Kebahagiaan Sejati
Bab 4—Pengakuan
ORANG yang melindungkan dosanya itu tak boleh beruntung, tetapi orang yang mengaku dan membuangkan dia ia itu mendapat kasihan kelak. ” Amsal 28:13. KS 32.1
2 Syarat-syarat untuk memperoleh kemurahan Tuhan Allah adalah sederhana, adil dan pantas. Tuhan Allah tidak mengharuskan kita melakukan hal yang amat sulit supaya kita dapat memperoleh keampunan dosa. Kita tidak perlu mengadakan perjalanan yang panjang dan meletihkan, atau membuat tebusan yang menyakitkan, untuk memuji diri ke hadapan Tuhan yang di surga atau untuk melenyapkan pelanggaran-pelanggaran kita; melainkan orang yang mengaku dan meninggalkan dosanyalah yang akan mendapat kemurahan. KS 32.2
3 Seorang rasul berkata: “Oleh sebab itu, hendaklah kamu masing-masing mengaku-akui dosamu di antara sama sendiri, dan mendoa-doakan sama sendirimu, supaya kamu selamat. ’’Yakub 5:16. Akuilah dosa-dosamu kepada Tuhan Allah, hanya Dialah yang dapat mengampuninya, demikian pula kesala-hanmu kepada satu dengan yang lain. Jikalau engkau menghina sahabat atau tetanggamu, engkau harus mengakui kesalahanmu, maka adalah kewajibannya mengampuni engkau. Kemudian carilah keampunan Allah, karena saudara yang telah engkau lukai hatinya adalah milik Allah, dan dengan melukai dia berarti engkau berdosa melawan Khalik dan Penebusnya. Masalah itu sampai kehadapan Pengantara yang sejati yang hanya satu-satunya itu, yakni Imam Besar kita, yang telah “terkena coba di dalam segala perkara sama seperti kita, dan lagi tiada berdosa,” dan karenanya dapat membasuhkan kita dari setiap noda kesalahan kita. Iberani 4:15. KS 32.3
4 Orang-orang yang belum merendahkan dirinya di hadapan Allah dengan jalan mengakui kesalahan mereka, berarti belumlah memenuhi syarat pertama penerimaan itu. Jika kita belum mengalami pertobatan yang tidak perlu disesalkan, serta belum mempunyai rendah-hati yang sejati dalam jiwa dan roh pengakuan yang luluh mengakui dosa-dosa kita, jijik akan kesalahan- kesalahan kita, berarti kita belum berusaha dengan sungguh-sungguh mencari keampunan dosa; dan jika kita tidak pernah mencarinya dengan sungguh-sung- guh, maka kita tidak akan pernah mendapat damai Allah. Satu-satunya sebab mengapa kita tidak mendapat keampunan dosa-dosa kita pada masa lampau ialah karena kita tidak mau merendahkan hati serta menurut syarat-syarat firman kebenaran itu. Petunjuk-petunjuk yang jelas telah diberikan mengenai hal ini. Pengakuan dosa, apakah di hadapan orang-banyak atau hanya sendirian, haruslah dengan sepenuh hati dan dinyatakan dengan tulus. Bukannya harus karena terpaksa dari orang yang berdosa itu. Bukan pula dengan cara sembrono dan remeh, atau dipaksa dari orang-orang yang tidak menyadari rasa jijiknya sifat dosa itu. Pengakuan yang mengalir dari segenap jiwa berjalan menuju Allah yang mempunyai kasih tiada batasnya. Penulis Mazmur berkata seperti berikut: ,,Maka Tuhan itu hampirlah pada segala orang yang hancur hatinya, dan akan orang yang luluh-lantak hatinyapun ditolongnya. ”Mazmur 34:19. KS 33.1
5 Pengakuan yang sesungguhnya senantiasa merupakan satu sifat yang unik, serta mengakui dosa-dosa khusus pula. Mungkin keadaan dosanya itu sedemikian rupa sehingga harus dibawa ke hadapan Allah saja; mungkin pula kesalahan-kesalahan mereka itu haruslah diakui kepada orang-orang yang telah menderita karenanya, atau mungkin pula kesalahan yang dilakukan di hadapan .orang-banyak, maka perlu diakui di hadapan orang-banyak. Tetapi semua pengakuan haruslah pasti langsung pada sasarannya, mengakui dosa yang nyata- nyata telah dilakukan. KS 33.2
