tempat dia berbaring, ada jenjang tangga yang menjurus ke langit hingga pintu gerbang surga, dan di atasnya para malaikat Allah turun-naik, sementara dari ke- muliaan yang dari atas, suara Allah kedengaran di dalam satu pesan penghiburan dan pengharapan. Demikianlah dinyatakan kepada Yakub pemenuhan kebutuhan dan kerinduan jiwanya — kerinduan akan seorang Juru- selamat. Dengan perasaan gembira dan syukur dia telah memandang satu jalan yang mana, dia sebagai seorang yang berdosa, dapat dipulihkan berhubungan dengan Allah. Jenjang tangga yang ajaib itu yang dilihat dalam mimpinya menggambarkan Yesus, satu-satunya jalan hubungan antara Allah dan manusia. KS 15.1

7 Gambaran ini jugalah yang ditunjukkan Yesus di dalam percakapan - Nya dengan Natanael ketika Dia berkata: “Bahwa kamu akan nampak langit terbuka, dan segala malaikat Allah naik turun ke atas Anak-manusia. ” Yahya 1:52. Di dalam kemurtadan manusia memang menjauhkan dirinya dari Tuhan, dunia tercerai dari surga. Antara jurang yang memisahkan itu, tiada hubungan. Tetapi melalui Kristus, dunia kembali dijembatani dengan surga. Dengan jasaNya sendiri, Kristus telah menjembatani jurang yang dibuat dosa, sehingga malaikat-malaikat yang melayani dapat berhubungan dengan manusia. Kristus menghubungkan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu dan di dalam kelemahan dan keadaan tiada daya itu, dengan Sumber kuasa yang tiada batasnya. KS 15.2

8 Tetapi sia-sialah impian-impian manusia akan kemajuan, segala usaha mereka meninggikan manusia, jika mereka melupakan satu-satunya Sumber pengharapan dan pertolongan bagi umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. “Adapun tiap-tiap anugerah yang baik dan tiap-tiap karunia yang sem- purna itu dari atas, turun daripada Bapa ” Yakub 1:17, yaitu berasal dari Allah Bapa. Tiada kemuliaan tabiat yang sempurna kalau tidak dari Dia. Dan satu- satunya jalan kepada Allah ialah Kristus. KataNya: “Aku inilah Jalan dan Kebenaran dan Hidup; seorangpun tiada sampai kepada Bapa, kecuali dengan Aku. ’’Yahya 14:6. KS 15.3

9 Hati Allah rindu terhadap anak-anakNya yang di dunia dengan satu kasih yang lebih kuat daripada kematian. Di dalam memasrahkan AnakNya itu, Dia telah memasrahkan kepada kita segenap surga di dalam satu pemberian. Kehidupan Juruselamat dan kematian serta pengantaraanNya, pelayananmalai- kat-malaikat, Roh yang memohonkan, Allah Bapa bekerjadi atas dengan segala perkara, perhatian yang tiada putus-putusnya dari mahluk-mahluk surga — semuanya dikerahkan demi penebusan umat manusia. KS 16.1

10 Oh, marilah kita renungkan pengorbanan yang ajaib yang telah dibuat untuk kita! Marilah kita coba menghargai pekerjaan dan tenaga Surga yang telah kerahkan untuk merebut yang hilang serta membawa mereka kembali kerumah Bapa. Motif-motif yang kokoh, dan alat-alat yang lebih tangguh, tidakkah akan pernah dapat dibawa masuk ke dalam pengerahan; upah yang besar bagi perbuatan yang baik, kesenangan surga, pergaulan para malaikat, hubungan dan kasih Allah dan AnakNya, peninggian dan pengluasan segala kuasa kita sampai selama-lamanya-bukankah ini pendorong yang maha kuat dan memberi keberanian mendorong kita menyerahkan pelayanan kasih- hati kepada Khalik dan Penebus kita? KS 16.2

11 Dan sebaliknya, hukuman yang dinyatakan Allah untuk melawan dosa, pembalasan yang tidak terelakkan, darihal kerendahan tabiat kita, dan ke- binasaan yang terakhir, sudah diterangkan di dalam firman Tuhan untuk mengamarkan kita supaya melawan pekerjaan Setan. KS 16.3

12 Apakah kita meremehkan anugerah Allah itu? Apa lagi yang patut di- lakukanNya? Marilah kita taruh diri kita sendiri di dalam hubungan yang baik dengan Dia yang telah mengasihi kita dengan kasih yang ajaib. Marilah kita dengan kasih yang ajaib. Marilah kita menggunakan bagi diri kita kesempatan yang telah diberikanNya kepada kita supaya kita dapat diubahkan menjadi serupa dengan Dia, dan dipulihkan kembali ke dalam persahabatan dengan malaikat-malaikat yang melayani, ke dalam hubungan yang harmonis dengan Allah Bapa dan Anak itu. KS 16.4

(Bandingkanlah nomor yang terdapat dalam kurung dengan nomor yang terdapat dalam bab ini) KS 17.1

1 Hal-hal yang tiada berdaya mengubah hatiku ialah: (1) KS 17.2

2 Apakah reaksiku sebagai orang berdosa terhadap hal-hal yang mengenai Allah? (1 Korintus 2:14) KS 17.3

3 Kemudian, apakah yang harus terjadi padaku? (Yahya 3:3, 7; 1:29) KS 17.4

4 Apakah jembatan yang melintas atas jurang antara Allah dengan saya? (7) (Rum 3:21-24) KS 17.5

5 Bagaimanakah saya dapat hidup menang atas dosa? (Pilipi 4:13) KS 17.6

6 Ringkaskanlah Rum 6:12—14 sebagaimana ia berguna bagimu. KS 17.7