6 Pada jaman Nabi Semuel orang-orang Israel jauh-sesat dari Tuhan. Mereka telah menderita menanggung akibat dosa mereka, karena mereka telah kehilangan iman dalam Tuhan, kehilangan kearifan akan kuasa serta kebijak- sanaan Tuhan memerintah bangsa, hilang keyakinan di dalam kemampuanNya melindungi dan mempertahankan pekerjaanNya. Mereka berpaling daripada Pe- merintah yang besar atas semesta alam dan mereka ingin memerintah sebagaimana bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya. Sebelum mereka mendapat damai mereka membuat pengakuan yang pasti seperti berikut: “Maka kami menambahi dia pula dengan jahat ini, yaitu kami sudah meminta seorang raja bagi diri kami. ”1 Se- muil 12:19. Dosa yang mereka sadari itulah yang harus diakui. Rasa tak berte- rimakasih mereka menekan jiwa-jiwa mereka serta memisahkan mereka dari Allah. KS 33.3
7 Tanpa pertobatan dan pembaharuan yang sejati pengakuannya tidak akan diterima Allah. Harus ada perubahan yang pasti di dalam kehidupan, segala sesuatu yang sifatnya menyerang Allah haruslah dibuangkan. Inilah hasil yang murni dari penyesalan kita akan dosa itu. Pekerjaan yang hendak kita lakukan amat jelas dipampangkan di hadapan kita: “Basuhkanlah dan sucikanlah dirimu, lalukanlah kejahatan perbuatanmu itu dari hadapan mataku, berhentilah daripada berbuat jahat. Belajarlah berbuat baik, tuntutlah perkara yang benar, tolonglah akan orang yang teraniaya, perbuatlah insaf akan anak-anak piatu dan bicarakanlah acara orang janda dan perempuan. ” Yesaya 1:16, 17. .Jikalau orang fasik itu mengembalikan barang gadaian, dan mengganti barang yang telah dirampas dan menurut segala syariat kehidupan, sehingga tiada lagi dibuatnya sesuatu yang jahat, niscaya iapun akan hidup dan tiada ia mati kelak. ” Yehezkiel 33:15. Berbicara mengenai pekerjaan pertobatan ini Paulus berkata: “Karena perhatikanlah perkara itu juga, yang kamu berdukacita itu menurut kehendak Allah, betapa besarnya usaha yang dikerjakannya di dalam kamu, dan lagi jawab dan gusar dan ketakutan dan kerinduan dan kerajinan dan pembalasan. Di dalam seglaa sesuatu itu kamu sudah menyatakan dirimu suci di dalam perkara itu.” 2 Korintus 7:11. KS 34.1
8 Apabila dosa sudah mematikan ajaran-ajaran moral, maka orang-orang yang berdosa tidak akan dapat lagi melihat kekurangan tabiatnya ataupun menyadari hebatnya kejahatan yang telah dilakukannya; jadi kecuali dia menyerah dalam kuasa Roh Kudus yang meyakinkannya maka dia masih tetap tinggal buta terhadap dosa-dosanya. Pengakuan-pengakuan yang diadakannya tidak sungguh-sungguh dan dengan tulus hati Terhadap pengakuan segala dosanya selalu ditambahi dalih-dalih, mengatakan bahwa kalau bukan karena situasi tertentu dia tidak akan pernah melakukan ini dan itu atas hal mana dia ditegur. KS 34.2
9 Sesudah Adam dan Hawa memakan buah pohon larangan itu, mereka dipenuhi satu perasaan malu dan takut. Mula-mula yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana mencari dalih atau maaf atas dosa mereka lalu lepas dari hukuman maut yang menakutkan itu. Ketika Tuhan Allah menanyakan dari- hal dosa mereka, maka Adam menyahut, menyalahkan Tuhan dan teman hi- dupnya. “Perempuan yang telah Tuhan karuniakan kepadaku itu, ia itu memberikan daku buah pohon itu, lalu kumakan.” Lantas perempuan itu pun menyalahkan ular dengan berkata: “Si ular itu menipukan daku, lalu aku makan. ” Kejadian 3:12, 13. Mengapa Engkau jadikan ular itu? Mengapa Engkau membiarkannya datang ketaman Eden? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang terselu- bung di dalam dalihnya atas dosanya, justru menuduh Allah bertanggung— jawab atas kejatuhan mereka kepada dosa. Roh pembenaran-diri-sendiri bermula di dalam bapa segala dusta itu dan telah ditunjukkan pula oleh semua putra-putri Adam. Pengakuan-pengakuan semacam ini bukanlah diilhamkan oleh Roh Allah dan tidak akan diterima Tuhan. Pertobatan yang sejati akan menuntun manusia untuk menanggung kesalahannya sendiri serta mengakuinya tanpa tipu atau kemunafikan. Seperti seorang pemungut bea yang tidak berani mengangkat kepalanya menengadah ke langit, dia berseru: “Ya Allah, kasihankanlah aku yang berdosa ini, ”dan barangsiapa yang mengaku salahnya akan dibenarkan, karena Yesus memohonkan dengan darahNya demi jiwa yang bertobat. KS 35.1
10 Pelbagai teladan darihal pertobatan yang murni dan kerendahan-hati di dalam firman Tuhan menunjukkan satu pengakuan di dalam mana tiada dalih untuk dosa atau usah a mencoba membenarkan diri sendiri. Rasul Paulus tidaklah berusaha menudungi dirinya sendiri; dia melukiskan dosanya dalam corak yang sehitam-hitamnya, tidak berusaha mengecilkan kesalahannya. Ka- tanya: “Maka itupun sudah juga patik perbuat di Yerusalem, yaitu setelah patik mendapat kuasa daripada kepala-kepala imam, lalu patik kurungkan beberapa banyak orang suci di dalam penjara, dan tatkala mereka itu dibunuh patikpun menyukakannya. Dan kerapkali patik siksakan mereka itu di dalam segala rumah sembahyang itu, dan memaksa mereka itu menghujat, dan sebab tersangat geram akan mereka itu, patik hambat walaupun sampai di negeri asing. ” Kisah 26:10, 11. Dia tidak segan-segan menyatakan bahwa “Kristus Yesus sudah datang ke dalam dunia ini menyelamatkan orang berdosa; maka diantara mereka itu akulah yang terlebih besar dosanya. ”1 Timotius 1:15. KS 35.2
11 Hati yang hancur dan rendah-hati, ditaklukkan oleh pertobatan yang sejati, akan menghargai sesuatu darihal kasih Allah dan kematian di Golgota; dan sebagai seorang anak yang mengaku dosanya kepada bapa yang penuh kasih, demikianlah orang yang berdosa dengan sepenuh hati membawa semua dosa-dosanya ke hadapan Tuhan Allah. Dan sudah tertulis: “Jikalau kita mengaku segala dosa kita, maka Allah itu setia dan adil, sehingga Ia mengampuni segala dosa kita, dan menyucikan kita daripada segala kejahatan. ” 1 Yah. 1:9. KS 36.1
(Bandingkan nomor yang terdapat dalam kurung dengan nomor yang terdapat dalam bab ini.) KS 36.2
1 Kepada siapakah saya mengaku dosa-dosa saya? (Yakub 5:16) KS 36.3
2 Jelaskanlah dengan kata-katamu sendiri apakah yang menjadi dasar pengakuan yang “dinyatakan dengan terus-terang dan penuh perasaan.” (4) KS 36.4
3 Apakah yang harus saya lakukan bila dosaku menyakitkan seorang sahabat? (5) KS 36.5
4 Sebutkan dua sifat yang menyertai pengakuan yang sejati. (7) KS 36.6
5 Bagaimanakah corak pengakuan yang saya lakukan yang tidak diterima Allah? (9) KS 36.7
Hapal dan ceritakan kepada orang lain hari ini 1 Yahya 1:9. KS 36.8